• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

E. Pertanyaan Penelitian

Menilik rumusan masalah yang telah disampaikan sebelumnya, maka peneliti merumuskan beberapa pertanyaan penelitian, yaitu:

1. Bagaimana gambaran dukungan sosial bagi penderita kanker payudara saat menjalani proses pengobatan?

2. Bagaimana dampak dukungan sosial yang diterima penderita kanker payudara saat menjalani proses pengobatan?

32 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode kualitatif memberikan gambaran bahwa kebenaran memiliki sifat yang subjektif, relatif, dan terbatas oleh subjek juga lingkungannya. Hal ini menyebabkan hasil dari metode penelitian kualitatif akan memberikan gambaran yang berlaku umum untuk seluruh subjek (Herdiansyah, 2015). Selanjutnya, model penelitian kualitatif yang akan digunakan adalah analisis isi kualitatif (AIK). Hsieh dan Shannon (dalam Supratiknya, 2015) mengatakan bahwa analisis isi kualitatif menafsirkan data berupa teks secara subjektif melalui proses pengelompokan sistematik dan pengidentifikasian aneka tema. Penggunaan bahasa sebagai ciri AIK bertujuan untuk mengungkap makna dari sebuah teks yang sesuai dengan konteks masalah (Supratiknya, 2015).

B. Fokus Penelitian

Fokus utama pada penelitian ini adalah mengungkap gambaran dukungan sosial bagi penderita kanker payudara, meliputi dukungan sosial yang dibutuhkan dan dukungan sosial yang telah diterima oleh penderita kanker payudara saat menjalani masa pengobatan. Selain itu, hal lain yang juga menjadi fokus pada penelitian ini adalah dampak menerima dukungan sosial bagi penderita kanker payudara. Untuk mendukung data mengenai dampak dukungan sosial, peneliti juga akan meneliti faktor-faktor yang memengaruhi efektivitas dukungan sosial.

C. Partisipan Penelitian

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu memilih subjek berdasarkan ciri-ciri yang sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dilakukan (Herdiansyah, 2005). Pada purposive sampling terdapat beberapa strategi yang dapat digunakan dalam memilah informasi (Patton, 2002). Salah satu strategi yang akan digunakan peneliti pada penelitian ini adalah homogeneous samples. Homogeneous samples digunakan untuk menggambarkan bagian-bagian khusus secara mendalam dalam sebuah penelitian (Patton, 2002).

Pada penelitian kualitatif, jumlah subjek tidak terlalu diperhitungkan, karena pada dasarnya kedalaman data lebih ditekankan daripada banyaknya sampel (Herdiansyah, 2015).

Partisipan dalam penelitian ini adalah wanita penderita kanker payudara yang berjumlah tiga orang. Smith (2008) mengatakan bahwa partisipan berjumlah tiga orang sudah cukup bagi mahasiswa yang baru pertama kali melakukan penelitian kualitatif. Ketiga partisipan dipilih berdasarkan kriteria yang memenuhi kebutuhan penelitian. Kriteria pertama adalah partisipan merupakan wanita penderita kanker payudara dengan rentang usia 40 sampai dengan 60 tahun. Hurlock (1990) mengelompokkan usia tersebut dalam kategori dewasa madya. Peneliti memilih dewasa madya dengan pertimbangan bahwa periode tersebut sering dianggap sebagai hal menakutkan yang diisi dengan stereotip pada masyarakat tradisional mengenai kemunduran fungsi mental dan fisik, juga berhentinya reproduksi pada wanita. Pada rentang usia ini, peran ibu menjadi krusial bagi keluarganya. Dewasa madya memiliki peran yang penting berkaitan dengan pasangan, orang tua yang

sudah lanjut usia, dan juga membimbing anak remaja agar bertanggung jawab atas hidupnya (Hurlock, 1990). Selain itu, dalam rentang usia ini wanita seharusnya berada pada masa aktif yang mana ia menemukan pencapaian-pencapaian terkait keluarga dan karirnya (Erikson, dalam Feist & Feist, 2010).

