• Tidak ada hasil yang ditemukan

USAHATANI MENTIMUN

6.1 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Mentimun Pemilihan input atau faktor-faktor produksi dalam usahatani mentimun

6.1.1 Analisis Faktor-Faktor pada Produktivitas Mentimun

Faktor-faktor pada produktivitas mentimun dapat di duga menggunakan delapan variabel yaitu benih, pupuk kandang, kapur, pupuk kimia, pupuk daun dan buah, pestisida padat, pestisida cair serta Tenaga kerja. Delapan variabel tersebut merupakan variabel yang di duga dapat mempengaruhi produktivitas tanaman mentimun. Adapun hasil pendugaan dengan delapan variabel tersebut dapat dilihat pada Tabel 13.

67 Tabel 13. Hasil Pendugaan Persamaan Fungsi Produktivitas Rata-rata Mentimun

di Desa Citapen 2011

Variabel Koefisien Std. Error z-Statistic Peluang

Konstanta 7,740909 1,191593 6,496272 0,0000 Benih (X1) 0,580311 0,217962 2,662440 0,0078 Pupuk Kandang (X2) 0,007970 0,131182 0,060755 0,9516 Kapur (X3) -0,186202 0,144258 -1,290756 0,1968 Pupuk Kimia (X4) 0,081976 0,143482 0,571329 0,5678 Pupuk D & B (X5) 0,132046 0,071739 1,840650 0,0657 Pestisida Padat (X6) 0,052479 0,174470 0,300793 0,7636 Pestisida Cair (X7) 0,146938 0,112880 1,301720 0,1930 Tenaga Kerja (X8) -0,192960 0,119957 -1,608579 0,1077 a. Benih (X1)

Penggunaan benih mentimun merupakan salah satu faktor yang dibutuhkan dalam kegiatan usahatani mentimun. Berdasarkan tanda parameter pada variabel benih, menunjukan bahwa parameter benih memiliki tanda positif yaitu sebesar 0,5803 yang berarti semakin banyak benih yang digunakan dalam suatu proses produksi maka rata-rata hasil produktivitas mentimun akan meningkat sebesar 0,5803 persen. Berdasarkan hasil pendugaan parameter variabel benih memiliki peluang sebesar 0,0078. Jika taraf nyata sebesar 20 persen, hal ini menunjukan bahwa penggunaan benih berpengaruh nyata terhadap produktivitas mentimun. Oleh karena itu, variabel benih berpengaruh nyata terhadap produktivitas mentimun.

Berdasarkan informasi yang didapat saat wawancara dengan petani responden (Tabel 12), rata-rata penggunaan variabel benih petani responden dalam satu hektar per musim tanam sebanyak 1.139 gram per hektar. Ada beberapa petani yang hanya menggunakan satu benih mentimun dalam satu lubang tanam tetapi pada umumnya petani responden menggunakan dua benih mentimun dalam satu lubang tanam. Petani responden yang menggunakan satu benih mentimun pada satu lubang tanam akan menghasilkan produksi mentimun yang kurang optimal, sedangkan para petani responden yang menggunakan benih mentimun dalam satu lubang tanam hanya dua benih mentimun dengan diberi jarak sekitar lima centimeter antara benih satu dengan benih lainnya maka hasil produksi yang akan diperoleh lebih optimal. Selain itu ada juga petani responden

68 yang menggunakan benih mentimun dalam satu lubang tanam dengan dua benih mentimun tetapi tidak diberi jarak antara benih satu dengan benih lainnya, meskipun demikian tanaman mentimun dapat tetap tumbuh walaupun tidak sebaik jika pada saat penanaman diberi jarak.

b. Pupuk Kandang (X2)

Pupuk kandang merupakan salah satu faktor yang diperlukan dalam kegiatan usahatani mentimun. Berdasarkan tanda parameter pada pupuk kandang, menunjukan bahwa parameter pupuk kandang memiliki tanda positif yaitu sebesar 0,0079 yang berarti semakin banyak pupuk kandang yang digunakan dalam suatu proses produksi maka rata-rata hasil produktivitas mentimun akan meningkat sebesar 0,0079 persen. Berdasarkan hasil pendugaan parameter variabel pupuk kandang memiliki peluang sebesar 0,951. Jika taraf nyata sebesar 20 persen, hal ini menunjukan bahwa penggunaan pupuk kandang tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas mentimun. Oleh karena itu, variabel pupuk kandang tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas mentimun.

