• Tidak ada hasil yang ditemukan

DUKUNGAN SOSIAL BAGI PENDERITA KANKER PAYUDARA SAAT MENJALANI PROSES PENGOBATAN. Skripsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DUKUNGAN SOSIAL BAGI PENDERITA KANKER PAYUDARA SAAT MENJALANI PROSES PENGOBATAN. Skripsi"

Copied!
278
0
0

Teks penuh

(1)

DUKUNGAN SOSIAL BAGI PENDERITA KANKER PAYUDARA SAAT

MENJALANI PROSES PENGOBATAN

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh:

Elisabeth Hanny Chandra 149114114

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2019

(2)
(3)
(4)

iv HALAMAN MOTTO

Yeremia 29:11

Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaKu mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera

dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan

yang penuh harapan.

(5)

v HALAMAN PERSEMBAHAN

Teruntuk papa, yang mengajarkan arti melayani dan kesetiaan dalam hidupnya sampai maut memisahkan.

Teruntuk tiga wanita luar biasa yang telah menyediakan diri untuk terlibat, berbagi rasa, dan cerita pada penelitian ini serta para wanita perkasa di luar

sana yang masih berjuang melawan kanker payudara.

(6)

vi PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 24 Mei 2019 Peneliti,

Elisabeth Hanny Chandra

(7)

vii DUKUNGAN SOSIAL BAGI PENDERITA KANKER PAYUDARA SAAT

MENJALANI PROSES PENGOBATAN

Elisabeth Hanny Chandra

ABSTRAK

Kanker payudara merupakan penyakit mematikan dengan presentase kasus baru yang cukup tinggi di Indonesia. Saat ini, dengan bantuan pemerintah, pasien kanker payudara dapat menjalani pengobatannya dengan gratis, hanya saja pengobatan tersebut tetap menimbulkan efek- efek, baik secara fisiologis maupun psikologis. Menjadi seorang ibu dan memiliki kanker payudara pada waktu yang bersamaan tentunya bukan hal yang mudah, untuk itu ibu membutuhkan dukungan sosial yang membantunya menjalani proses pengobatan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai dukungan sosial bagi penderita kanker payudara yang sedang menjalani proses pengobatan. Jenis penelitian ini menggunakan desain analisis isi kualitatif, khususnya analisis isi deduktif. Penelitian ini dilakukan terhadap tiga orang wanita dewasa madya yang masih menjalani pengobatan kanker payudara dengan menggunakan wawancara semi-terstruktur. Pada penelitian ini ditemukan bahwa partisipan membutuhkan dukungan dalam bentuk bantuan mengurus rumah tangga, informasi terkait pengobatan, kasih sayang dari keluarga dan kehadiran keluarga maupun kerabat. Selain itu ditemukan bahwa dukungan sosial memiliki dampak negatif akibat dukungan sosial tidak efektif yang diterima selama menjalani pengobatan.

Kata kunci: Dukungan sosial, kanker payudara

(8)

viii SOCIAL SUPPORT FOR BREAST CANCER PATIENTS WENT

THROUGH THE TREATMENT PROCESS Elisabeth Hanny Chandra

ABSTRACT

Breast cancer is known as a deadly disease with a high percentage of new cases in Indonesia. At the present time, with the help of the government, breast cancer patients are able to undergo treatment for free, except that the treatment still has effects, both physiologically and psychologically. Being a mother and having breast cancer at the same time is not an easy thing and therefore, the mother needs social support that helps them to go through the treatment process. This study was qualitative research and aimed to provide an overview of social support for breast cancer patients who still undergo the breast cancer treatment. This research was analyzed by using the qualitative content analysis method. In addition, this research was conducted on three middle-aged women who were still undergoing breast cancer treatment using semi-structured interviews. The results showed that participants need support in the form of assistance in taking care of the household, information related to medication, family affection, and the presence of family and relatives. Besides, it was found that social support had a negative impact due to the ineffective social support received during treatment.

Keywords: Breast cancer, social support

(9)

ix LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Elisabeth Hanny Chandra

Nomor Mahasiswa : 149114114

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

DUKUNGAN SOSIAL BAGI PENDERITA KANKER PAYUDARA SAAT MENJALANI PROSES PENGOBATAN

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan, dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis, tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 24 Mei 2019 Yang menyatakan,

Elisabeth Hanny Chandra

(10)

x KATA PENGANTAR

Segala puji syukur peneliti panjatkan pada Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih karunia, anugerah, dan kekuatan yang telah diberikan untuk peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Penelitian ini berjudul “Dukungan Sosial bagi Penderita Kanker Payudara saat Menjalani Proses Pengobatan”. Melewati serangkaian pengobatan dan efek samping hingga saat ini tidak terlepas dari dukungan sosial yang dibutuhkan dan diterima. Peneliti berharap melalui penelitian ini, keluarga maupun kerabat dapat memahami sudut pandang penderita kanker payudara dan memberikan dukungan sosial yang tepat.

Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan karena adanya bantuan dari sumber-sumber dukungan sosial, oleh sebab itu peneliti ingin mengucapkan terima kasih pada:

1. Tuhan Yesus dengan kasih yang tak terbatas serta berkat melimpah yang selalu menyertai kehidupan ini, terutama dalam masa studi peneliti. Mengizinkan peneliti mengalami kehilangan, untuk memperoleh sebuah “keuntungan” di masa depan.

2. Dr. Titik Kristiyani, M. Psi., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

3. Monica E. Madyaningrum, M.Psych, Ph.D., selaku Kepala Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma.

4. Dr. M. L. Anantasari, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Skripsi dan Dosen Pembimbing Akademik yang telah menerima peneliti sejak kelas Seminar dan selalu bersemangat membimbing dalam proses penulisan skripsi ini. Terima kasih Bu Ai atas kasih, waktu, dan tenaga yang telah dicurahkan. Terima kasih untuk telinga yang selalu mendengarkan keluh kesah. Tuhan memberkati Bu Ai selalu.

5. Dr. Y. B. Cahya Widiyanto, M. Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing peneliti selama enam semester proses perkuliahan. Tuhan memberkati selalu.

(11)

xi 6. Dr. Aquilina Tanti Arini dan Diana Permata Sari, S.Psi., M.Sc., sebagai dosen penguji. Terima kasih Bu, untuk diskusi dan semua masukan guna penyempurnaan skripsi ini. Tuhan memberkati selalu.

7. Seluruh Dosen dan Staff Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah membantu peneliti sejak proses perkuliahan hingga saat penulisan skripsi ini. Terima kasih sudah berbagi ilmu pengetahuan mengenai psikologi maupun dalam kehidupan ini.

8. Papa dan Mami yang selalu mendukung dan tidak pernah bertanya kapan lulus dan percaya pada peneliti akan prosesnya.

9. Elia Yovan Chandra, sebagai koko yang selalu memberikan dukungan tanpa batas, selalu memantau keadaan adiknya, dan terus bertanya kapan daftar ujian.

Terima kasih, koko.

10. Ketiga partisipan, Bu CR, Bu D, dan Bu Y atas kesediaannya untuk ditanya- tanya. Sebuah kehormatan dapat mendengarkan kisah perjuangan ibu-ibu.

Semangat!

11. BEGO SQUAD/Book Hunter/Bego Squishy: A.A. Istri Intan Saraswati, Illona June Wahyudi n, Christina Malinda Makalew, Vera Wati, Stefany Margareth, dan Bernadeta Restu Widhi Rosari, sebagai kawan berjuang di Psikologi sejak maba!

12. Gabriela Tara Haba Ora (Ting-ting), Maria(na) Rosiana Sedjahtera, Alam(bul)anda Febriani, sebagai sumber dukungan sosial dari kos yang juga selalu mendukung dalam proses penulisan skripsi ini.

13. Upin Ipin terfavorit, Deva dan Mank Indah yang memberikan banyak masukan dan pelajaran untuk peneliti selama menjalani penelitian ini.

14. Kakak rohaniku, Kak Wiwin, Kak Ester, Kak Diana, Cik Dev, dan Kak Dini.

Terima kasih untuk semua doa-doa yang dipanjatkan, setiap kata semangat di chat, telinga untuk mendengar, dan bahu untuk bersandar.

15. Saudara-saudara rohaniku di “Shining”: Grace, Yemi, Silau, dan Ines juga tim favorit Kids Impact 19.00 GP Kiki, Ade, dan Hizkia terima kasih selalu menyelipkan namaku di tiap doa tim. Tuhan memberkati.

(12)

xii 16. Teman-teman seperjuangan bimbingan skripsi “Genk Bundadari” untuk Vera, Intan, Asti, Devina, Bela, Jess, Anyas, Fuji, Yoan, dan Kak Karina yang menjadi teman ketika menulis, memberikan saran, dan petuah untuk peneliti.

