• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

C. Manfaat Penelitian

2. Manfaat praktis

Penelitian mengenai dukungan sosial ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan refleksi bagi penderita kanker yang sedang berjuang mengenai perjalanan mereka dalam menjalani pengobatan.

b. Keluarga, teman, dan kerabat dari penderita kanker payudara

Ketika menjalani pengobatan, keluarga dan teman menjadi sumber dukungan sosial terdekat bagi penderita. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sudut pandang yang baru bagi sumber dukungan sosial, seperti keluarga, teman, maupun kerabat terkait dengan pemberian dukungan sosial yang tepat juga sesuai kebutuhan penderita kanker payudara yang sedang menjalani proses pengobatan.

c. Tenaga profesional

Tenaga profesional dapat meliputi para ahli seperti dokter, perawat, dan psikolog. Setelah mengetahui dukungan sosial yang dibutuhkan dan diterima, juga mengenai dampak dukungan sosial, harapannya tenaga profesional dapat memberikan dukungan yang tepat sesuai dengan kebutuhan penderita kanker payudara saat menjalani pengobatan.

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dukungan Sosial 1. Definisi dukungan sosial

Dukungan sosial merupakan bentuk perilaku yang diberikan oleh individu maupun kelompok yang bertujuan untuk membantu individu dalam menjalani hidupnya (Reber & Reber, 2010). Pendapat serupa disampaikan oleh Baron yang mendefinisikan dukungan sosial sebagai sumber informasi yang disediakan oleh orang lain dengan tujuan memberikan bantuan pada seseorang untuk dapat mengatasi stres (Baron, 2004). Taylor (2015) mendefinisikan dukungan sosial sebagai bagian dari komunikasi dengan cara memberikan informasi kepada orang yang dicintai dan dipedulikan. Uchino (dalam Sarafino & Smith, 2011) mengatakan bahwa dukungan sosial mengacu pada suatu hal yang memberikan kenyamanan, kepedulian, penghargaan, maupun bantuan yang tersedia untuk seseorang yang diberikan oleh orang lain maupun sekelompok orang.

Jadi dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial merupakan bantuan yang diterima dalam bentuk perilaku kepedulian, penghargaan, atau berupa informasi yang diberikan oleh seseorang maupun kelompok kepada orang lain yang membutuhkan untuk mengatasi permasalahan dalam kehidupannya.

2. Tipe dukungan sosial

Dakof dan Taylor (1990) merumuskan dukungan sosial menjadi tiga tipe yang terdiri dari esteem/emotional support, informational support, dan tangible

support. Sarafino dan Smith (2011) merumuskan empat fungsi dasar pada dukungan sosial yang menjadi beberapa tipe dari dukungan sosial yaitu emotional atau esteem support, tangible atau instrumental support, informational support, dan companionship support. Peneliti memilih untuk menggunakan rumusan dari Sarafino dan Smith (2011) yaitu sebagai berikut:

a. Tangible assistance atau instrumental support

Dukungan ini dapat diterima melalui keterlibatan secara langsung berupa pendampingan, lalu berupa materi seperti pelayanan maupun keuangan. Mattson dan Hall (2011) mengatakan instrumental support sebagai segala bentuk dukungan fisik yang diberikan oleh orang lain.

b. Informational support

Menerima dukungan dalam bentuk informasi yang sesuai dengan apa yang sedang dialami oleh penerima dukungan. Informasi dapat berupa nasihat, petunjuk, maupun menanyakan kabar. Christensen, Martin, dan Smyth (2014) dalam buku Encyclopedia of Health Psychology menjelaskan bahwa nasihat, bimbingan, dan saran yang tepat sesuai dengan situasi penerima.

c. Emotional atau esteem support

Emotional support dapat diterima melalui bentuk empati dan kepedulian, pemberian kata-kata maupun hal positif, atau bahkan diberikan perhatian dan dorongan (Sarafino & Smith, 2011). Esteem support atau yang juga dikenal dengan dukungan penghargaan dapat diterima dengan tindakan

yang menunjukkan bahwa dirinya berharga dan layak untuk menerima kepedulian juga kebaikan dari orang lain (Taylor, 2015).

d. Companionship support

Bentuk dukungan ini dapat diterima melalui kesediaan orang lain untuk meluangkan waktu, sehingga menimbulkan perasaan menjadi bagian dari sebuah kelompok yang berbagi minat maupun aktivitas yang sama bagi penerima.

Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan tipe dukungan sosial dapat dibedakan menjadi empat. Pertama tangible assistance atau instrumental support, yaitu dukungan yang diberikan dalam bentuk materi. Kedua informational support, yaitu dukungan yang diterima dalam bentuk informasi.

Ketiga emotional atau esteem support, yaitu dukungan yang diterima melalui empati, perhatian maupun kepedulian dari orang lain. Keempat companionship support, yaitu dukungan sosial yang diberikan dengan kesediaan orang lain untuk menemani.

3. Dampak dukungan sosial a. Dampak positif

Sarafino dan Smith (2011) mengatakan bahwa dukungan sosial yang diberikan pada seseorang dapat mengurangi stres yang sedang dialami.

Dukungan sosial dapat mengurangi kemungkinan timbulnya sebuah penyakit atau bahkan mempercepat pemulihan seseorang dari sebuah penyakit ataupun pengobatan (Krohne & Slangen, dalam Taylor 2015). Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Berkman dan Syme (1979) pada 4700 laki-laki dan perempuan

dengan usia 30 sampai 69 tahun yang memiliki empat aspek dukungan sosial:

status pernikahan, hubungan keluarga dan teman, keanggotaan di Gereja, dan kelompok asosiasi formal dan informal, mengatakan bahwa semakin besar dukungan sosial yang diterima oleh subjek, maka semakin rendah pula kemungkinan mereka memiliki penyakit selama sembilan tahun perjalanan studi (Sarafino & Smith, 2011).

Zuriati (2016) melakukan penelitian terhadap 38 orang penderita kanker dan mendapatkan hasil bahwa adanya hubungan antara dukungan sosial yang diberikan keluarga dengan subjective well-being penderita kanker. Penelitian lainnya menunjukkan bahwa dukungan sosial memiliki hubungan dengan tingkat kecemasan penderita kanker serviks. Penelitian tersebut menunjukkan ketika penderita menerima dukungan sosial yang baik, maka tingkat kecemasan penderita akan menurun (Misgiyanto & Susilawati, 2014).

Dampak positif dapat dirasakan seseorang jika orang tersebut menerima dukungan sosial yang dianggap membantu atau efektif, sehingga ada keselarasan antara tipe dukungan sosial dengan dukungan sosial yang diberikan (Lanza, Cameron, Revenson, 1995). Seperti hasil penelitian yang disampaikan Dakof dan Taylor (1990) menyatakan bahwa penerimaan pasangan terhadap penyakit yang diderita pasangan lainnya merupakan perilaku yang paling mendukung. Keluarga dapat mengekspresikan perhatian dan kasih sayangnya terhadap pasien, kehadiran, menyediakan transportasi,

menyiapkan makanan, dan lain halnya merupakan contoh dukungan sosial efektif yang dapat diberikan pada pasien kanker.

Berdasarkan beberapa penelitian yang terpapar di atas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial memiliki dampak positif bagi manusia, terutama memiliki hasil yang baik bagi penderita kanker. Dampak positif berupa penurunan stres, meningkatkan kesejahteraan psikologis seseorang, menurunkan tingkat kecemasan, bahkan menjauhkan diri dari penyakit.

Dampak positif itu sendiri bisa terjadi jika individu menerima dukungan sosial yang efektif sesuai dengan kebutuhannya saat itu.

b. Dampak negatif

Beberapa penelitian mengatakan bahwa dukungan sosial dapat memberikan dampak negatif terutama pada kesehatan mental seseorang.

