• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian

2. Latar belakang partisipan

P1 merupakan seorang ibu berusia 54 tahun dan berasal dari Yogyakarta. P1 sudah menikah dan memiliki dua anak masing-masing berusia 22 tahun dan 16 tahun. P1 bekerja di salah satu badan pemerintahan pemberdayaan perempuan dan masyarakat. Saat ini P1 tinggal bersama suami, kedua anak, dan adik laki-lakinya di daerah Bumijo. P1 menderita kanker payudara pada usia 52 tahun. P1 sudah menyadari risiko kanker payudara sejak ibunya menderita jenis kanker yang sama, yaitu kanker payudara.

P1 memeriksakan diri ke dokter setelah menemukan benjolan pada payudaranya di bulan Maret 2016. Sebelum melakukan pemeriksaan, P1 menyadari bahwa ia memiliki genetik kanker dari ibunya. Setelah melakukan pemeriksaan, P1 melakukan pembedahan pada bulan April 2016 untuk memeriksa jaringan yang telah diangkat. Hasil dari pemeriksaan tersebut menunjukkan bahwa P1 memiliki tumor ganas atau kanker payudara yang disebabkan oleh HER-2 dan dianjurkan untuk melakukan mastektomi. Pada tanggal 28 Juni 2016, P1 melakukan mastektomi dan melanjutkan pengobatan lainnya sesuai anjuran dokter. Setelah bekas operasinya mengering, P1 melakukan kemoterapi sejumlah 24 kali yang terdiri dari enam kemoterapi dasar dan delapan belas kemoterapi tambahan akibat jenis kanker yang dideritanya. Pengobatan selanjutnya merupakan radioterapi yang dilakukan sebanyak 30 kali, kemudian konsumsi obat oral untuk menguatkan jantung, dan kontrol setiap tiga bulan.

Selama menjalani pengobatan, P1 merasakan dampak-dampak bagi tubuhnya. Pada awal kemoterapi, P1 tidak menjalani kemoterapi dengan cara diinfus seperti pasien kanker pada umumnya, karena pembuluh darah P1 begitu tipis, sehingga P1 memasang sebuah alat yang ditanam di dadanya selama periode kemoterapi. Alat tersebut akan langsung terhubung dengan salah satu vena yang berada dekat jantung. Setelah kemoterapi, P1 merasakan mual bahkan muntah. Tak jarang P1 kehilangan selera makan namun tetap memaksa dirinya untuk mengkonsumsi makanan meski pada akhirnya ia tetap muntah. Selain muntah, P1 juga harus kehilangan rambutnya dalam proses

pengobatan tersebut. Obat dalam kemoterapi dikenal sebagai obat yang memiliki efek samping kuat, sehingga dapat memengaruhi tubuh dalam jangka waktu yang cukup panjang meski kemoterapi tersebut sudah selesai.

Salah satu dampak dari kemoterapi dapat memengaruhi kerja jantung. Setiap pemeriksaan rutin P1 melakukan EKG dan mengkonsumsi obat penguat jantung. Kemoterapi juga dapat memengaruhi kadar vitamin D pada tubuh pasien. P1 rutin mengkonsumsi suplemen yang mengandung vitamin D dan mengimbanginya dengan berjalan di pagi hari. Selain kemoterapi, pengobatan radioterapi juga memberikan efek samping bagi tubuhnya. Kulit pada bagian leher dan dada P1 berubah warna menjadi lebih gelap, sehingga P1 harus menggunakan syal ketika berada di luar rumah. Selain itu, P1 merasa kesulitan ketika ia harus menelan makanan selama menjalani radioterapi.

Menjalani pengobatan jelas memengaruhi suasana hati P1, ia merasa pengobatan yang dijalani membuat tubuhnya tidak nyaman. Meski tidak memengaruhi relasi maupun pekerjaannya, ada waktu P1 merasa ingin diberi jarak agar ia memiliki waktu sendiri, bahkan P1 sempat merasa tidak ingin bertemu dengan orang-orang yang menjenguknya. P1 mencoba untuk tetap semangat menjalani pengobatan.

b. Partisipan 2

Partisipan kedua merupakan seorang ibu berusia 45 tahun dan berasal dari kota Magelang. P2 sudah menikah dan memiliki dua anak laki-laki yang berusia 14 tahun dan tujuh tahun. P2 bekerja sebagai ahli gizi di salah satu rumah sakit swasta di Yogyakarta. Saat ini ia tinggal bersama suami, kedua

anaknya, dan mertuanya. P2 mendapat diagnosa kanker payudara pada tahun 2014 ketika ia berusia 41 tahun. Pada garis keturunan keluarganya, beberapa saudara P2 juga mengalami beberapa jenis kanker, salah satunya merupakan kanker payudara.