Tancap gas pol teman!

17. Teman-teman Cah Setrong 2015, BEMF MAGIS 2017, AKSI 2016 & 2018, Tutor MC AKSI 2016 & 2018, dan Muji’s Squad yang sudah menjadi tempat bagi peneliti untuk menggali dan mengembangkan potensi semasa kuliah.

Terima kasih untuk setiap kata semangat setiap kali kita bertemu.

18. Anak-anakku Harm-avoidance (Glory, Ica, Irish, Jatiks, Katrin, Otong, Tono, Vero, dan Yustin) dan anak ajaib Maslow (Aura, Bagas, Claudia, Hanin, Jeki, Leo, Melisa, Rosa, San-san, Tiwi, dan Widi) yang rajin bertanya skripsi sampai di mana dan kapan tutor ini akan segera ujian. Terima kasih sudah bawel bertanya.

19. Semua pihak yang mungkin tak tersebut dan telah membantu, mendoakan, menyemangati peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih.

Penelitian ini jauh dari kata sempurna, masih terdapat kekurangan dalam penelitian ini, oleh sebab itu peneliti terbuka terhadap kritik dan saran yang membangun. Peneliti berharap tulisan ini bermanfaat dan menjadi berkat bagi sesama kita. Tuhan memberkati.

Yogyakarta, 24 Mei 2019 Peneliti,

Elisabeth Hanny Chandra

(13)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 11

C. Manfaat Penelitian ... 11

1. Manfaat teoretis ... 11

2. Manfaat praktis... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

A. Dukungan Sosial ... 13

1. Definisi dukungan sosial ... 13

2. Tipe dukungan sosial... 13

3. Dampak dukungan sosial ... 15

B. Kanker ... 19

1. Definisi kanker payudara ... 19

2. Jenis kanker payudara ... 21

(14)

xiv

3. Pengobatan kanker payudara... 22

4. Efek pengobatan kanker ... 24

C. Dukungan Sosial bagi Penderita Kanker Payudara ... 27

D. Kerangka Konseptual ... 30

E. Pertanyaan Penelitian ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 32

A. Jenis Penelitian ... 32

B. Fokus Penelitian ... 32

C. Partisipan Penelitian ... 33

D. Metode Pengumpulan Data ... 34

E. Metode Analisis Data ... 35

1. Penyusunan matriks kategorisasi ... 36

2. Pengodean ... 36

F. Dependabilitas dan Kredibilitas ... 37

G. Refleksi Peneliti ... 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian ... 40

1. Persiapan penelitian ... 40

2. Pelaksanaan penelitian ... 40

3. Ethical considerations ... 43

B. Partisipan Penelitian ... 46

1. Data partisipan ... 46

2. Latar belakang partisipan ... 46

C. Hasil Penelitian ... 53

1. Analisis data partisipan 1 ... 53

2. Analisis data partisipan 2 ... 62

3. Analisis data partisipan 3 ... 68

4. Integrasi analisis data tiga informan ... 73

5. Temuan baru dalam penelitian ... 88

D. Pembahasan ... 89

BAB V PENUTUP ... 102

(15)

xv

A. Kesimpulan ... 102

B. Keterbatasan Penelitian ... 104

C. Saran ... 105

1. Bagi wanita kanker payudara ... 105

2. Bagi keluarga, teman, dan kerabat ... 105

3. Bagi peneliti selanjutnya ... 106

DAFTAR PUSTAKA ... 108

LAMPIRAN ... 114

(16)

xvi DAFTAR TABEL

Tabel 1. Panduan Wawancara ... 35

Tabel 2. Kerangka Analisis Tipe Dukungan Sosial ... 36

Tabel 3. Kerangka Analisis Dampak Dukungan Sosial ... 36

Tabel 4. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Wawancara ... 43

Tabel 5. Data Partisipan ... 46

Tabel 6. Hasil member checking partisipan 1 ... 115

Tabel 7. Hasil member checking partisipan 2 ... 115

Tabel 8. Hasil member checking partisipan 3 ... 116

Tabel 9. Hasil peer debriefing ... 116

(17)

xvii DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Konseptual Penelitian ... 30

(18)

xviii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kredibilitas ... 115

Lampiran 2. Lembar Persetujuan P1 ... 117

Lampiran 3. Lembar Persetujuan P2 ... 120

Lampiran 4. Lembar Persetujuan P3 ... 123

Lampiran 5. Daftar Koding Dukungan Sosial... 126

Lampiran 6. Analisis Partisipan 1 ... 136

Lampiran 7. Analisis Partisipan 2 ... 173

Lampiran 8. Analisis Partisipan 3 ... 205

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kanker adalah salah satu penyakit mematikan yang menjadi penyebab kematian utama di seluruh dunia. Sel kanker secara perlahan menggerogoti hidup seseorang bahkan dapat merenggut sebuah kehidupan. Individu dengan sel kanker harus berjuang berperang untuk melawan sel tersebut. Sebuah basis data bernama GLOBOCAN yang berada di bawah International Agency Research on Cancer pada tahun 2012 menyatakan bahwa kanker payudara menjadi salah satu jenis kanker dengan persentase kasus baru tertinggi. Sejak tahun 2010 sampai dengan 2013, kanker payudara menjadi salah satu kasus terbanyak di RS Kanker Dharmais Jakarta (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015).

Sejak tahun 2015 terdapat lebih dari 80% kasus kanker payudara stadium lanjut yang berhasil dideteksi di Indonesia, padahal upaya pengobatan akan lebih sulit dilakukan pada stadium ini (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015). Pengobatan untuk kanker, khususnya kanker payudara pada umumnya dapat dilakukan melalui kemoterapi, terapi radiasi, maupun pembedahan, namun ketiga hal tersebut merupakan upaya penyembuhan, karena hingga saat ini belum ada pengobatan pasti untuk kanker (National Geographic Indonesia, 2015).

Proses pengobatan yang dilakukan oleh para penderita kanker dapat menimbulkan dampak tertentu, baik dampak fisiologis maupun dampak psikologis yang dapat memengaruhi kesehatan mental penderita (Mental Health America,

(20)

n.d.). Sebuah yayasan kanker payudara yang didirikan oleh Nanci G. Brinker bernama Susan G. Komen (2018) menjelaskan pada situsnya bahwa pengobatan yang akan dijalani oleh penderita kanker dapat bersifat jangka pendek atau jangka panjang. Pada situs tersebut dijelaskan baik kemoterapi maupun radioterapi memiliki efek samping bagi penderita yang menjalaninya. Savitri, Larasati, dan Utami (2015) menyebutkan dampak fisiologis seperti kehilangan nafsu makan, mual bahkan muntah, sariawan, cepat lelah, dan rambut rontok dapat dialami oleh penderita kanker payudara.

Kesehatan fisik yang terganggu tentunya dapat memengaruhi kesehatan mental seorang penderita kanker bahkan kualitas kehidupannya (Naughton &

Weaver, 2014). Egede (dalam Taylor, 2015) mengatakan efek psikologis berupa denial, kecemasan, tak terkecuali depresi dapat dialami oleh penderita kanker yang sedang menjalani proses pengobatan. Dsouza, Vyas, Narayanan, Parsekar, Gore, dan Sharan (2017) menjelaskan dalam penelitiannya ketika penderita menjalani pengobatan atau bahkan setelah menjalani pengobatan mereka rentan mengalami stres yang bersifat traumatik, kekhawatiran akan rasa sakit, kesedihan, dan ketidakmampuan dalam menghadapi kanker itu sendiri. Naughton dan Weaver (2014) menyatakan bahwa penderita kanker memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami masalah psikologis dibandingkan orang dewasa yang tidak memiliki kanker. Dampak pada setiap penderita kanker berbeda-beda, akan tetapi beberapa hal yang telah disebutkan mungkin saja terjadi pada penderita kanker.

Lalu apa yang membuat para penderita tetap bertahan melalui masa pengobatan?

(21)

Dukungan sosial terbukti dapat memengaruhi kesehatan tubuh seseorang, bahkan menjadi salah satu faktor penting bagi individu yang sedang mengalami penyakit kronis maupun penyakit akut. Pada penderita penyakit kronis dibutuhkan dukungan sosial yang stabil dari waktu ke waktu agar dukungan sosial tersebut benar memberikan dampak bagi penerimanya (Uchino, 2009). Dukungan sosial secara teoretis dapat didefinisikan sebagai salah satu bentuk bantuan berupa informasi yang diterima oleh seseorang dari orang lain, agar orang tersebut dapat mengatasi stres yang sedang dialami (Baron, 2004). Hal ini serupa dengan definisi dukungan sosial menurut Uchino (dalam Sarafino & Smith, 2011) yang menyebutkan bahwa dukungan sosial merupakan tindakan yang diterima untuk individu atau sekelompok dengan tujuan untuk memberikan kenyamanan, bantuan, menyampaikan kepedulian, dan penghargaan. Penelitian Utami dan Hasanat (1998) mendapatkan hasil bahwa dukungan sosial berkorelasi negatif dengan depresi.