Hasil penelitian Ang dan Malhotra (2015) menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial dengan peningkatan gejala depresi baik pada subjek laki-laki maupun perempuan. Penelitian lain yang dilakukan Hahn, Stephens, dan Long (dalam Janna Deelstra, 2003) juga menyebutkan bahwa menerima dukungan sosial, khususnya pada jenis emotional support dapat menjadi hal yang negatif karena hal tersebut membuat individu cenderung fokus pada aspek-aspek negatif dari situasi yang sedang dialaminya. Penelitian terdahulu mengatakan bahwa tipe-tipe yang berbeda pada dukungan sosial, menghubungkan penerimanya dengan jenis-jenis stres (Jacobson, 1986).

Lanza, dkk. (1995) menjelaskan bahwa dampak negatif dukungan sosial muncul ketika dukungan yang diberikan tidak berada di waktu yang tepat, sehingga dukungan sosial menjadi tidak efektif. Dukungan sosial yang tidak membantu itu sendiri sesungguhnya mengarah pada interaksi tidak mendukung yang diterima oleh individu. Manne dan Zautra (dalam Lanza, dkk., 1995) mengatakan bahwa respon mengenai dukungan sosial yang tidak efektif dapat disebabkan karena individu kurang menerima dukungan orang lain atau justru dukungan yang diberikan dengan maksud baik, namun ditafsirkan tidak membantu oleh penerimanya. Dakof dan Taylor (1990) dalam penelitiannya pada penderita kanker, memberikan contoh perilaku tidak efektif seperti sikap pasangan yang terlalu cemas atau pesimis terhadap pengobatan kanker atau sikap teman yang menghindari dari penderita kanker.

Sarafino dan Smith (2011) mengatakan bahwa dukungan sosial yang diberikan ternyata tidak selalu diartikan sebagai bantuan. Cohen dan Syme (1985) juga menyampaikan hal serupa dengan Sarafino dan Smith, sehingga peneliti merangkum beberapa hal yang dapat memengaruhi efektivitas dukungan sosial:

1) Bentuk atau jenis dukungan sosial yang diberikan kurang sesuai dengan masalah yang sedang dihadapi penerima dukungan sosial.

2) Karakteristik penerima dukungan sosial. Penerima dukungan sosial perlu memiliki kemampuan untuk mempertahankan dan memperjuangkan dukungan yang diterimanya.

3) Waktu pemberian dukungan sosial yang tidak tepat. Pemberian dukungan sosial yang diberikan dalam jangka waktu yang panjang tidak efektif bagi sumber dukungan sosial.

4) Sumber dukungan sosial, meskipun dukungan sosial diberikan oleh sumber yang sama, dukungan dapat memberikan pengertian yang berbeda pada tiap penerimanya. Sumber dukungan yang memberikan contoh buruk atau bersikap terlalu protektif dapat memengaruhi perilaku penerima dukungan sosial.

Berdasarkan paparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dukungan sosial dapat tidak berguna bahkan berbahaya bagi penerimanya. Dukungan sosial dapat menyebabkan individu cenderung terpusat pada hal-hal negatif yang sedang menimpanya. Pemberian dukungan sosial yang tidak tepat, baik dari segi jenis, waktu, sumber, dan penerima dapat menyebabkan dukungan sosial tidak berdampak positif.

B. Kanker 1. Definisi kanker payudara

Kanker merupakan pertumbuhan dan penyebaran sel yang tidak terkendali dan dapat menyerang organ tubuh manapun. Pada jenis tertentu kanker dapat disembuhkan baik melalui operasi, radioterapi, atau kemoterapi (WHO, 2017).

Yayasan Kanker Indonesia (2017) mendefinisikan kanker sebagai penyakit yang timbul karena adanya pertumbuhan yang tidak normal pada sel-sel jaringan tubuh dan berubah menjadi sel kanker. Apabila terus berkembang, sel-sel kanker dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya dan dapat menyebabkan kematian.