Partisipan sudah menyadari bahwa ia memiliki benjolan pada payudara kanannya, namun memilih untuk mengabaikannya. Setelah menunggu enam bulan, P2 memeriksakan diri ke dokter dan mendapatkan diagnosa Fibroadenoma mammae (FAM) yang berarti P2 memiliki tumor jinak pada payudaranya. P2 memutuskan untuk melakukan operasi pada 7 Februari 2014. Setelah dilakukan patologi anatomi pada hasil operasi, ditemukan hasil bahwa P2 memiliki tumor ganas. Sebelum mendapatkan hasilnya, P2 memiliki firasat karena beberapa keluarganya juga menderita kanker. Pada bulan April, P2 menjalani kemoterapi dasar sebanyak enam kali setiap 21 hari. Setelah menjalani rangkaian kemoterapi, pada bulan Agustus P2 melakukan radioterapi sebanyak 25 kali. Oktober 2014 P2 mulai mengkonsumsi obat tamoxifen yang berguna untuk menekan hormon yang dihasilkan oleh tubuh. Enam bulan berlalu, P2 sering kali mengalami pendarahan dan dokter memutuskan untuk mengganti obatnya menjadi letrozole yang harus dikonsumsi selama lima tahun. Setelah itu P2 hanya perlu melakukan kontrol setiap tiga bulan dan melakukan penyuntikan vitamin D.

Efek kemoterapi yang dirasakan pasien kanker pada umumnya juga dirasakan oleh P2. Penurunan selera makan, lemah, mual, bahkan muntah

pernah ia alami. P2 pernah mengalami diare hingga leukosit pada tubuhnya turun dan ia harus disuntik leukogen. Setelah penggunaan obat oral selama dua tahun, P2 merasakan nyeri pada persendiannya. Nyeri tersebut merupakan salah satu efek samping penggunaan letrozole dan dapat diatasi dengan menyuntikkan solenix setiap tiga bulan. Selain itu penggunaan obat oral mengakibatkan pendarahan terus menerus, sehingga dokter menyarankan P2 untuk melakukan histeraktomi total (pengangkatan rahim). Efek lain yang ditimbulkan adalah pengeroposan tulang, oleh karena itu P2 juga harus menjaga kadar vitamin D pada tubuhnya. Beberapa tahun tidak melakukan pap-smear setelah menjalani histeraktomi, P2 menemukan bahwa saat ini ia mengalami peradangan pada serviks dan hasil akhir menunjukkan bahwa P2 memiliki kanker serviks.

P2 merasa selain berdampak pada kondisi tubuhnya, pengobatan juga memengaruhi suasana hatinya. P2 memiliki ekspektasi ketika ia menjalani pengobatan, maka ia akan merasa lebih nyaman, yang mana hal tersebut berbeda dengan kenyataannya. Pengobatan yang dijalani P2 ternyata juga memengaruhi anak sulungnya. P2 menceritakan bahwa salah satu anaknya diolok-olok oleh teman-teman sekolahnya karena ibunya yang hanya memiliki satu payudara.

c. Partisipan 3

P3 adalah seorang ibu yang berusia 45 tahun dan berasal dari kota Yogyakarta. P3 sudah menikah dan dikaruniai anak laki-laki berusia 19 tahun.

Kegiatan P3 sehari-hari adalah mengikuti seminar kesehatan yang

berhubungan dengan kanker, terkadang ia terlibat dalam kegiatan seminar sebagai pengisi stand menjual barang-barang rajutan yang ia kerjakan sendiri.

P3 juga memiliki bisnis penjualan bahan makanan organik. Sebelum menjalani pengobatan P3 memiliki usaha catering, namun harus terhenti karena keterbatasan tenaga. Saat ini P3 tinggal berpindah-pindah, terkadang ia tinggal di rumahnya yang berada di daerah Kalasan maupun tinggal di daerah Yogyakarta kota bersama kedua mertuanya, suami, dan anak laki-lakinya.