Hasil penelitian Maunsell, Brisson, dan Deschenes (1995) mendukung bahwa dukungan sosial memiliki hubungan yang signifikan dengan kelangsungan hidup penderita kanker payudara. Taylor (dalam Utami & Hasanat, 1986) menyatakan dalam penelitiannya bahwa dukungan sosial yang baik dan diberikan bagi penderita kanker menunjukkan prognosa dan penyesuaian yang baik.

Dukungan sosial menurut Sarafino dan Smith (2011) dibedakan menjadi empat fungsi dasar, yaitu emotional atau esteem support, tangible atau instrumental support, informational support, dan companionship support. Emotional atau esteem support merupakan dukungan yang ditujukan dengan menunjukkan empati, menyampaikan hal positif atau perkataan bahwa individu tersebut berharga, dan

(22)

memberikan perhatian. Tangible assistance atau instrumental support merupakan dukungan yang diperoleh secara langsung berupa materi maupun pelayanan.

Informational support menerima dukungan dalam bentuk informasi sesuai yang berkaitan dengan keadaan penerima dukungan sosial. Companionship support merupakan dukungan yang diterima dengan cara meluangkan waktu agar penerima dukungan sosial merasa menjadi bagian dari sebuah kelompok.

Pada penelitian Sippel, Pietrzak, Charney, Mates, dan Southwick (2015), para ahli menemukan bahwa peningkatan resiliensi yang ada pada individu yang memiliki trauma bergantung pada dukungan positif yang diberikan pada mereka.

Swagery, Hikmatul, dan Husna (2017) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa dukungan sosial menjadi faktor eksternal yang memengaruhi hardiness pada wanita karir single parent yang memiliki anak tunarungu. Penelitian lainnya menyebutkan bahwa dukungan sosial dan harapan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap resiliensi pasien kanker (Vartak, 2015). Finck, Barradas, Zenger, dan Hinz (2018) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa dukungan sosial digunakan sebagai coping dalam menghadapi penyakit bagi pasien kanker payudara.

Zuriati (2016) menemukan bahwa penderita kanker di RSUP Dr. M. Djamil yang menerima dukungan sosial dari keluarga memiliki subjective well-being yang baik pula. Sarafino dan Smith (2011) mengatakan stres yang dialami seseorang dapat berkurang dengan adanya dukungan sosial yang diberikan untuk dirinya.

Pendapat ini serupa dengan hasil penelitian Misgiyanto dan Susilawati (2014) yang menyebutkan bahwa penderita kanker serviks yang mendapatkan dukungan sosial yang tepat dapat menurunkan tingkat kecemasan seseorang. Usta (2012)

(23)

menemukan bahwa dukungan sosial memberikan pengaruh baik untuk mengatasi masalah psikologis pada penderita kanker. Nausheen et al. (dalam Usta, 2012) mengemukakan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara dukungan sosial dengan pertumbuhan kanker.

Salah satu penderita kanker payudara, CR yang berusia 54 tahun mengatakan bahwa kehadiran support group yang saat ini mendampinginya memberikan banyak bantuan dalam melewati masa-masa sulit dalam proses pengobatan. Pada saat melakukan wawancara di salah satu rumah sakit swasta di Yogyakarta, CR membagikan ceritanya ketika membantu anggota baru yang baru saja mendapatkan diagnosis kanker dan sedang menjalani kemoterapi. Setiap anggota saling mendukung bahkan memberikan rekomendasi dan trik khusus ketika menghadapi dampak fisiologis akibat pengobatan yang sedang dijalaninya. Kisah CR merupakan satu pengalaman di antara beberapa anggota support group yang merasakan hal yang sama. Keberadaan support group menurut CR membuat dirinya merasa diterima, memiliki teman seperjuangan, dan merasa didukung oleh teman- teman baru yang ada di dalam kelompok. Dukungan sosial dari support group memberikan semangat tambahan untuk teman-teman berjuang.

Pada penelitian Güneş dan Çalışır (2016), penderita kanker payudara yang menerima dukungan sosial yang tepat dari suaminya memiliki kualitas hidup yang lebih baik. Kim, Lee, dan Kang (2016) menemukan bahwa pemberian dukungan sosial yang tepat dari keluarga untuk penderita kanker payudara memperkecil kemungkinan penderita mengalami depresi. Hasil penelitian Usta (2012) menunjukkan bahwa dukungan sosial terbukti berguna untuk penderita kanker dan

(24)

terdapat hubungan yang positif antara emotional support yang diberikan oleh keluarga dengan tingkat penyesuaian tubuh dan mental terhadap kanker. Penelitian ini menyatakan bahwa tipe dukungan sosial berupa emotional support yang diberikan oleh orang-orang terdekat terbukti memberikan dampak yang signifikan bagi penderita kanker.

Faktanya dukungan sosial tidak selalu memberikan dampak positif bagi penderita kanker (Dakof & Taylor, 1990). Dukungan sosial dalam situasi tertentu tidak selalu dapat diartikan sebagai hal yang mendukung penerimanya. Pemberian dukungan sosial oleh individu maupun kelompok yang tidak tepat dapat menyebabkan dukungan sosial tidak bersifat menolong bagi penerima. Sarafino dan Smith (2011) mengemukakan bahwa dukungan sosial yang tidak sesuai dengan kebutuhan penerima saat itu hanya menjadikan dukungan sosial sebagai stressor baru bagi penerimanya.

Pada beberapa kasus, penerima yang tidak dapat memaknai dukungan sosial sebagai bantuan, justru terjebak pada masalah yang dimilikinya bukan tergerak untuk mengatasinya (Hahn, Stephens & Long dalam Deelstra, 2003). Penerima dukungan sosial yang memandang negatif sumber dukungan sosial, mempunyai kecenderungan untuk menghasilkan perilaku yang negatif pula. Sumber dukungan sosial yang terlalu protektif dapat memunculkan ketergantungan pada penerima dukungan sosial (Sarafino & Smith, 2011). Ray dan Miller (dalam Deelstra, 2013) mengatakan bahwa dampak negatif dari dukungan sosial disebabkan oleh relasi yang terbentuk antara sumber dan penerima dukungan sosial terkait dengan ketersediaan waktu dan tenaga sumber. Penelitian Peters-Golden (dalam Dakof &

(25)

Taylor, 1990) menemukan bahwa dukungan sosial yang diberikan pada pasien kanker payudara sering kali dinilai tidak sesuai dengan kebutuhan, bahkan dianggap tidak membantu. (TAMBAHIN SUMBER)

Ang dan Malhotra (2015) melalui penelitiannya yang menggunakan sampel orang-orang lanjut usia di Singapura, menemukan bahwa penerimaan beberapa jenis dukungan sosial secara tidak langsung dapat meningkatkan gejala depresi. Hal ini disebabkan karena individu akan berusaha mengurangi kemampuannya mengolah diri. Menerima lebih banyak jenis dukungan sosial dapat menimbulkan indikasi seseorang untuk bergantung pada orang lain pada kesehariannya, sehingga ia tidak dapat menyelesaikan tugasnya secara mandiri. Hasil penelitian Croezen, Picavet, Haveman-Nies, Verschuren, de Groot, dan Veer (2012) menunjukkan bahwa pengalaman negatif yang dirasakan ketika menerima dukungan sosial berkaitan dengan perilaku merokok, peningkatan konsumsi alkohol, penurunan aktivitas fisik, kelebihan berat badan, dan persepsi diri yang buruk mengenai kesehatan. Artikel yang bersumber dari Binghamton University (2017) menyampaikan bahwa tanpa adanya kemampuan komunikasi yang baik pemberian bantuan yang diyakini sebagai dukungan yang positif oleh suami dapat menimbulkan dampak negatif pada fisiologis istri sebagai penerima dukungan sosial. Memberikan saran kepada istri dianggap sebagai hal yang wajar bagi suami, meskipun yang dibutuhkan istri hanya untuk didengarkan.

Penelitian mengenai dukungan sosial pada penderita kanker sudah pernah dilakukan di Indonesia. Beberapa di antara penelitian tersebut menghubungkan dukungan sosial dengan variabel lainnya menggunakan pendekatan kuantitatif.