Kriteria kedua adalah partisipan merupakan penderita kanker payudara yang saat ini masih menjalani pengobatan. Pengobatan yang sedang dijalani dapat berupa operasi atau pembedahan, kemoterapi, radiasi, terapi hormon, maupun pemeriksaan rutin. Hal ini disebabkan oleh ketiga pengobatan tersebut merupakan pengobatan yang biasa dijalani oleh penderita kanker payudara (Mount Elizabeth Hospital, n.d.). Pada penelitian ini peneliti meminta bantuan ketiga wanita yang tergabung dalam komunitas kanker payudara Love Pink.

D. Metode Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah wawancara. Wawancara menurut Stewart dan Cash merupakan interaksi yang melibatkan komunikasi dua arah, sehingga keduanya aktif berdialog. Berdasarkan pengertian ini peneliti tidak hanya bertugas menyampaikan pertanyaan, tetapi juga saling menjawab (Herdiansyah, 2015).

Bentuk wawancara yang akan digunakan pada penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur. Wawancara semi terstruktur terdiri dari pertanyaan terbuka, tetapi memiliki batasan tema dan alur pembicaraan.

Tabel 1.

Panduan Wawancara

No Pertanyaan

Latar Belakang Partisipan

1 Identitas partisipan (nama lengkap, tempat/tanggal lahir, tempat tinggal, daerah asal)

2 Bagaimana anda mengetahui bahwa anda memiliki kanker payudara?

3 Kapan menerima diagnosa dari dokter bahwa anda memiliki kanker payudara?

Efek Pengobatan

4 Apa saja pengobatan yang sudah dilakukan sejak menerima diagnosa dari dokter?

5 Bagaimana efek dari pengobatan yang anda jalani?

6 Perubahan apa yang anda alami dari pengobatan?

7 Bagaimana anda dapat bertahan melewati masa-masa ini?

Dukungan Sosial

8 Siapa saja yang telah memberikan bantuan atau menemani anda selama menjalani proses pengobatan?

9 Bantuan jenis apa yang pernah anda terima dari sesama penyintas kanker payudara dalam menjalani pengobatan?

10 Bagaimana perasaan anda terhadap bantuan yang diberikan baik dari keluarga, teman, dokter, ataupun support group?

Dampak Dukungan Sosial

11 Apakah anda mempunyai pengalaman yang tidak menyenangkan terkait dengan dukungan sosial?

12 Bagaimana pengalaman anda ketika menghadapi bantuan yang tidak tepat?

13 Mengapa bantuan tersebut menyebabkan anda merasa tidak nyaman?

14 Jika ada bantuan yang membuat anda kurang nyaman bagaimana anda menanggapinya?

15 Bagaimana contoh dukungan sosial yang sebaiknya tidak dilakukan?

16 Ketika berada dalam situasi seperti ini, apa yang anda butuhkan dari mereka yang memiliki keinginan untuk membantu?

17 Lalu apa yang anda harapkan pada mereka yang menemani maupun membantu ibu?

E. Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan analisis isi deduktif atau yang dikenal juga dengan analisis isi terarah (Supratiknya, 2015). Pendekatan deduktif memiliki tujuan untuk memvalidasi sebuah kerangka

teoretis (Hsieh & Shannon dalam Supratiknya, 2015). Pelaksanaan analisis terarah dengan pendekatan deduktif mencakup langkah-langkah sebagai berikut:

1. Penyusunan matriks kategorisasi

Langkah pertama adalah menyusun matriks kategorisasi sesuai dengan teori pada tema penelitian, yaitu dukungan sosial. Adapun matriks kategori ini disusun secara deduktif seperti yang disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 2.

Kerangka Analisis Tipe Dukungan Sosial

No. Tipe

1. Instrumental support • Dipinjamkan atau diberikan uang

• Dibuatkan makanan

• Diantarkan pada pertemuan dokter

• Diberikan pelayanan dari tenaga kesehatan

2. Informational support • Nasihat

• Petunjuk mengenai pengobatan 3. Emotional support atau

esteem support

• Diberikan perhatian

• Diberikan semangat/motivasi

• Layak untuk menerima bantuan dan dincintai

4. Companionship support • Ditemani oleh orang-orang yang mau meluangkan waktu

Tabel 3.