Awal mula kata kanker diberikan oleh seorang ahli bernama Hippocrates.

Hippocrates menggunakan kata carcinos dan carcinoma untuk menggambarkan pembentukan non-ulcer dan ulcer-forming tumors. Kemudian seorang ahli bernama Celcus menerjemahkan istilah dalam bahasa Yunani tersebut menjadi cancer, bahasa Latin dari crab (American Cancer Society, 2014). Carcinoma menurut Kamus Saku Kedokteran Dorland (2012) merupakan pertumbuhan ganas sel-sel epitel yang cenderung memasuki jaringan sekitarnya dan dapat menimbulkan perpindahan pada bagian tubuh lainnya, sedangkan karsinogen merupakan substansi yang dapat menyebabkan kanker. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan karsinogen sebagai zat yang dapat menimbulkan kanker dalam jaringan hidup.

Kanker sering kali disamakan dengan tumor, padahal berdasarkan pengertiannya tumor merupakan sebuah kondisi dimana terdapat sebuah pertumbuhan yang tidak normal, sehingga membentuk sebuah lesi atau benjolan (Savitri, dkk., 2015). Tumor dibagi menjadi dua golongan, yaitu tumor jinak dan tumor ganas. Kanker merupakan istilah yang umum digunakan untuk semua jenis tumor ganas. Penyakit kanker bukanlah penyakit menular, kanker dapat dialami oleh siapa saja, pada bagian tubuh manapun, dan pada semua golongan usia. Beberapa jenis kanker berkembang karena kebiasaan gaya hidup yang kurang baik seperti merokok atau konsumsi alkohol yang berlebihan dan faktor lingkungan tertentu.

Kanker payudara merupakan sebuah pertumbuhan pada jaringan payudara yang berubah menjadi ganas dan berasal dari epitel duktus dan lobus

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015). Jadi dapat disimpulkan bahwa kanker payudara merupakan sebuah penyakit yang timbul karena adanya pertumbuhan tidak normal pada sel-sel jaringan payudara dan berubah menjadi sel kanker.

2. Jenis kanker payudara

Kanker payudara yang pada umumnya menyerang wanita adalah karsinoma, yaitu kanker yang berasal ada sel epitel yang menghubungkan organ dan jaringan payudara. Jenis lainnya ada sarkoma yang berawal dari sel otot, sel lemak atau jaringan penghubung. Kanker payudara dapat pula dibedakan berdasarkan protein dalam sel kanker, yaitu hormon receptor positive (sel kanker mengandung reseptor yaitu estrogen dan progesteron) dan triple negative (tidak memiliki reseptor berupa estrogen atau progesteron dan tidak memiliki HER2 yang terlalu banyak). Berikut beberapa jenis kanker payudara yang umum:

a. Ductal Carcinoma in Situ (DCIS)

Jenis kanker ini dianggap sebagai kanker payudara yang tidak menyebar atau belum menyebar. Ductal carcinoma in situ artinya sel yang membentuk saluran susu berubah menjadi sel kanker.

b. Invasive (Infiltrating) Ductal Carcinoma (IDC)

IDC merupakan jenis kanker yang bermula dari saluran susu, kemudian menembus dinding saluran dan tumbuh pada jaringan lemak payudara. 80%

penderita kanker payudara menderita IDC, oleh sebab itu jenis kanker ini merupakan jenis yang paling umum diderita oleh wanita (Breastcancer.org, n.d)

c. Invasive (Infiltrating) Lobular Carcinoma (ILC)

ILC merupakan jenis kanker yang lebih sulit dideteksi daripada invasive ductal carcinoma. Jenis kanker ini menyerang jaringan yang memproduksi susu dan menyebar ke bagian lain dari tubuh.