Pada mulanya P3 menyadari bahwa dirinya memiliki benjolan pada payudara kanan, namun tak merasa sakit. Hal tersebut membuat P3 mengurungkan dirinya untuk memeriksakan diri pada dokter. P3 mengatakan dirinya terketuk untuk memeriksakan diri ke dokter setelah melayat orang tua salah seorang teman anaknya yang meninggal di usia yang terbilang cukup muda karena kanker. Melihat ukuran benjolan yang sudah cukup besar, dokter merujuk P3 untuk bertemu dengan dokter spesialis onkologi agar mendapat tindakan secepatnya. P3 menuruti keinginan dokter dan menjalani pembedahan pertamanya. Hasil tersebut menunjukkan bahwa P3 memiliki tumor ganas atau yang dikenal juga dengan kanker. Dokter pun memberikan pilihan pada P3 ingin melanjutkan pengobatan di rumah sakit yaitu melakukan pembedahan atau beralih ke pengobatan alternatif. Dalam waktu dua minggu P3 memutuskan untuk melakukan pembedahan meski ia sendiri mengakui tidak begitu memahami pilihan yang ia ambil. P3 begitu terkejut, bahkan ia menangis ketika melihat perban yang menutupi bekas operasinya

terbuka, ia tidak menyadari bahwa pembedahan yang dimaksud adalah pengangkatan seluruh payudara bagian kanan. Setelah menjalani mastektomi, P3 melanjutkan pengobatannya dengan menjalani kemoterapi, ia pun kembali mengutarakan bahwa sebelum menjalaninya ia tidak memahami kemoterapi itu sendiri. P3 melanjutkan pengobatan berikutnya yaitu radioterapi sebanyak 25 kali. Saat ini P3 sudah menyelesaikan rangkaian pengobatan dan sedang mengkonsumsi obat oral yang sudah berjalan selama dua tahun.

Selama menjalani pengobatan P3 merasakan dampak cepat lelah ketika melakukan rutinitasnya seperti biasa. Hal ini menjadi salah satu penyebab P3 tidak melanjutkan usaha catering yang pernah digelutinya. Akibat pembedahan yang dialaminya, P3 merasa terbatas ketika menggerakan tangannya, bahkan P3 harus menjalani fisioterapi karena ototnya terasa sakit ketika mengangkat beban. Selama menjalani kemoterapi, P3 juga merasakan beberapa efek seperti sulit tidur dan merasakan mual. Selain itu, P3 juga mengalami penurunan berat badan selama kemoterapi dan mengalami peningkatan berat badan setelah mengkonsumsi obat oral. P3 juga harus menjalani suntik vitamin D karena kadar vitamin dalam tubuh berada di bawah ambang normal. Penurunan kadar vitamin D dalam tubuh ini disebabkan oleh obat oral yang P3 konsumsi. Tidak hanya itu saja, P3 juga mengalami kesulitan ketika berhubungan seksual dengan suaminya. P3 mengatakan ia merasakan sakit, terutama pada bagian vagina yang terasa begitu kering. Pada masa radioterapi, P3 mengalami perubahan pada fungsi

matanya, yang mana ia sulit untuk melihat benda maupun tulisan pada jarak dekat. P3 menderita rabun dekat ketika ia menjalani radioterapi.

Ketika menjalani pengobatan, P3 tidak hanya merasakan perubahan pada tubuhnya saja. P3 merasa pengobatan yang ia jalani ini tentunya memengaruhi suasana hatinya. Ketika menjalani mastektomi, meragukan kekuatannya, ia bertanya-tanya apakah saat itu adalah perjuangan akhirnya.

Setelah mengetahui bahwa pengangkatan yang dimaksud oleh dokter adalah mengangkat seluruh payudara kanannya, P3 terkejut dan menangis. P3 merasa tidak sempurna sebagai seorang perempuan karena hanya memiliki satu payudara, ia bahkan tidak berani melihat dirinya di depan cermin.

Kekhawatiran pun terus berdatangan, termasuk kekhawatiran bahwa suaminya akan meninggalkan dirinya yang sudah tidak sama seperti sedia kala. Cerita penyintas kanker payudara yang ditinggalkan oleh suaminya di luar sana pun turut menambah kecemasan P3. Pada saat menjalani pengobatan, P3 sempat bertanya-tanya pada Tuhan atas kejadian demi kejadian yang harus ia alami.

C. Hasil Penelitian