Kerangka Analisis Dampak Dukungan Sosial

No. Dampak

1. Dampak positif • Mengurangi stres 2. Dampak negatif • Peningkatan stres

2. Pengodean

Langkah kedua merupakan pengodean dengan tujuan mengidentifikasi dan mengategorikan bentuk manifestasi yang sedang diteliti. Pengodean dapat dilakukan melalui beberapa langkah. Pertama, peneliti dapat membaca transkrip wawancara terlebihu, kemudian menandai setiap bagian dari teks yang

menggambarkan tema yang sedang diteliti. Kedua peneliti menentukan kode dari bagian teks yang sudah ditandai sebelumnya (Hsieh & Shannon, dalam Supratiknya, 2015).

F. Dependabilitas dan Kredibilitas

Keabsahan data penelitian tidak terlepas dari validitas dan reliabilitas penelitian. Validitas kualitatif menurut Creswell (2016) adalah sebuah upaya memeriksa kembali hasil penelitian dengan menggunakan prosedur maupun strategi tertentu. Gibs (dalam Creswell, 2016) menyebutkan reliabilitas kualitiatif merupakan pendekatan yang digunakan untuk membuktikan keajegan penelitian apabila diterapkan pada proyek penelitian yang berbeda.

Pada penelitian ini, kredibilitas dapat dilakukan dengan menggunakan member checking, peer debriefing, dan bias sebagai strategi validitas untuk mengetahui ketepatan dari hasil penelitian. Member checking dilakukan dengan membawa deskripsi maupun tema-tema yang ada kepada partisipan dan memeriksa bahwa rumusan tersebut sudah sesuai dengan pengalaman yang disampaikan oleh partisipan (Creswell, 2016). Berikutnya peneliti meminta rekan sejawat (peer debriefing) untuk membantu melakukan peninjauan ulang maupun mengkritisi keakuratan laporan. Selain itu, peneliti menggunakan bias sebagai strategi validitas dengan mencantumkan refleksi-diri yang berisi uraian kemungkinan bias yang peneliti bawa dalam penelitian ini (Supratiknya, 2015).

G. Refleksi Peneliti

Saya merupakan anak dari seorang wanita pejuang kanker yang memiliki semangat luar biasa dalam menjalani rangkaian pengobatan yang begitu keras

menghajar tubuhnya. Saya menyaksikan perjuangannya dalam melawan kanker dan semangatnya untuk bertahan agar dapat menyaksikan saya lulus dari bangku SMA.

Tahun ini merupakan tahun kelima saya kehilangan salah satu tonggak hidup saya.

Selama lima tahun ini pula saya terus bertanya apa yang sudah saya lakukan untuk mama di masa perjuangannya? Apakah yang saya lakukan sudah cukup?

Pertanyaan personal ini menjadi dasar bagi saya untuk menyampaikan dukungan saya untuk mereka yang masih berjuang melawan kanker.

Pada penelitian ini saya menyadari bahwa relasi terdahulu akan menjadi salah satu keterbatasan saya sebagai peneliti terutama dalam proses pengodean hingga analisis. Menjalani penelitian ini tentunya tidak selalu melewati jalan yang mudah, ada kalanya saya harus begitu lekat membangun hubungan dengan tiap partisipan, namun ada waktu saya harus memberikan jarak antara penelitian ini dan diri saya sendiri. Proses ini merupakan salah satu cara yang saya gunakan untuk mengatur subjektivitas yang ada pada diri saya agar tidak mengelabui saya dalam proses pengodean. Saya menyadari sebagai peneliti cenderung menyetujui jawaban partisipan tanpa menggali lebih dalam makna yang disampaikan oleh partisipan.