Berdasarkan informasi yang didapat saat wawancara dengan petani responden (Tabel 12), rata-rata penggunaan variabel pupuk kandang petani responden dalam satu hektar per musim tanam sebesar 14.859 kilogram per hektar. penggunaan pupuk kandang tidak hanya saat awal persiapan lahan, tetapi saat dilakukan pemupukan susulan dengan cara pengecoran yang ditambahkan pupuk kandang yang telah matang selain penggunaan pupuk kimia. Sehingga semakin banyak penggunaan pupuk kandang dalam kegiatan usahatani mentimun maka hasil produksi mentimun akan meningkat. Walaupun semakin banyak penggunaan pupuk kandang dapat meningkatkan hasil tetapi pemberian pupuk kandang sebaiknya tidak diberikan secara berlebihan, penggunaan pupuk kandang yang berlebihan dapat menyebabkan unsur hara hilang dan dapat menjadi racun bagi tanaman.

c. Kapur (X3)

Kapur merupakan salah satu faktor yang diperlukan dalam kegiatan usahatani mentimun dalam meningkatkan pH tanah. Berdasarkan tanda parameter

69 variabel kapur, menunjukan bahwa parameter kapur memiliki tanda negatif yaitu sebesar -0,1862 yang berarti semakin banyak kapur yang digunakan dalam suatu proses produksi maka rata-rata hasil produktivitas mentimun akan menurun sebesar 0,1862 persen. Berdasarkan hasil pendugaan parameter variabel kapur, memiliki peluang sebesar 0,196. Jika taraf nyata sebesar 20 persen, hal ini menunjukan bahwa penggunaan kapur berpengaruh nyata terhadap produktivitas mentimun. Oleh karena itu, variabel kapur berpengaruh nyata terhadap produktivitas mentimun.

Berdasarkan informasi yang didapat saat wawancara dengan petani responden (Tabel 12), rata-rata penggunaan variabel kapur petani responden dalam satu hektar per musim tanam sebesar 1.602 kilogram per hektar. petani responden menggunakan kapur untuk meningkatkan pH tanah dan unsur hara yang ada pada tanah sehingga mudah di serap tanaman. Desa Citapen memilki pH tanah antara 4,5-7, sedangkan pH tanah yang ideal untuk tanaman mentimun yaitu pH tanah antara 5,5-6,8 (Wahyudi, 2010). Oleh karena itu perlu dilakukannya pengapuran dengan tepat. Saat petani responden menanam tanaman menggunakan lahan secara terus-menerus maka diperlukannya pengapuran sebagai penetral pH tanah dan meningkatkan unsur hara tanah. Berbeda halnya jika petani responden menggunakan kapur sebelum melakukan budidaya mentimun terlebih dahulu menanam padi karena tanah bekas menanam padi menjadi lebih subur sehingga tidak perlu dilakukan pengkapuran atau tidak memerlukan pengapuran yang terlalu banyak.

d. Pupuk Kimia (X4)

Pupuk kimia merupakan salah satu faktor yang diperlukan dalam kegiatan usahatani mentimun dalam meningkatkan hasil produksi. Berdasarkan tanda parameter menunjukan bahwa parameter pupuk kimia memiliki tanda positif yaitu sebesar 0,0819 yang berarti semakin banyak pupuk kimia yang digunakan dalam suatu proses produksi maka rata-rata hasil produktivitas mentimun akan meningkat sebesar 0,0819 persen. Berdasarkan hasil pendugaan parameter variabel pupuk kimia, memiliki peluang sebesar 0,567. Jika taraf nyata sebesar 20 persen, hal ini menunjukan bahwa penggunaan pupuk kimia tidak berpengaruh

70 nyata terhadap produktivitas mentimun. Oleh karena itu, variabel pupuk kimia tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas mentimun. Pupuk kimia menunjukkan bahwa tidak berpengaruh nyata terhadap variabel lain, tetapi penggunaan pupuk kimia dapat meningkatkan hasil produksi mentimun.

Berdasarkan informasi yang didapat saat wawancara dengan petani responden (Tabel 12), rata-rata penggunaan variabel pupuk kimia petani responden saat musim hujan per satu hektar sebesar 261,53 kilogram per hektar, sedangkan saat musim kemarau rata-rata kebutuhan pupuk kimia per hektar sebesar 260,38 kilogram per hektar. Petani responden menggunakan beberapa macam pupuk kimia untuk pemupukan susualan pertama antara lain pupuk ZA, pupuk NPK, pupuk Urea, pupuk KCL, dan pupuk TSP. Pada umumnya para petani tidak memakai kelima pupuk kimia tersebut secara bersama-sama.