(26)

Dukungan sosial dikaitkan dengan variabel lain, seperti subjective well-being (Zuriati, 2016), ketepatan pengobatan (Aruan & Isfandiari, 2015), kualitas hidup (Endiyono & Herdiana, 2016), kelangsungan hidup (Chou, Stewart, Wild, &

Bloom, 2012), hardiness (Maharani & Halimah, 2015), dan body image (Tasripiyah, Prawesti, & Rahayu, 2012). Berdasarkan penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan positif antara dukungan sosial dengan subjective well-being, ketepatan pengobatan, kualitas hidup, kelangsungan hidup, hardiness, dan body image. Semakin tepat dukungan sosial yang diterima oleh seseorang, maka subjek memiliki subjective well-being, waktu ketepatan untuk mencari pengobatan, kualitas hidup, kelangsungan hidup, hardiness, dan body image yang baik pula.

Pada penelitian lainnya, peneliti menghubungkan dukungan sosial dengan variabel lain seperti tingkat kecemasan. Penelitian Misgiyanto dan Susilawati (2014) mengatakan bahwa adanya hubungan negatif antara dukungan sosial dengan tingkat kecemasan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin besar porsi dukungan sosial yang diterima dari orang lain, maka semakin rendah tingkat kecemasan yang dialami oleh penderita. Memberikan dukungan sosial yang tidak cukup dapat menyebabkan tingkat kecemasan yang semakin tinggi pada penderita kanker. Penelitian yang dilakukan oleh Kirana (2016) menggunakan dukungan sosial dan resiliensi sebagai satu-satunya variabel. Proses penggalian data dilakukan dengan menggunakan wawacara mendalam. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa dukungan sosial memberikan dampak yang baik untuk kesehatan penderita kanker, meskipun pada waktu yang bersamaan dukungan

(27)

sosial pada satu subjek tidak memberikan pengaruh yang signifikan untuk dirinya, bahkan kesehatan subjek semakin menurun.

Berikut merupakan celah dalam penelitian-penelitian sebelumnya mengenai dukungan sosial pada penderita kanker. Berdasarkan metodenya, penelitian sebelumnya lebih banyak menggunakan skala atau kuesioner daripada menggunakan metode wawancara mendalam. Penggunaan metode wawancara akan memberikan arti mendalam bagi peneliti terkait dengan dukungan sosial. Kedua, sejauh penelusuran ditemukan adanya hasil penelitian yang tidak konsisten.

Beberapa penemuan menunjukkan bahwa dukungan sosial memiliki peran terhadap kelangsungan hidup penderita kanker (Chou, dkk., 2012) dan subjective well-being (Zuriati, 2016), akan tetapi ditemukan juga hasil yang berbeda bahwa dukungan sosial tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kondisi kesehatan pasien (Jatoi, Muss, Allred, Cohen, Ballman, Hopkins, Gajra, Lafky, Wolff, Kottschade, Gralow, & Hurria, 2016), peningkatan gejala depresi (Ang & Malhotra, 2015), atau bahkan manfaat dukungan sosial yang berdampak negatif (Peters-Golden dalam Dakof & Taylor, 1990).

Berdasarkan paparan celah dari penelitian tersebut, penulis bermaksud untuk menggali lebih dalam mengenai dukungan sosial bagi penderita kanker payudara ketika menjalani proses pengobatan yang meliputi dukungan yang dibutuhkan maupun dukungan sosial yang telah diterima. Peneliti memilih kanker untuk diteliti karena berdasarkan data yang diperoleh Agency for Research on Cancer pada WHO (2018) penderita kanker di dunia mencapai 18,1 juta kasus baru dengan data 9,6 juta di antaranya meninggal dunia, di saat angka kematian pada penyakit kronis

(28)

lainnya mengalami penurunan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2019) mengatakan bahwa Indonesia berada pada urutan kedelapan di Asia Tenggara dengan angka kejadian kanker payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak dialami oleh wanita di Indonesia.

Prosedur pengumpulan data yang akan digunakan adalah wawancara. Melalui pertanyaan-pertanyaan yang bersifat terbuka diharapkan dapat memancing respon subjek mengenai pandangan maupun pendapatnya terhadap gejala yang ada (Supratiknya, 2015). Penelitian ini akan menggunakan pendekatan analisis isi kualitatif, khususnya analisis isi terarah (directed content analysis). Metode yang disebut juga dengan analisis isi deduktif ini digunakan untuk menguji ulang penelitian tertentu dengan menggunakan konteks yang baru dengan pemilihan subjek yang berbeda pula (Supratiknya, 2015). Partisipan dalam penelitian ini adalah wanita penderita kanker payudara yang saat ini sedang menjalani proses pengobatan. Pengobatan yang sudah dijalani meliputi mastektomi, kemoterapi, dan radioterapi. Peneliti ingin meneliti wanita dewasa madya yang sudah berkeluarga, dengan rentang usia menurut Hurlock (1990) yaitu 40 tahun sampai dengan 60 tahun. Menderita kanker dan menjalani pengobatan jangka panjang tentu dapat mengganggu tugas perkembangan tersebut. Bukan hanya sebagai seorang wanita, melainkan juga sebagai seorang ibu. Pada rentang kehidupan tersebut, tugas perkembangan menjadi sebuah tantangan baru bagi penderita kanker, bahkan mereka terancam tidak dapat melewati tahap perkembangan ini.

Dukungan sosial bersifat relatif, artinya dukungan sosial tidak hanya dibutuhkan oleh individu yang sedang sakit, melainkan dibutuhkan oleh siapa saja.

(29)

Dukungan sosial dapat memengaruhi hasil dan perawatan kesehatan seseorang (Rummans, Frost, Suman, Taylor, Novotny, Gendron, Johnson, Hartmann, Dose,

& Evans, 1998). Selain itu, dukungan sosial juga dibutuhkan oleh pasangan suami istri yang terikat dalam sebuah pernikahan. Pada lansia, dukungan sosial juga dapat diberikan pada cucunya berupa bantuan dalam keuangan, walaupun di saat yang bersamaan lansia juga menerima dukungan sosial dari orang lain (Andrew, 2010).

Penelitian ini layak untuk dilakukan karena dengan mendapatkan gambaran mengenai dukungan sosial yang tepat bagi penderita kanker, maka hasil dari penelitian ini akan menjadi referensi bagi para significant other penderita kanker di luar sana agar dapat memberikan dukungan sosial yang dibutuhkan oleh penderita kanker.

B. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah memberikan gambaran pengalaman mengenai dukungan sosial bagi penderita kanker payudara saat menjalani pengobatan. Pada penelitian ini dukungan sosial yang dimaksud mencakup dukungan sosial yang dibutuhkan serta dukungan sosial yang telah diterima penderita kanker payudara saat menjalani proses pengobatan. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai dampak dukungan sosial yang telah diterima oleh penderita.

C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoretis

Melalui hasil penelitian ini peneliti berharap dapat memberikan kontribusi bagi ruang lingkup Psikologi Kesehatan dan Psikologi Klinis, khususnya

(30)

mengenai dukungan sosial bagi penderita kanker payudara yang meliputi dukungan sosial yang dibutuhkan dan diterima, juga dampak dukungan sosial itu sendiri bagi penerimanya.

2. Manfaat praktis a. Penderita kanker

Penelitian mengenai dukungan sosial ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan refleksi bagi penderita kanker yang sedang berjuang mengenai perjalanan mereka dalam menjalani pengobatan.

b. Keluarga, teman, dan kerabat dari penderita kanker payudara

Ketika menjalani pengobatan, keluarga dan teman menjadi sumber dukungan sosial terdekat bagi penderita. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sudut pandang yang baru bagi sumber dukungan sosial, seperti keluarga, teman, maupun kerabat terkait dengan pemberian dukungan sosial yang tepat juga sesuai kebutuhan penderita kanker payudara yang sedang menjalani proses pengobatan.

c. Tenaga profesional

Tenaga profesional dapat meliputi para ahli seperti dokter, perawat, dan psikolog. Setelah mengetahui dukungan sosial yang dibutuhkan dan diterima, juga mengenai dampak dukungan sosial, harapannya tenaga profesional dapat memberikan dukungan yang tepat sesuai dengan kebutuhan penderita kanker payudara saat menjalani pengobatan.

(31)

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dukungan Sosial 1. Definisi dukungan sosial

Dukungan sosial merupakan bentuk perilaku yang diberikan oleh individu maupun kelompok yang bertujuan untuk membantu individu dalam menjalani hidupnya (Reber & Reber, 2010). Pendapat serupa disampaikan oleh Baron yang mendefinisikan dukungan sosial sebagai sumber informasi yang disediakan oleh orang lain dengan tujuan memberikan bantuan pada seseorang untuk dapat mengatasi stres (Baron, 2004). Taylor (2015) mendefinisikan dukungan sosial sebagai bagian dari komunikasi dengan cara memberikan informasi kepada orang yang dicintai dan dipedulikan. Uchino (dalam Sarafino & Smith, 2011) mengatakan bahwa dukungan sosial mengacu pada suatu hal yang memberikan kenyamanan, kepedulian, penghargaan, maupun bantuan yang tersedia untuk seseorang yang diberikan oleh orang lain maupun sekelompok orang.