Saya begitu terhanyut dalam empati terutama ketika saya membaca berulang-ulang data yang sudah diperoleh, dengan empati seolah saya merasakan stres, kecemasan, bahkan kehilangan. Saya merasakan luka itu secara emosional bahkan fisik.

Padahal jika penelitian ini dilakukan oleh peneliti lain yang tidak memiliki kedekatan emosi khusus, mungkin saja dapat menghasilkan informasi yang lebih eksploratif. Oleh karena itu, peneliti berusaha lebih mawas diri dan menyadarkan diri bahwa apapun yang sedang dialami oleh partisipan merupakan pengalaman

berharga yang menjadi miliknya sendiri. Dengan demikian saya dapat mengelola empati dan mengubahnya menjadi sebuah kisah yang ingin disampaikan oleh partisipan penderita kanker payudara. Saya menyadari penelitian ini begitu dekat dengan saya, oleh karena itu saya merasa membutuhkan kredibilitas yang lebih dibandingkan peneliti lain yang meneliti kanker payudara. Selain meminta bantuan dosen pembimbing sebagai mentor yang juga mengawasi jalannya penelitian ini, saya menggunakan tiga jenis kredibilitas lainnya untuk mendukung kredibilitas penelitian ini, yaitu member checking, peer debriefing, dan bias.

40 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian 1. Persiapan penelitian

Pada penelitian ini partisipan merupakan tiga orang ibu yang menderita kanker payudara. Ketiga partisipan dipilih menggunakan teknik purposive sampling dengan strategi homogeneous samples. Peneliti memilih seorang ibu yang memenuhi karakteristik yang sudah ditetapkan sebelumnya dengan cara bertanya pada teman maupun kerabat. Setelah mendapatkan rekomendasi, peneliti menghubungi partisipan lewat alat telekomunikasi dengan maksud meminta kesediaan partisipan untuk bertemu agar peneliti dapat memperkenalkan diri secara langsung dan menjelaskan tujuan penelitian ini.

Apabila dalam pertemuan partisipan bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, peneliti akan menjelaskan prosedur penelitian dan meminta kesediaan partisipan untuk menandatangani informed consent. Selain itu peneliti juga meminta kesediaan partisipan untuk menggunakan alat perekam suara selama wawancara berlangsung. Jika partisipan telah menyetujuinya, hal berikut yang peneliti lakukan adalah mendiskusikan waktu yang sesuai untuk melakukan wawancara.

2. Pelaksanaan penelitian

Sebelum melakukan pengambilan data, peneliti terlebih dahulu melakukan rapport building sebagai usaha untuk membangun hubungan yang baik dengan

partisipan. Pelaksanaan wawancara dilakukan pada bulan September 2018 sampai Mei 2019. Durasi waktu yang dibutuhkan pada setiap wawancara pun berbeda-beda tiap partisipan, yakni satu sampai dengan dua jam. Setelah melakukan wawancara dan wawancara lanjutan, peneliti melakukan konfirmasi pada partisipan guna menyamakan persepsi peneliti mengenai data yang sudah diperoleh dengan maksud partisipan.

Pertemuan pertama dengan P1 berlangsung di salah satu rumah sakit swasta pada 16 September 2017 ketika P1 menanti urutan kontrol rutinnya.

Pertemuan perdana ini dilaksanakan dalam rangka perkenalan sebagai upaya rapport dan juga menyampaikan maksud serta tujuan penelitian. Peneliti juga menjelaskan informan yang menyampaikan pada peneliti mengenai penyakit yang diderita, P1 merupakan ibu dari salah satu rekan peneliti. Setelah menjelaskan maksud dan tujuan penelitian, peneliti memohon kesediaan P1 untuk menjadi partisipan dalam penelitian ini, kemudian P1 memberikan beberapa kontak temannya yang juga berada pada komunitas kanker payudara yang sama. Rentang yang cukup panjang antara pertemuan perdana dan wawancara pertama diisi dengan kontak yang dilakukan peneliti melalui media sosial, sehingga peneliti tetap menjaga hubungan yang telah terjalin.