Kelima pupuk tersebut yang paling banyak digunakan para petani yaitu pupuk ZA, dan pupuk NPK, karena kedua pupuk tersebut telah mewakili unsur- unsur hara yang diperlukan tanaman mentimun. selain itu pupuk ZA dan pupuk NPK juga merupakan pemupukan susulan kedua yaitu dengan cara pengecoran, sehingga dapat meningkatkan hasil produksi mentimun. Selain itu pupuk kimia dapat mempercepat panen dan hasil produksi dapat cepat tumbuh. Hal ini yang menyebabkan petani responden menggunakan pupuk kimia dalam jumlah yang besar. Penggunaan pupuk kimia saat musim hujan dan musim kemarau mengalami perbedaan. Saat musim hujan penggunaan pupuk kimia lebih tinggi dibandingkan saat musim kemarau karena saat musim hujan pupuk kimia yang diberikan akan tercecer keluar dari bedengan sehigga dosis pupuk kimia saat musim hujan lebih banyak dibandingkan saat musim kemarau.

e. Pupuk Daun dan Buah (X5)

Pupuk daun dan buah merupakan salah satu faktor yang diperlukan dalam kegiatan usahatani mentimun untuk meningkatkan hasil produksi. Berdasarkan tanda parameter variabel pupuk daun dan buah menunjukan bahwa parameter pupuk daun dan buah memiliki tanda positif yaitu sebesar 0,1320 yang berarti semakin banyak pupuk daun dan buah yang digunakan dalam suatu proses produksi maka rata-rata hasil produktivitas mentimun akan meningkat sebesar

71 0,1320 persen. Berdasarkan hasil pendugaan parameter variabel pupuk daun dan buah, memiliki peluang sebesar 0,065. Jika taraf nyata sebesar 20 persen, hal ini menunjukan bahwa penggunaan pupuk daun dan buah berpengaruh nyata terhadap produktivitas mentimun. Oleh karena itu, variabel pupuk daun dan buah berpengaruh nyata terhadap produktivitas mentimun..

Berdasarkan informasi yang didapat saat wawancara dengan petani responden (Tabel 12), rata-rata penggunaan variabel pupuk daun dan buah petani responden dalam satu hektar per musim tanam sebesar 168 kilogram per hektar. dimana pupuk daun digunakan untuk mempercepat tumbuhnya bunga dan untuk pupuk buah digunakan untuk menghasilkan mentimun yang memiliki warna yang hijau dan pertumbuhan mentimun yang cepat. Pada umumnya penggunaan pupuk daun dilakukan satu hingga dua kali penyemprotan lalu setelah tumbuh bunga digantikan dengan penyemprotan pupuk buah. Oleh karena itu, penggunaan pupuk daun dan buah atau instensitas penyemprotan dapat meningkatkan hasil produksi mentimun.

f. Pestisida Padat (X6)

Pestisida padat merupakan salah satu faktor yang diperlukan dalam kegiatan usahatani mentimun berupa obat-obatan untuk tanaman dalam bentuk padat bertujuan untuk memberantas hama dan penyakit dalam ushatani mentimun. Berdasarkan tanda parameter variabel pestisida padat, menunjukan bahwa parameter pestisida padat memiliki tanda positif yaitu sebesar 0,0524 yang berarti semakin banyak pestisida padat yang digunakan dalam suatu proses produksi maka rata-rata hasil produktivitas mentimun akan meningkat sebesar 0,0524 persen. Berdasarkan hasil pendugaan parameter variabel pestisida padat, memiliki peluang sebesar 0,7636. Jika taraf nyata sebesar 20 persen, hal ini menunjukan bahwa penggunaan pestisida padat tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas mentimun. Oleh karena itu, variabel pestisida padat tidak

berpengaruh nyata terhadap produktivitas mentimun. Pestisida padat

menunjukkan bahwa tidak berpengaruh nyata terhadap variabel lain tetapi penggunaan pestisida padat dapat meningkatkan hasil produksi mentimun.