Beberapa jenis kanker payudara yang umum adalah ductal carcinoma in situ, invasive (infiltrating) ductal carcinoma, dan invasive (infiltrating) lobular carcinoma. Kanker payudara dapat dibedakan berdasarkan sel yang menjadi awal berkembangnya kanker, yaitu karsinoma yang berasal dari sel epitel dan sarkoma yang berasal dari sel otot dan sel lemak. Jenis kanker payudara juga dapat dibedakan berdasarkan protein yang terkandung dalam sel kanker, yaitu hormon receptor positive dan triple negative.

3. Pengobatan kanker payudara

Faktanya, kanker merupakan penyakit yang sudah ditemukan sejak 1600 SM. Kendati sudah ditemukan sejak lama, belum ada yang dapat menemukan obat untuk menyembuhkan kanker (National Geographic Indonesia, 2015).

Secara umum, berikut beberapa perawatan yang umum dijalani oleh para penyintas kanker (Mount Elizabeth Hospital, n.d.):

a. Pembedahan atau operasi

Tumor yang ada pada tubuh seseorang tentunya dapat diambil melalui tindakan operasi, terutama apabila pada tahap stadium awal. Cara ini dianggap pula sebagai cara yang paling efektif dalam mengurangi penyebaran sel kanker yang ada di dalam tubuh (Mount Elizabeth Hospital, n.d.). Operasi yang dilakukan khusus untuk kanker payudara dibagi menjadi dua bagian,

yaitu mengangkat tumor yang ada di payudara dan melakukan operasi pengangkatan payudara secara menyeluruh (mastektomi).

b. Kemoterapi

Kemoterapi menjadi salah satu pilihan pengobatan yang umum dijalani oleh penderita kanker payudara. Penggunaan kemoterapi ini sendiri berbeda setiap pasien, tergantung jenis tumor atau karakteristik tumor, usia, maupun kesehatan secara keseluruhan (Susan G. Komen, 2018).

Kemoterapi pada umumnya terbagi menjadi dua jenis, ada jenis kemoterapi yang diberikan setelah operasi berguna untuk menghancurkan sel-sel kanker, ada pula yang diberikan sebelum operasi dilaksanakan yang bertujuan untuk mengecilkan tumor, tetapi, apabila terjadi penyebaran kemoterapi tidak dapat menyembuhkan kanker. Kemoterapi beralih fungsi untuk mengecilkan tumor, meringankan gejala-gejala, dan memperpanjang usia (Savitri, dkk., 2015).

c. Terapi radiasi

Savitri, dkk. (2015) mengatakan bahwa radioterapi merupakan sebuah proses terapi yang bertujuan menghilangkan sisa sel-sel kanker dengan dosis radiasi yang terkendali. Pemberian terapi radiasi ini sendiri tergantung pada kebutuhan pasien. Terapi radiasi atau yang dikenal juga dengan radioterapi merupakan salah satu pengobatan yang bertujuan untuk membunuh sel kanker tanpa merusak sel-sel normal yang ada. Dokter Spesialis Onkologi yang akan memberikan pertimbangan terkait dengan beberapa faktor seperti

jenis kanker, ukuran tumor, kondisi kesehatan pasien secara umum, dan lainnya.

d. Terapi hormon

Terdapat beberapa obat hormonal yang digunakan sebagai terapi bagi pasien kanker. Obat-obatan ini diberikan bagi penderita dengan kanker yang responsif terhadap hormon, salah satunya kanker payudara. Beberapa obat yang umum digunakan oleh penderita kanker payudara adalah tamoxifen dan letrozol (Sudoyo, Setiyohadi, Alwi, Simadibrata, & Setiati, 2009).

e. Ablasi atau supresi ovarium

Langkah ablasi atau supresi ovarium merupakan langkah penghentian permanen kinerja ovarium untuk menghasilkan hormon estrogen. Supresi ovarium menggunakan agonis luteinizing hormone-releasing hormone (ALHRH) yang bernama goserelin. Penggunaan obat ini akan menghentikan menstruasi untuk semester, namun pada usia mendekati menopause menstruasi dapat berhenti secara permanen (Savitri, dkk., 2015).