Pertemuan pertama dengan P2 berlangsung pada tanggal 5 Oktober 2018 bertempat di kediaman P2. Pada pertemuan pertama ini peneliti memperkenalkan diri pada partisipan dan menjelaskan maksud serta tujuan penelitian. Pertemuan pertama ini dilanjutkan dengan proses wawancara, mengingat sampai saat ini, P2 masih aktif bekerja dan sibuk dalam pekerjaannya.

Selain itu P2 masih mengurus kedua anaknya dan ibu mertua, hal ini menyebabkan P2 memiliki rutinitas yang cukup padat dalam kesehariannya dan sulit menyesuaikan waktu untuk melakukan wawancara. Hal ini dilakukan tentunya dengan persetujuan P2 terlebih dahulu. Rentang waktu yang cukup panjang antara satu waktu pengambilan data dengan waktu berikutnya disebabkan kondisi kesehatan P2 yang sempat menurun akibat menjalani pengobatan.

Pertemuan pertama dengan P3 terjadi pada 25 Oktober 2018. Pertemuan pertama dilaksanakan di rumah mertua P3 yang juga menjadi tempat kediamannya sementara. P3 tidak memiliki pekerjaan tetap, namun saat ini ia aktif mengikuti kegiatan dari komunitas kanker payudara maupun komunitas Gereja dan juga mengurus kedua mertuanya. Terkadang P3 membuat jajanan tradisioal sebagai pemasukan tambahan atau sekadar mengisi waktu. Pertemuan pertama ini bertujuan agar peneliti dapat memperkenalkan diri serta menjelaskan maksud dan tujuan penelitian. Pada pertemuan pertama P3 menceritakan mengenai perjalanannya bersama dengan kanker bahkan kehidupannya setelah menderita kanker payudara. Apabila P3 bersedia menjadi partisipan, hal berikut yang dilakukan peneliti adalah memberikan informed consent dan mengatur waktu untuk melakukan wawancara. Tidak jauh berbeda dengan P1, peneliti dan P3 tetap menjalin komunikasi lewat sosial media meski tidak bertemu tatap muka.

Tahap konfirmasi atau yang dikenal dengan member checking dilakukan setelah peneliti melakukan analisis pada pernyataan partisipan. Pada tahap ini

peneliti menyampaikan kembali hasil wawancara yang sudah didapat dan ditanyakan kembali pada partisipan guna melihat kesesuaian persepsi peneliti dengan maksud partisipan. Apabila terdapat hal yang ingin ditambahkan atau bahkan tidak sesuai antara persepsi peneliti dan partisipan, partisipan berhak mengatakannya pada peneliti. Hasil member checking peneliti sampaikan pada bagian lampiran tulisan ini. Di bawah ini merupakan tabel yang menggambarkan waktu dan tempat pelaksanaan wawancara yang telah disepakati antara partisipan dan peneliti.

Tabel 4.

Waktu dan Tempat Pelaksanaan Wawancara

No. Keterangan Partisipan 1 Partisipan 2 Partisipan 3 1. Wawancara Sabtu, 15

3. Ethical considerations

Pada penelitian ini peneliti menggunaan informed consent sebagai bentuk persetujuan partisipan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Informed consent ditujukan sebagai upaya peneliti untuk meyakinkan partisipan bahwa informasi yang diberikan akan dijamin kerahasiaannya guna melindungi

hak-hak partisipan yang sudah berkontribusi (Grady dalam Supratiknya, 2019).

Sebagai tanda bahwa tidak ada unsur pemaksaan dalam penelitian ini, peneliti menjelaskan pada calon partisipan terlebih dahulu bahwa keterlibatannya dalam penelitian ini bersifat sukarela. Apabila partisipan merasakan hal-hal yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan baik secara fisik maupun mental dalam proses pengambilan data, partisipan dapat mengundurkan diri dari penelitian.