Jadi dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial merupakan bantuan yang diterima dalam bentuk perilaku kepedulian, penghargaan, atau berupa informasi yang diberikan oleh seseorang maupun kelompok kepada orang lain yang membutuhkan untuk mengatasi permasalahan dalam kehidupannya.

2. Tipe dukungan sosial

Dakof dan Taylor (1990) merumuskan dukungan sosial menjadi tiga tipe yang terdiri dari esteem/emotional support, informational support, dan tangible

(32)

support. Sarafino dan Smith (2011) merumuskan empat fungsi dasar pada dukungan sosial yang menjadi beberapa tipe dari dukungan sosial yaitu emotional atau esteem support, tangible atau instrumental support, informational support, dan companionship support. Peneliti memilih untuk menggunakan rumusan dari Sarafino dan Smith (2011) yaitu sebagai berikut:

a. Tangible assistance atau instrumental support

Dukungan ini dapat diterima melalui keterlibatan secara langsung berupa pendampingan, lalu berupa materi seperti pelayanan maupun keuangan. Mattson dan Hall (2011) mengatakan instrumental support sebagai segala bentuk dukungan fisik yang diberikan oleh orang lain.

b. Informational support

Menerima dukungan dalam bentuk informasi yang sesuai dengan apa yang sedang dialami oleh penerima dukungan. Informasi dapat berupa nasihat, petunjuk, maupun menanyakan kabar. Christensen, Martin, dan Smyth (2014) dalam buku Encyclopedia of Health Psychology menjelaskan bahwa nasihat, bimbingan, dan saran yang tepat sesuai dengan situasi penerima.

c. Emotional atau esteem support

Emotional support dapat diterima melalui bentuk empati dan kepedulian, pemberian kata-kata maupun hal positif, atau bahkan diberikan perhatian dan dorongan (Sarafino & Smith, 2011). Esteem support atau yang juga dikenal dengan dukungan penghargaan dapat diterima dengan tindakan

(33)

yang menunjukkan bahwa dirinya berharga dan layak untuk menerima kepedulian juga kebaikan dari orang lain (Taylor, 2015).

d. Companionship support

Bentuk dukungan ini dapat diterima melalui kesediaan orang lain untuk meluangkan waktu, sehingga menimbulkan perasaan menjadi bagian dari sebuah kelompok yang berbagi minat maupun aktivitas yang sama bagi penerima.

Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan tipe dukungan sosial dapat dibedakan menjadi empat. Pertama tangible assistance atau instrumental support, yaitu dukungan yang diberikan dalam bentuk materi. Kedua informational support, yaitu dukungan yang diterima dalam bentuk informasi.

Ketiga emotional atau esteem support, yaitu dukungan yang diterima melalui empati, perhatian maupun kepedulian dari orang lain. Keempat companionship support, yaitu dukungan sosial yang diberikan dengan kesediaan orang lain untuk menemani.

3. Dampak dukungan sosial a. Dampak positif

Sarafino dan Smith (2011) mengatakan bahwa dukungan sosial yang diberikan pada seseorang dapat mengurangi stres yang sedang dialami.

Dukungan sosial dapat mengurangi kemungkinan timbulnya sebuah penyakit atau bahkan mempercepat pemulihan seseorang dari sebuah penyakit ataupun pengobatan (Krohne & Slangen, dalam Taylor 2015). Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Berkman dan Syme (1979) pada 4700 laki-laki dan perempuan

(34)

dengan usia 30 sampai 69 tahun yang memiliki empat aspek dukungan sosial:

status pernikahan, hubungan keluarga dan teman, keanggotaan di Gereja, dan kelompok asosiasi formal dan informal, mengatakan bahwa semakin besar dukungan sosial yang diterima oleh subjek, maka semakin rendah pula kemungkinan mereka memiliki penyakit selama sembilan tahun perjalanan studi (Sarafino & Smith, 2011).

Zuriati (2016) melakukan penelitian terhadap 38 orang penderita kanker dan mendapatkan hasil bahwa adanya hubungan antara dukungan sosial yang diberikan keluarga dengan subjective well-being penderita kanker. Penelitian lainnya menunjukkan bahwa dukungan sosial memiliki hubungan dengan tingkat kecemasan penderita kanker serviks. Penelitian tersebut menunjukkan ketika penderita menerima dukungan sosial yang baik, maka tingkat kecemasan penderita akan menurun (Misgiyanto & Susilawati, 2014).

Dampak positif dapat dirasakan seseorang jika orang tersebut menerima dukungan sosial yang dianggap membantu atau efektif, sehingga ada keselarasan antara tipe dukungan sosial dengan dukungan sosial yang diberikan (Lanza, Cameron, Revenson, 1995). Seperti hasil penelitian yang disampaikan Dakof dan Taylor (1990) menyatakan bahwa penerimaan pasangan terhadap penyakit yang diderita pasangan lainnya merupakan perilaku yang paling mendukung. Keluarga dapat mengekspresikan perhatian dan kasih sayangnya terhadap pasien, kehadiran, menyediakan transportasi,

(35)

menyiapkan makanan, dan lain halnya merupakan contoh dukungan sosial efektif yang dapat diberikan pada pasien kanker.

Berdasarkan beberapa penelitian yang terpapar di atas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial memiliki dampak positif bagi manusia, terutama memiliki hasil yang baik bagi penderita kanker. Dampak positif berupa penurunan stres, meningkatkan kesejahteraan psikologis seseorang, menurunkan tingkat kecemasan, bahkan menjauhkan diri dari penyakit.

Dampak positif itu sendiri bisa terjadi jika individu menerima dukungan sosial yang efektif sesuai dengan kebutuhannya saat itu.

b. Dampak negatif

Beberapa penelitian mengatakan bahwa dukungan sosial dapat memberikan dampak negatif terutama pada kesehatan mental seseorang.

Hasil penelitian Ang dan Malhotra (2015) menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial dengan peningkatan gejala depresi baik pada subjek laki-laki maupun perempuan. Penelitian lain yang dilakukan Hahn, Stephens, dan Long (dalam Janna Deelstra, 2003) juga menyebutkan bahwa menerima dukungan sosial, khususnya pada jenis emotional support dapat menjadi hal yang negatif karena hal tersebut membuat individu cenderung fokus pada aspek-aspek negatif dari situasi yang sedang dialaminya. Penelitian terdahulu mengatakan bahwa tipe-tipe yang berbeda pada dukungan sosial, menghubungkan penerimanya dengan jenis-jenis stres (Jacobson, 1986).

(36)

Lanza, dkk. (1995) menjelaskan bahwa dampak negatif dukungan sosial muncul ketika dukungan yang diberikan tidak berada di waktu yang tepat, sehingga dukungan sosial menjadi tidak efektif. Dukungan sosial yang tidak membantu itu sendiri sesungguhnya mengarah pada interaksi tidak mendukung yang diterima oleh individu. Manne dan Zautra (dalam Lanza, dkk., 1995) mengatakan bahwa respon mengenai dukungan sosial yang tidak efektif dapat disebabkan karena individu kurang menerima dukungan orang lain atau justru dukungan yang diberikan dengan maksud baik, namun ditafsirkan tidak membantu oleh penerimanya. Dakof dan Taylor (1990) dalam penelitiannya pada penderita kanker, memberikan contoh perilaku tidak efektif seperti sikap pasangan yang terlalu cemas atau pesimis terhadap pengobatan kanker atau sikap teman yang menghindari dari penderita kanker.

Sarafino dan Smith (2011) mengatakan bahwa dukungan sosial yang diberikan ternyata tidak selalu diartikan sebagai bantuan. Cohen dan Syme (1985) juga menyampaikan hal serupa dengan Sarafino dan Smith, sehingga peneliti merangkum beberapa hal yang dapat memengaruhi efektivitas dukungan sosial:

1) Bentuk atau jenis dukungan sosial yang diberikan kurang sesuai dengan masalah yang sedang dihadapi penerima dukungan sosial.

2) Karakteristik penerima dukungan sosial. Penerima dukungan sosial perlu memiliki kemampuan untuk mempertahankan dan memperjuangkan dukungan yang diterimanya.

(37)

3) Waktu pemberian dukungan sosial yang tidak tepat. Pemberian dukungan sosial yang diberikan dalam jangka waktu yang panjang tidak efektif bagi sumber dukungan sosial.

4) Sumber dukungan sosial, meskipun dukungan sosial diberikan oleh sumber yang sama, dukungan dapat memberikan pengertian yang berbeda pada tiap penerimanya. Sumber dukungan yang memberikan contoh buruk atau bersikap terlalu protektif dapat memengaruhi perilaku penerima dukungan sosial.