Pengobatan kanker payudara dapat dilakukan dengan beberapa cara.

Cara yang umum dilakukan sebagai pengobatan adalah pembedahan, kemoterapi, terapi radiasi, dan terapi hormon. Pengobatan lainnya juga dapat digunakan dengan menggunakan ablasi atau supresi ovarium.

4. Efek pengobatan kanker a. Efek fisiologis

Ketika menjalani proses pengobatan terhadap penderita kanker, tentunya ada beberapa kemungkinan efek samping yang muncul. Beberapa

efek samping dari kemoterapi adalah hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, sariawan atau rasa perih yang terjadi dalam mulut, kelelahan, dan rambut rontok. Penderita kanker juga menjadi rentan terhadap infeksi, hal ini disebabkan oleh efek samping dari kemoterapi yang dapat memengaruhi sel sehat seperti sel kekebalan tubuh. Pada perempuan, kemoterapi dapat menghambat produksi hormon estrogen, sehingga wanita yang belum menopause mungkin saja mengalami menstruasi terhenti.

Radioterapi yang dilakukan pada penderita kanker payudara dapat menyebabkan iritasi pada kulit sehingga kulit menjadi gelap, selain itu penderita memiliki kemungkinan mengalami limfedema sebagai efek samping dari radioterapi. Limfedema merupakan keadaan kelebihan cairan yang muncul pada lengan yang disebabkan kelenjar getah bening yang tersumbat di ketiak (Savitri dkk., 2015).

b. Efek psikologis

Sebuah diagnosis kanker dapat memberikan dampak yang begitu besar bagi pasien maupun keluarga. Merasa takut, mengalami depresi atau kecemasan menjadi respon umum yang dapat dijumpai (American Cancer Society, 2016). Saat seseorang didiagnosa sebuah penyakit kronis, orang tersebut dapat berada pada masa krisis baik secara fisik maupun psikisnya.

Salah satu efek yang dialami oleh penderita adalah denial. Denial sebagai sebuah mekanisme pertahanan diri individu, yang mana pada dasarnya individu tersebut menghindari kenyataan bahkan tidak mengakui kehadiran penyakit yang ada dalam tubuhnya. Contoh lainnya adalah kecemasan,

beberapa pasien mungkin akan mengalami perubahan dalam hidupnya. Pada beberapa kasus, penyakit tersebut akan membawanya dalam kematian.

Kecemasan tidak hanya muncul saat seorang pasien didiagnosa saja, kecemasan dapat muncul ketika pasien sedang menjalani pengobatan. Pada sisi yang lain, depresi juga menjadi reaksi umum terhadap penyakit kronis.

Depresi menjadi hal yang umum di antara pasien stroke, kanker, dan penyakit hati (Egede dalam Taylor, 2015).

Mengalami perubahan pada bagian tubuh dapat memengaruhi tingkat kepercayaan diri atau justru harga diri seorang penderita kanker. Efek fisiologis yang dirasakan seperti rasa sakit, mual, atau kelelahan yang berlebihan dapat menyebabkan emotional distress. Emotional distress dapat mengarahkan seseorang pada perilaku tidak sehat yang nantinya juga dapat memengaruhi kesehatan fisik. Tidak hanya itu, pikiran akan kematian dan penderitaan tentunya bisa saja menghantui pikiran (American Cancer Society, 2016).

Efek samping dari setiap pengobatan yang sedang dijalani dapat berbeda tiap individunya, baik pengobatan melalui kemoterapi maupun radioterapi. Efek samping seperti kekebalan tubuh yang menurun, iritasi pada kulit, maupun rambut rontok mungkin saja terjadi pada penderita kanker yang sedang menjalani proses pengobatan. Beberapa hal yang disebutkan sebelumnya merupakan efek fisiologis dari pengobatan, akan tetapi disisi yang lain juga terdapat efek psikologis melalui proses pengobatan yang sedang dijalani. Efek psikologis berupa denial, kecemasan, bahkan depresi.