Keterangan tersebut telah dicantumkan dalam bentuk perizinan bahwa partisipan dapat mengundurkan diri atau bahkan menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

Peneliti menyadari bahwa data penelitian yang diperoleh wajib dilindungi kerahasiaannya (HIMPSI, 2010). Data yang diperoleh berupa hasil wawancara hanya dapat diakses oleh peneliti. Proses mengubah data berupa audio menjadi bentuk teks juga dilakukan oleh peneliti sendiri, sehingga kerahasiaan partisipan dalam hal ini terjamin. Ketika proses wawancara, partisipan melakukan refleksi diri terhadap bantuan yang telah diterima maupun keadaan yang telah mereka lewati dalam proses pengobatan. Setelah partisipan melakukan refleksi, peneliti akan menyampaikan kembali hasil refleksi tersebut dalam bentuk kesimpulan, sebagai peneguhan atas hal baik yang diperoleh dari situasi yang sedang mereka hadapi.

Selain itu, peneliti menyadari akan bahaya maupun risiko yang dapat muncul selama proses pengambilan data, oleh karena itu terdapat upaya pemulihan yang peneliti lakukan sebagai bentuk pertanggungjawaban. Ada kalanya partisipan memberikan respon emosi negatif (seperti marah) terhadap

pertanyaan, sehingga peneliti perlu menghentikan wawancara untuk beberapa saat. Pada saat seperti itu, peneliti menggunakan humor sebagai salah satu bentuk upaya pemulihan terhadap situasi yang kurang kondusif. Nezlek dan Derks (2001) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa orang-orang yang menggunakan humor sebagai coping dapat memandang masalahnya menjadi lebih ringan, bahkan dapat memberikan dukungan yang lebih tepat bagi orang lain. Humor membuat orang-orang dapat menikmati kehidupan mereka. Jaffe (2013) dalam artikel yang ia tulis, menyampaikan bahwa kemampuan seseorang untuk tertawa saat berada dalam masa yang sulit dapat mengurangi emosi negatif terhadap masalah yang sedang dihadapi.

Selain menggunakan humor, peneliti juga menggunakan pengalihan sebagai upaya pemulihan. Pengalihan merupakan salah satu bentuk dari attentional deployment, yang mana merupakan salah satu strategi regulasi emosi.

Attentional deployment menurut Lewis, Haviland-Jones, & Barret (2008) adalah sebuah bentuk strategi regulasi emosi yang digunakan untuk memengaruhi respon emosi seseorang dengan mengarahkan kembali perhatian pada sebuah situasi tanpa mengubah keadaan lingkungan. Pengertian pengalihan atau distraction dalam Lewis, Haviland-Jones, & Barret (2008) merupakan sebuah usaha untuk mengalihkan atau mengubah perhatian dari situasi emosional yang sedang terjadi. Pengalihan dilakukan dengan mengganti topik pembicaraan menjadi hal lain, seperti aktivitas partisipan dalam kesehariannya. Cara ini dilakukan agar partisipan mengalihkan fokus dari topik sensitif menjadi topik yang membuat partisipan kembali pada keadaan nyaman.

B. Partisipan Penelitian 1. Data partisipan

Tabel 5.

Data partisipan

No. Keterangan Partisipan 1 Partisipan 2 Partisipan 3

1. Insial CR D Y

2. Daerah asal Salatiga Magelang Yogyakarta 3. Usia saat ini 54 tahun 45 tahun 45 tahun 6. Tempat tinggal Bumijo Parangtritis Yudonegaran 7. Pekerjaan saat

ini

PNS Ahli gizi Wiraswasta

8. Jumlah anak 2 2 1

2. Latar belakang partisipan a. Partisipan 1

P1 merupakan seorang ibu berusia 54 tahun dan berasal dari Yogyakarta. P1 sudah menikah dan memiliki dua anak masing-masing berusia 22 tahun dan 16 tahun. P1 bekerja di salah satu badan pemerintahan pemberdayaan perempuan dan masyarakat. Saat ini P1 tinggal bersama suami, kedua anak, dan adik laki-lakinya di daerah Bumijo. P1 menderita kanker payudara pada usia 52 tahun. P1 sudah menyadari risiko kanker payudara sejak ibunya menderita jenis kanker yang sama, yaitu kanker payudara.