Berdasarkan paparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dukungan sosial dapat tidak berguna bahkan berbahaya bagi penerimanya. Dukungan sosial dapat menyebabkan individu cenderung terpusat pada hal-hal negatif yang sedang menimpanya. Pemberian dukungan sosial yang tidak tepat, baik dari segi jenis, waktu, sumber, dan penerima dapat menyebabkan dukungan sosial tidak berdampak positif.

B. Kanker 1. Definisi kanker payudara

Kanker merupakan pertumbuhan dan penyebaran sel yang tidak terkendali dan dapat menyerang organ tubuh manapun. Pada jenis tertentu kanker dapat disembuhkan baik melalui operasi, radioterapi, atau kemoterapi (WHO, 2017).

Yayasan Kanker Indonesia (2017) mendefinisikan kanker sebagai penyakit yang timbul karena adanya pertumbuhan yang tidak normal pada sel-sel jaringan tubuh dan berubah menjadi sel kanker. Apabila terus berkembang, sel-sel kanker dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya dan dapat menyebabkan kematian.

(38)

Awal mula kata kanker diberikan oleh seorang ahli bernama Hippocrates.

Hippocrates menggunakan kata carcinos dan carcinoma untuk menggambarkan pembentukan non-ulcer dan ulcer-forming tumors. Kemudian seorang ahli bernama Celcus menerjemahkan istilah dalam bahasa Yunani tersebut menjadi cancer, bahasa Latin dari crab (American Cancer Society, 2014). Carcinoma menurut Kamus Saku Kedokteran Dorland (2012) merupakan pertumbuhan ganas sel-sel epitel yang cenderung memasuki jaringan sekitarnya dan dapat menimbulkan perpindahan pada bagian tubuh lainnya, sedangkan karsinogen merupakan substansi yang dapat menyebabkan kanker. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan karsinogen sebagai zat yang dapat menimbulkan kanker dalam jaringan hidup.

Kanker sering kali disamakan dengan tumor, padahal berdasarkan pengertiannya tumor merupakan sebuah kondisi dimana terdapat sebuah pertumbuhan yang tidak normal, sehingga membentuk sebuah lesi atau benjolan (Savitri, dkk., 2015). Tumor dibagi menjadi dua golongan, yaitu tumor jinak dan tumor ganas. Kanker merupakan istilah yang umum digunakan untuk semua jenis tumor ganas. Penyakit kanker bukanlah penyakit menular, kanker dapat dialami oleh siapa saja, pada bagian tubuh manapun, dan pada semua golongan usia. Beberapa jenis kanker berkembang karena kebiasaan gaya hidup yang kurang baik seperti merokok atau konsumsi alkohol yang berlebihan dan faktor lingkungan tertentu.

Kanker payudara merupakan sebuah pertumbuhan pada jaringan payudara yang berubah menjadi ganas dan berasal dari epitel duktus dan lobus

(39)

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015). Jadi dapat disimpulkan bahwa kanker payudara merupakan sebuah penyakit yang timbul karena adanya pertumbuhan tidak normal pada sel-sel jaringan payudara dan berubah menjadi sel kanker.

2. Jenis kanker payudara

Kanker payudara yang pada umumnya menyerang wanita adalah karsinoma, yaitu kanker yang berasal ada sel epitel yang menghubungkan organ dan jaringan payudara. Jenis lainnya ada sarkoma yang berawal dari sel otot, sel lemak atau jaringan penghubung. Kanker payudara dapat pula dibedakan berdasarkan protein dalam sel kanker, yaitu hormon receptor positive (sel kanker mengandung reseptor yaitu estrogen dan progesteron) dan triple negative (tidak memiliki reseptor berupa estrogen atau progesteron dan tidak memiliki HER2 yang terlalu banyak). Berikut beberapa jenis kanker payudara yang umum:

a. Ductal Carcinoma in Situ (DCIS)

Jenis kanker ini dianggap sebagai kanker payudara yang tidak menyebar atau belum menyebar. Ductal carcinoma in situ artinya sel yang membentuk saluran susu berubah menjadi sel kanker.

b. Invasive (Infiltrating) Ductal Carcinoma (IDC)

IDC merupakan jenis kanker yang bermula dari saluran susu, kemudian menembus dinding saluran dan tumbuh pada jaringan lemak payudara. 80%

penderita kanker payudara menderita IDC, oleh sebab itu jenis kanker ini merupakan jenis yang paling umum diderita oleh wanita (Breastcancer.org, n.d)

(40)

c. Invasive (Infiltrating) Lobular Carcinoma (ILC)

ILC merupakan jenis kanker yang lebih sulit dideteksi daripada invasive ductal carcinoma. Jenis kanker ini menyerang jaringan yang memproduksi susu dan menyebar ke bagian lain dari tubuh.

Beberapa jenis kanker payudara yang umum adalah ductal carcinoma in situ, invasive (infiltrating) ductal carcinoma, dan invasive (infiltrating) lobular carcinoma. Kanker payudara dapat dibedakan berdasarkan sel yang menjadi awal berkembangnya kanker, yaitu karsinoma yang berasal dari sel epitel dan sarkoma yang berasal dari sel otot dan sel lemak. Jenis kanker payudara juga dapat dibedakan berdasarkan protein yang terkandung dalam sel kanker, yaitu hormon receptor positive dan triple negative.

3. Pengobatan kanker payudara

Faktanya, kanker merupakan penyakit yang sudah ditemukan sejak 1600 SM. Kendati sudah ditemukan sejak lama, belum ada yang dapat menemukan obat untuk menyembuhkan kanker (National Geographic Indonesia, 2015).

Secara umum, berikut beberapa perawatan yang umum dijalani oleh para penyintas kanker (Mount Elizabeth Hospital, n.d.):

a. Pembedahan atau operasi

Tumor yang ada pada tubuh seseorang tentunya dapat diambil melalui tindakan operasi, terutama apabila pada tahap stadium awal. Cara ini dianggap pula sebagai cara yang paling efektif dalam mengurangi penyebaran sel kanker yang ada di dalam tubuh (Mount Elizabeth Hospital, n.d.). Operasi yang dilakukan khusus untuk kanker payudara dibagi menjadi dua bagian,

(41)

yaitu mengangkat tumor yang ada di payudara dan melakukan operasi pengangkatan payudara secara menyeluruh (mastektomi).

b. Kemoterapi

Kemoterapi menjadi salah satu pilihan pengobatan yang umum dijalani oleh penderita kanker payudara. Penggunaan kemoterapi ini sendiri berbeda setiap pasien, tergantung jenis tumor atau karakteristik tumor, usia, maupun kesehatan secara keseluruhan (Susan G. Komen, 2018).

Kemoterapi pada umumnya terbagi menjadi dua jenis, ada jenis kemoterapi yang diberikan setelah operasi berguna untuk menghancurkan sel- sel kanker, ada pula yang diberikan sebelum operasi dilaksanakan yang bertujuan untuk mengecilkan tumor, tetapi, apabila terjadi penyebaran kemoterapi tidak dapat menyembuhkan kanker. Kemoterapi beralih fungsi untuk mengecilkan tumor, meringankan gejala-gejala, dan memperpanjang usia (Savitri, dkk., 2015).

c. Terapi radiasi

Savitri, dkk. (2015) mengatakan bahwa radioterapi merupakan sebuah proses terapi yang bertujuan menghilangkan sisa sel-sel kanker dengan dosis radiasi yang terkendali. Pemberian terapi radiasi ini sendiri tergantung pada kebutuhan pasien. Terapi radiasi atau yang dikenal juga dengan radioterapi merupakan salah satu pengobatan yang bertujuan untuk membunuh sel kanker tanpa merusak sel-sel normal yang ada. Dokter Spesialis Onkologi yang akan memberikan pertimbangan terkait dengan beberapa faktor seperti

(42)

jenis kanker, ukuran tumor, kondisi kesehatan pasien secara umum, dan lainnya.

d. Terapi hormon

Terdapat beberapa obat hormonal yang digunakan sebagai terapi bagi pasien kanker. Obat-obatan ini diberikan bagi penderita dengan kanker yang responsif terhadap hormon, salah satunya kanker payudara. Beberapa obat yang umum digunakan oleh penderita kanker payudara adalah tamoxifen dan letrozol (Sudoyo, Setiyohadi, Alwi, Simadibrata, & Setiati, 2009).

e. Ablasi atau supresi ovarium

Langkah ablasi atau supresi ovarium merupakan langkah penghentian permanen kinerja ovarium untuk menghasilkan hormon estrogen. Supresi ovarium menggunakan agonis luteinizing hormone-releasing hormone (ALHRH) yang bernama goserelin. Penggunaan obat ini akan menghentikan menstruasi untuk semester, namun pada usia mendekati menopause menstruasi dapat berhenti secara permanen (Savitri, dkk., 2015).