C. Dukungan Sosial bagi Penderita Kanker Payudara

Setiap penderita kanker payudara memiliki cara yang berbeda untuk mengidentifikasi kanker yang ada di dalam tubuhnya. Pada mulanya sel kanker yang tidak aktif hanya akan bersarang pada tubuh, namun, ketika sel tersebut dipicu dan menjadi aktif, sel kanker dapat menyebar melalui aliran darah. Begitu cepat proses penyebaran tersebut hingga akhirnya berubah menjadi tumor ganas atau yang dikenal dengan kanker (Savitri dkk., 2015). Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah menjalani proses pengobatan. Beberapa tindakan pengobatan dapat dilakukan seperti pembedahan, kemoterapi, terapi radiasi, terapi hormon, maupun ablasi atau supresi ovarium. Akan tetapi, hal tersebut bukanlah hal yang mudah untuk dijalani karena efek samping yang dialami dapat memengaruhi fisiologis maupun psikologis penderita. Dsouza, dkk., (2017) mengatakan bahwa penderita kanker terancam mengalami osteoporosis, masalah ketika melakukan hubungan seksual, atau bahkan kehilangan kesempatan untuk memiliki keturunan.

American Cancer Society (n.d.) menjelaskan beberapa dampak fisiologis lainnya yang dapat dialami penderita pasca melakukan kemoterapi seperti diare, peningkatan risiko infeksi, perubahan pada warna kuku atau justru kuku tersebut terlepas, insomnia, bahkan pendarahan. Pada rentang waktu yang cukup lama, kemoterapi dapat memberikan efek lainnya pada tubuh seperti early menopause, masalah pada jantung, peningkatan risiko leukemia, dan gangguan kemampuan kognitif bahkan kanker otak (Susan G. Komen, 2018). Taylor (2015) mengatakan bahwa reaksi denial, kecemasan yang muncul, atau bahkan depresi merupakan reaksi umum yang muncul saat menghadapi penyakit kronis.

Selama proses pengobatan ini berlangsung penderita membutuhkan orang lain untuk memberikan dorongan untuk dirinya yang sedang berjuang. Bentuk perilaku yang diberikan yang bertujuan untuk mengatasi kehidupan ini disebut juga dengan dukungan sosial. Dukungan sosial bagi penderita kanker payudara itu sendiri meliputi dukungan sosial yang telah diterima, maupun dukungan sosial yang dibutuhkan oleh penderita kanker. Dukungan sosial yang diberikan oleh individu maupun kelompok dapat diberikan dalam bentuk empat jenis, yaitu instrumental support, informational support, emotional atau esteem support, dan companionship support. Instrumental support merupakan dukungan yang diterima secara spontan, dapat berupa materi. Hal ini dapat diberikan berupa dana maupun barang yang berupa obat-obatan. Kedua, informational support dapat diartikan sebagai dukungan yang diberikan kepada penerima dalam bentuk informasi yang sesuai dengan kebutuhan penerima saat itu, misalnya berupa rekomendasi dokter spesialis maupun informasi mengenai obat-obatan tradisional. Emotional atau esteem support merupakan dukungan yang dapat diterima dalam bentuk empati maupun kepedulian, selain itu dukungan ini juga dapat disampaikan dalam bentuk upaya sumber dukungan menunjukkan bahwa penerima layak menerima bantuan dari orang lain. Bentuk emotional atau esteem support dapat disampaikan dengan menyediakan diri untuk menemani penderita seperti mendengarkan keluh kesah.

Keempat, companionship support yang dapat diperoleh dengan kesediaan orang

Keempat, companionship support yang dapat diperoleh dengan kesediaan orang