72 Berdasarkan informasi yang didapat saat wawancara dengan petani responden (Tabel 12), rata-rata penggunaan variabel pestisida padat saat musim hujan per satu hektar sebesar 2,4 kilogram per hektar. Sedangkan saat musim kemarau penggunaan pestisida padat sebesar 2,5 kilogram per hektar. Pestisida padat yang digunakan oleh para petani responden ada empat macam yang terdiri dari antrakol, sevin, khardan, dan lanet. Empat macam pestisida tersebut ada yang berfungsi sebagai fungisida yaitu antrakol dan yang berfungsi sebagai insektisida adalah sevin, khardan, dan lanet. Pemberian pestisida dilakukan untuk mencegah datangnya hama sehingga ada tidaknya hama maka tetap dilakukan penyemprotan, tetapi penyemprotan dapat dilakukan berapa sering dengan dosis yang digunakan didasarkan seberapa bermasalahnya tanaman mentimun terhadap hama dan penyakit yang menyerang. Hal tersebut terjadi pada saat musim kemarau dimana hama dan penyakit lebih banyak menyerang sehingga penggunaan insektisida perlu ditingkatkan sehingga hasil produksi akan meningkat bukannya malah menurun. Ketiga pestisida padat tersebut mengandung unsur-unsur yang berfungsi untuk mencegah hama atau bersifat fungi dimana memiliki kandungan vitamin yang memperkuat tanaman mentimun dari serangan hama.

g. Pestisida Cair (X7)

Pestisida cair sama halnya dengan pestisida padat yang merupakan salah satu faktor yang diperlukan dalam kegiatan usahatani yang bertujuan untuk memberantas hama dan penyakit dalam ushatani mentimun. Berdasarkan tanda parameter menunjukan bahwa parameter pestisida cair memiliki tanda positif yaitu sebesar 0,1469 yang berarti semakin banyak pestisida cair yang digunakan dalam suatu proses produksi maka rata-rata hasil produktivitas mentimun akan meningkat sebesar 0,1469 persen. Berdasarkan hasil pendugaan parameter variabel pestisida cair, memiliki peluang sebesar 0,193. Jika taraf nyata sebesar 20 persen, hal ini menunjukan bahwa penggunaan pestisida cair berpengaruh nyata terhadap produktivitas mentimun. Oleh karena itu, variabel pestisida cair berpengaruh nyata terhadap produktivitas mentimun.

73 Berdasarkan informasi yang didapat saat wawancara dengan petani responden (Tabel 12), rata-rata penggunaan variabel pestisida cair saat musim hujan per satu hektar sebesar 1,96 kilogram per hektar. Sedangkan saat musim kemarau penggunaan pestisida cair sebesar 1,91 kilogram per hektar. Selain menggunakan pestisida padat, pestisida cair juga diberikan dimana pestisida cair yang digunakan petani responden dalam usahatani mentimun ada tiga macam diantaranya yaitu winder, churacron, dan plengket. Sama halnya dengan pestisida padat dan pestisida cair, para petani responden dalam penggunaan pestisida tersebut berbeda-beda tetapi ada juga petani responden yang menggunakan keempat atau ketiga macam pestisida tersebut. oleh karena itu dalam kenyataannya penggunaan pestisida cair maupun padat yang berlebihan tidak menurunkan rata-rata produksi mentimun.

h. Tenaga Kerja (X8)

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang mendukung kegiatan usahatani mentimun dalam meningkatkan hasil produksi. Berdasarkan tanda parameter menunjukan bahwa parameter tenaga kerja memiliki tanda negatif yaitu sebesar -0,1929 yang berarti semakin banyak tenaga kerja yang digunakan dalam suatu proses produksi maka rata-rata hasil produktivitas mentimun akan menurun sebesar -0,1929 persen. Berdasarkan hasil pendugaan parameter variabel tenaga kerja, memiliki peluang sebesar 0,1077. Jika taraf nyata sebesar 20 persen, hal ini menunjukan bahwa penggunaan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produktivitas mentimun. Oleh karena itu, variabel tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produktivitas mentimun.

Berdasarkan informasi yang didapat saat wawancara dengan petani responden (Tabel 12), rata-rata penggunaan variabel tenaga kerja baik tenaga kerja luar keluarga ataupun tenaga kerja dalam keluarga per musim tanam per satu hektar sebesar 216,11 HOK per hektar. Dalam melakukan kegiatan usahatani mentimun memerlukan tenaga kerja yang banyak dan dalam bekerja harus optimal dan tidak berlebihan walapun menggunakan tenaga kerja yang banyak. Misalkan saat panen, tenaga kerja pria lebih banyak di bandingkan tenaga kerja wanita saat panen, hal tersebut dapat menimbulkan rata-rata hasil produksi mentimun

74 menurun. Hal tersebut dikarenakan tenaga kerja pria kurang teliti dalam melakukan panen dibandingkan wanita yang lebih teliti. Misalkan dalam kegiatan panen, tenaga kerja pria tidak sengaja memanen tanaman mentimun yang belum siap panen dikarenakan ingin cepat-cepat selesai dan tidak telitinya sehingga berdampak pada hasil produksi yang menurun.