P1 memeriksakan diri ke dokter setelah menemukan benjolan pada payudaranya di bulan Maret 2016. Sebelum melakukan pemeriksaan, P1 menyadari bahwa ia memiliki genetik kanker dari ibunya. Setelah melakukan pemeriksaan, P1 melakukan pembedahan pada bulan April 2016 untuk memeriksa jaringan yang telah diangkat. Hasil dari pemeriksaan tersebut menunjukkan bahwa P1 memiliki tumor ganas atau kanker payudara yang disebabkan oleh HER-2 dan dianjurkan untuk melakukan mastektomi. Pada tanggal 28 Juni 2016, P1 melakukan mastektomi dan melanjutkan pengobatan lainnya sesuai anjuran dokter. Setelah bekas operasinya mengering, P1 melakukan kemoterapi sejumlah 24 kali yang terdiri dari enam kemoterapi dasar dan delapan belas kemoterapi tambahan akibat jenis kanker yang dideritanya. Pengobatan selanjutnya merupakan radioterapi yang dilakukan sebanyak 30 kali, kemudian konsumsi obat oral untuk menguatkan jantung, dan kontrol setiap tiga bulan.

Selama menjalani pengobatan, P1 merasakan dampak-dampak bagi tubuhnya. Pada awal kemoterapi, P1 tidak menjalani kemoterapi dengan cara diinfus seperti pasien kanker pada umumnya, karena pembuluh darah P1 begitu tipis, sehingga P1 memasang sebuah alat yang ditanam di dadanya selama periode kemoterapi. Alat tersebut akan langsung terhubung dengan salah satu vena yang berada dekat jantung. Setelah kemoterapi, P1 merasakan mual bahkan muntah. Tak jarang P1 kehilangan selera makan namun tetap memaksa dirinya untuk mengkonsumsi makanan meski pada akhirnya ia tetap muntah. Selain muntah, P1 juga harus kehilangan rambutnya dalam proses

pengobatan tersebut. Obat dalam kemoterapi dikenal sebagai obat yang memiliki efek samping kuat, sehingga dapat memengaruhi tubuh dalam jangka waktu yang cukup panjang meski kemoterapi tersebut sudah selesai.

Salah satu dampak dari kemoterapi dapat memengaruhi kerja jantung. Setiap pemeriksaan rutin P1 melakukan EKG dan mengkonsumsi obat penguat jantung. Kemoterapi juga dapat memengaruhi kadar vitamin D pada tubuh pasien. P1 rutin mengkonsumsi suplemen yang mengandung vitamin D dan mengimbanginya dengan berjalan di pagi hari. Selain kemoterapi, pengobatan radioterapi juga memberikan efek samping bagi tubuhnya. Kulit pada bagian leher dan dada P1 berubah warna menjadi lebih gelap, sehingga P1 harus menggunakan syal ketika berada di luar rumah. Selain itu, P1 merasa kesulitan ketika ia harus menelan makanan selama menjalani radioterapi.

Menjalani pengobatan jelas memengaruhi suasana hati P1, ia merasa pengobatan yang dijalani membuat tubuhnya tidak nyaman. Meski tidak memengaruhi relasi maupun pekerjaannya, ada waktu P1 merasa ingin diberi jarak agar ia memiliki waktu sendiri, bahkan P1 sempat merasa tidak ingin bertemu dengan orang-orang yang menjenguknya. P1 mencoba untuk tetap

Menjalani pengobatan jelas memengaruhi suasana hati P1, ia merasa pengobatan yang dijalani membuat tubuhnya tidak nyaman. Meski tidak memengaruhi relasi maupun pekerjaannya, ada waktu P1 merasa ingin diberi jarak agar ia memiliki waktu sendiri, bahkan P1 sempat merasa tidak ingin bertemu dengan orang-orang yang menjenguknya. P1 mencoba untuk tetap