Pengobatan kanker payudara dapat dilakukan dengan beberapa cara.

Cara yang umum dilakukan sebagai pengobatan adalah pembedahan, kemoterapi, terapi radiasi, dan terapi hormon. Pengobatan lainnya juga dapat digunakan dengan menggunakan ablasi atau supresi ovarium.

4. Efek pengobatan kanker a. Efek fisiologis

Ketika menjalani proses pengobatan terhadap penderita kanker, tentunya ada beberapa kemungkinan efek samping yang muncul. Beberapa

(43)

efek samping dari kemoterapi adalah hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, sariawan atau rasa perih yang terjadi dalam mulut, kelelahan, dan rambut rontok. Penderita kanker juga menjadi rentan terhadap infeksi, hal ini disebabkan oleh efek samping dari kemoterapi yang dapat memengaruhi sel sehat seperti sel kekebalan tubuh. Pada perempuan, kemoterapi dapat menghambat produksi hormon estrogen, sehingga wanita yang belum menopause mungkin saja mengalami menstruasi terhenti.

Radioterapi yang dilakukan pada penderita kanker payudara dapat menyebabkan iritasi pada kulit sehingga kulit menjadi gelap, selain itu penderita memiliki kemungkinan mengalami limfedema sebagai efek samping dari radioterapi. Limfedema merupakan keadaan kelebihan cairan yang muncul pada lengan yang disebabkan kelenjar getah bening yang tersumbat di ketiak (Savitri dkk., 2015).

b. Efek psikologis

Sebuah diagnosis kanker dapat memberikan dampak yang begitu besar bagi pasien maupun keluarga. Merasa takut, mengalami depresi atau kecemasan menjadi respon umum yang dapat dijumpai (American Cancer Society, 2016). Saat seseorang didiagnosa sebuah penyakit kronis, orang tersebut dapat berada pada masa krisis baik secara fisik maupun psikisnya.

Salah satu efek yang dialami oleh penderita adalah denial. Denial sebagai sebuah mekanisme pertahanan diri individu, yang mana pada dasarnya individu tersebut menghindari kenyataan bahkan tidak mengakui kehadiran penyakit yang ada dalam tubuhnya. Contoh lainnya adalah kecemasan,

(44)

beberapa pasien mungkin akan mengalami perubahan dalam hidupnya. Pada beberapa kasus, penyakit tersebut akan membawanya dalam kematian.

Kecemasan tidak hanya muncul saat seorang pasien didiagnosa saja, kecemasan dapat muncul ketika pasien sedang menjalani pengobatan. Pada sisi yang lain, depresi juga menjadi reaksi umum terhadap penyakit kronis.

Depresi menjadi hal yang umum di antara pasien stroke, kanker, dan penyakit hati (Egede dalam Taylor, 2015).

Mengalami perubahan pada bagian tubuh dapat memengaruhi tingkat kepercayaan diri atau justru harga diri seorang penderita kanker. Efek fisiologis yang dirasakan seperti rasa sakit, mual, atau kelelahan yang berlebihan dapat menyebabkan emotional distress. Emotional distress dapat mengarahkan seseorang pada perilaku tidak sehat yang nantinya juga dapat memengaruhi kesehatan fisik. Tidak hanya itu, pikiran akan kematian dan penderitaan tentunya bisa saja menghantui pikiran (American Cancer Society, 2016).

Efek samping dari setiap pengobatan yang sedang dijalani dapat berbeda tiap individunya, baik pengobatan melalui kemoterapi maupun radioterapi. Efek samping seperti kekebalan tubuh yang menurun, iritasi pada kulit, maupun rambut rontok mungkin saja terjadi pada penderita kanker yang sedang menjalani proses pengobatan. Beberapa hal yang disebutkan sebelumnya merupakan efek fisiologis dari pengobatan, akan tetapi disisi yang lain juga terdapat efek psikologis melalui proses pengobatan yang sedang dijalani. Efek psikologis berupa denial, kecemasan, bahkan depresi.

(45)

C. Dukungan Sosial bagi Penderita Kanker Payudara

Setiap penderita kanker payudara memiliki cara yang berbeda untuk mengidentifikasi kanker yang ada di dalam tubuhnya. Pada mulanya sel kanker yang tidak aktif hanya akan bersarang pada tubuh, namun, ketika sel tersebut dipicu dan menjadi aktif, sel kanker dapat menyebar melalui aliran darah. Begitu cepat proses penyebaran tersebut hingga akhirnya berubah menjadi tumor ganas atau yang dikenal dengan kanker (Savitri dkk., 2015). Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah menjalani proses pengobatan. Beberapa tindakan pengobatan dapat dilakukan seperti pembedahan, kemoterapi, terapi radiasi, terapi hormon, maupun ablasi atau supresi ovarium. Akan tetapi, hal tersebut bukanlah hal yang mudah untuk dijalani karena efek samping yang dialami dapat memengaruhi fisiologis maupun psikologis penderita. Dsouza, dkk., (2017) mengatakan bahwa penderita kanker terancam mengalami osteoporosis, masalah ketika melakukan hubungan seksual, atau bahkan kehilangan kesempatan untuk memiliki keturunan.

American Cancer Society (n.d.) menjelaskan beberapa dampak fisiologis lainnya yang dapat dialami penderita pasca melakukan kemoterapi seperti diare, peningkatan risiko infeksi, perubahan pada warna kuku atau justru kuku tersebut terlepas, insomnia, bahkan pendarahan. Pada rentang waktu yang cukup lama, kemoterapi dapat memberikan efek lainnya pada tubuh seperti early menopause, masalah pada jantung, peningkatan risiko leukemia, dan gangguan kemampuan kognitif bahkan kanker otak (Susan G. Komen, 2018). Taylor (2015) mengatakan bahwa reaksi denial, kecemasan yang muncul, atau bahkan depresi merupakan reaksi umum yang muncul saat menghadapi penyakit kronis.

(46)

Selama proses pengobatan ini berlangsung penderita membutuhkan orang lain untuk memberikan dorongan untuk dirinya yang sedang berjuang. Bentuk perilaku yang diberikan yang bertujuan untuk mengatasi kehidupan ini disebut juga dengan dukungan sosial. Dukungan sosial bagi penderita kanker payudara itu sendiri meliputi dukungan sosial yang telah diterima, maupun dukungan sosial yang dibutuhkan oleh penderita kanker. Dukungan sosial yang diberikan oleh individu maupun kelompok dapat diberikan dalam bentuk empat jenis, yaitu instrumental support, informational support, emotional atau esteem support, dan companionship support. Instrumental support merupakan dukungan yang diterima secara spontan, dapat berupa materi. Hal ini dapat diberikan berupa dana maupun barang yang berupa obat-obatan. Kedua, informational support dapat diartikan sebagai dukungan yang diberikan kepada penerima dalam bentuk informasi yang sesuai dengan kebutuhan penerima saat itu, misalnya berupa rekomendasi dokter spesialis maupun informasi mengenai obat-obatan tradisional. Emotional atau esteem support merupakan dukungan yang dapat diterima dalam bentuk empati maupun kepedulian, selain itu dukungan ini juga dapat disampaikan dalam bentuk upaya sumber dukungan menunjukkan bahwa penerima layak menerima bantuan dari orang lain. Bentuk emotional atau esteem support dapat disampaikan dengan menyediakan diri untuk menemani penderita seperti mendengarkan keluh kesah.

Keempat, companionship support yang dapat diperoleh dengan kesediaan orang lain untuk meluangkan waktunya juga mengingatkan penerima bahwa dirinya diterima dan berada pada komunitas dengan minat yang sama. Bentuk dukungan sosial dapat diberikan seperti menyediakan waktu untuk menemani kontrol atau

(47)

ketika menjalani pengobatan. Selain itu dukungan ini dapat diterima penderita melalui support group penyintas kanker.

(48)

D. Kerangka Konseptual Penelitian

Gambar 1. Alur Berpikir Dukungan Sosial bagi Penderita Kanker Payudara

Penderita Kanker Payudara

Menjalani proses pengobatan 1. Operasi/pembedahan 2. Kemoterapi

3. Radioterapi

Efek Fisiologis

Hilangnya nafsu makan

Mual dan muntah

Sariawan

Kelelahan

Rambut rontok

Rentan terhadap infeksi

Menopause

Efek Psikologis

Denial

Kecemasan

Depresi Dukungan Sosial

1. Instrumental support 2. Informational

support 3. Emotional

support atau esteem support 4. Companionship

support

Dampak Dukungan Sosial 1. Dampak positif 2. Dampak negatif

(49)

E. Pertanyaan Penelitian

Menilik rumusan masalah yang telah disampaikan sebelumnya, maka peneliti merumuskan beberapa pertanyaan penelitian, yaitu:

1. Bagaimana gambaran dukungan sosial bagi penderita kanker payudara saat menjalani proses pengobatan?

2. Bagaimana dampak dukungan sosial yang diterima penderita kanker payudara saat menjalani proses pengobatan?

(50)

32 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode kualitatif memberikan gambaran bahwa kebenaran memiliki sifat yang subjektif, relatif, dan terbatas oleh subjek juga lingkungannya. Hal ini menyebabkan hasil dari metode penelitian kualitatif akan memberikan gambaran yang berlaku umum untuk seluruh subjek (Herdiansyah, 2015). Selanjutnya, model penelitian kualitatif yang akan digunakan adalah analisis isi kualitatif (AIK). Hsieh dan Shannon (dalam Supratiknya, 2015) mengatakan bahwa analisis isi kualitatif menafsirkan data berupa teks secara subjektif melalui proses pengelompokan sistematik dan pengidentifikasian aneka tema. Penggunaan bahasa sebagai ciri AIK bertujuan untuk mengungkap makna dari sebuah teks yang sesuai dengan konteks masalah (Supratiknya, 2015).

B. Fokus Penelitian

Fokus utama pada penelitian ini adalah mengungkap gambaran dukungan sosial bagi penderita kanker payudara, meliputi dukungan sosial yang dibutuhkan dan dukungan sosial yang telah diterima oleh penderita kanker payudara saat menjalani masa pengobatan. Selain itu, hal lain yang juga menjadi fokus pada penelitian ini adalah dampak menerima dukungan sosial bagi penderita kanker payudara. Untuk mendukung data mengenai dampak dukungan sosial, peneliti juga akan meneliti faktor-faktor yang memengaruhi efektivitas dukungan sosial.

(51)

C. Partisipan Penelitian

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu memilih subjek berdasarkan ciri-ciri yang sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dilakukan (Herdiansyah, 2005). Pada purposive sampling terdapat beberapa strategi yang dapat digunakan dalam memilah informasi (Patton, 2002). Salah satu strategi yang akan digunakan peneliti pada penelitian ini adalah homogeneous samples. Homogeneous samples digunakan untuk menggambarkan bagian-bagian khusus secara mendalam dalam sebuah penelitian (Patton, 2002).

Pada penelitian kualitatif, jumlah subjek tidak terlalu diperhitungkan, karena pada dasarnya kedalaman data lebih ditekankan daripada banyaknya sampel (Herdiansyah, 2015).

Partisipan dalam penelitian ini adalah wanita penderita kanker payudara yang berjumlah tiga orang. Smith (2008) mengatakan bahwa partisipan berjumlah tiga orang sudah cukup bagi mahasiswa yang baru pertama kali melakukan penelitian kualitatif. Ketiga partisipan dipilih berdasarkan kriteria yang memenuhi kebutuhan penelitian. Kriteria pertama adalah partisipan merupakan wanita penderita kanker payudara dengan rentang usia 40 sampai dengan 60 tahun. Hurlock (1990) mengelompokkan usia tersebut dalam kategori dewasa madya. Peneliti memilih dewasa madya dengan pertimbangan bahwa periode tersebut sering dianggap sebagai hal menakutkan yang diisi dengan stereotip pada masyarakat tradisional mengenai kemunduran fungsi mental dan fisik, juga berhentinya reproduksi pada wanita. Pada rentang usia ini, peran ibu menjadi krusial bagi keluarganya. Dewasa madya memiliki peran yang penting berkaitan dengan pasangan, orang tua yang

(52)

sudah lanjut usia, dan juga membimbing anak remaja agar bertanggung jawab atas hidupnya (Hurlock, 1990). Selain itu, dalam rentang usia ini wanita seharusnya berada pada masa aktif yang mana ia menemukan pencapaian-pencapaian terkait keluarga dan karirnya (Erikson, dalam Feist & Feist, 2010).

Kriteria kedua adalah partisipan merupakan penderita kanker payudara yang saat ini masih menjalani pengobatan. Pengobatan yang sedang dijalani dapat berupa operasi atau pembedahan, kemoterapi, radiasi, terapi hormon, maupun pemeriksaan rutin. Hal ini disebabkan oleh ketiga pengobatan tersebut merupakan pengobatan yang biasa dijalani oleh penderita kanker payudara (Mount Elizabeth Hospital, n.d.). Pada penelitian ini peneliti meminta bantuan ketiga wanita yang tergabung dalam komunitas kanker payudara Love Pink.

D. Metode Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah wawancara. Wawancara menurut Stewart dan Cash merupakan interaksi yang melibatkan komunikasi dua arah, sehingga keduanya aktif berdialog. Berdasarkan pengertian ini peneliti tidak hanya bertugas menyampaikan pertanyaan, tetapi juga saling menjawab (Herdiansyah, 2015).

Bentuk wawancara yang akan digunakan pada penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur. Wawancara semi terstruktur terdiri dari pertanyaan terbuka, tetapi memiliki batasan tema dan alur pembicaraan.

(53)

Tabel 1.

Panduan Wawancara

No Pertanyaan

Latar Belakang Partisipan

1 Identitas partisipan (nama lengkap, tempat/tanggal lahir, tempat tinggal, daerah asal)

2 Bagaimana anda mengetahui bahwa anda memiliki kanker payudara?

3 Kapan menerima diagnosa dari dokter bahwa anda memiliki kanker payudara?

Efek Pengobatan

4 Apa saja pengobatan yang sudah dilakukan sejak menerima diagnosa dari dokter?

5 Bagaimana efek dari pengobatan yang anda jalani?

6 Perubahan apa yang anda alami dari pengobatan?

7 Bagaimana anda dapat bertahan melewati masa-masa ini?

Dukungan Sosial

8 Siapa saja yang telah memberikan bantuan atau menemani anda selama menjalani proses pengobatan?

9 Bantuan jenis apa yang pernah anda terima dari sesama penyintas kanker payudara dalam menjalani pengobatan?

10 Bagaimana perasaan anda terhadap bantuan yang diberikan baik dari keluarga, teman, dokter, ataupun support group?

Dampak Dukungan Sosial

11 Apakah anda mempunyai pengalaman yang tidak menyenangkan terkait dengan dukungan sosial?

12 Bagaimana pengalaman anda ketika menghadapi bantuan yang tidak tepat?

13 Mengapa bantuan tersebut menyebabkan anda merasa tidak nyaman?

14 Jika ada bantuan yang membuat anda kurang nyaman bagaimana anda menanggapinya?

15 Bagaimana contoh dukungan sosial yang sebaiknya tidak dilakukan?

16 Ketika berada dalam situasi seperti ini, apa yang anda butuhkan dari mereka yang memiliki keinginan untuk membantu?

17 Lalu apa yang anda harapkan pada mereka yang menemani maupun membantu ibu?

E. Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan analisis isi deduktif atau yang dikenal juga dengan analisis isi terarah (Supratiknya, 2015). Pendekatan deduktif memiliki tujuan untuk memvalidasi sebuah kerangka

Gambar

Gambar 1. Kerangka Konseptual Penelitian .........................................................
Gambar 1. Alur Berpikir Dukungan Sosial bagi Penderita Kanker Payudara

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil dari perhitungan uji N Gain untuk kelas kontrol memperoleh nilai rendah sedangkan pada kelas eksperimen memperoleh nilai lebih tinggi, artinya

Guidelines, [m]ajor white collar criminals often [were] sentenced to small fines and little or no imprisonment .” United States v. 2009) (internal quotation marks and

Adanya sikap penerimaan dari seluruh masyarakat sekolah terhadap peserta didik berkebutuhan khusus, kurikulum yang fleksibel di sesuaikan dengan kemampuan peserta didik,

dan Madura digunakan di banyak tempat, sehingga umum bagi masyarakat di Kabupaten Jember menguasai dua bahasa daerah tersebut dan juga saling mempengaruhi

3 2000 Anggota Penyuluhan Keterampilan Cetak Reproduksi Patung Boneka pada Kelompok Pemuda Dukuh Jatirejo, Sendangadi, Mlati, Sleman. 4 2000 Anggota Patung Boneka pada Kelompok

Pada bagian sequence diagram pendaftaran anggota, pada proses ini hanya dapat dilaku- kan oleh Pemasaran, setelah anggota baru me- ngisi formulir yang telah

Kemudian, secara parsial dengan melihat nilai Prob(t-Statistic) yang lebih kecil dari taraf nyata sebesar 5 persen maka dapat disimpulkan bahwa FDI, PMTB, dan angkatan

Materi Administrasi Kepegawaian Negara disiapkan oleh Lina Miftahul