• Tidak ada hasil yang ditemukan

KABUPATEN BOGOR

USAHATANI MENTIMUN 65 6.1 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produks

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.2 Teori Risiko Produks

Dalam melakukan suatu usaha atau kegiatan usahatani pasti memiliki risiko. Menurut Kountur (2008) ada tiga unsur penting dari sesuatu yang dianggap sebagai risiko : (1) merupakan suatu kejadian, (2) kejadian tersebut masih merupakan kemungkinan (bisa terjadi atau tidak terjadi), (3) jika sampai terjadi, akan menimbulkan kerugian.

Kata risiko banyak dipergunakan dalam berbagai pengertian, dimana ada banyak pendapat mengenai pengertian risiko tersebut. beberapa definisi risiko antara lain yaitu merupakan suatu kerugian atau dapat juga diartikan sebagai ketidakpastian (Harwood et al, 1999).

Menurut Kountur (2008) risiko berhubungan dengan ketidakpastian. Ketidakpastian ini terjadi akibat kurangnya atau tidak tersedianya informasi yang menyangkut apa yang akan terjadi. risiko berhubungan dengan suatu kejadian,

21 dimana kejadian tersebut memiliki kemungkinan untuk terjadi atau tidak terjadi dan jika terjadi ada akibat berupa kerugian yang ditimbulkan.

Menurut Robison dan Barry (1987) risiko adalah peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis sebagi pembuat keputusan dalam bisnis berdasarkan data historis atau pengalaman selama mengelola kegiatan usaha.

Menurut Robison dan Barry (1987), Setiap pelaku usaha memiliki perilaku yang berbeda dalam menghadapi risiko, perilaku tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu sebagai berikut:

a. Pembuat keputusan yang takut terhadap risiko (risk aversion). Sikap ini

menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan , maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menaikkan keuntungan yang diharapkan dan merupakan ukuran tingkat kepuasaan.

b. Pembuat keputusan yang berani terhadap risiko (risk taker). Sikap ini

menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan, maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menurunkan keuntungan yang diharapkan.

c. Pembuat keputusan yang netral terhadap risiko (risk neutral). Sikap ini

menunjukkan jika terjadi kenaikan ragam dari keuntungan, maka pembuat keputusan tidak akan mengimbangi dengan menaikkan atau menurunkan keuntungan yang diharapkan.

Menurut Ellis (1993), risiko dibatasi oleh kemungkinan-kemungkinan yang dihubungkan dengan kejadian dari suatu peristiwa yang mempengaruhi suatu proses pengambilan keputusan. Sedangkan ketidakpastian mengacu pada situasi dimana tidak memungkinkan untuk mengetahui probabilitas kejadian dari suatu peristiwa. Setiap pelaku usaha melakukan pengambilan keputusan dalam

mengalokasikan sumberdaya yang dimilikinya untuk menghasilkan output yang

diharapkan. Namun, seringkali keputusan tersebut dihadapkan pada risiko dan ketidakpastian. Implikasi risiko terhadap variasi pendapatan dapat dilihat pada

Gambar 3 yang menunjukkan tiga respon yang berbeda dalam output dari

22 Keterangan :

TVP1 = Total value product in ’good’ years TVP2 = Total value product in ’bad’ years

E(TVP) = Expected total value product

Gambar 3. Hubungan Keputusan Penggunaan Input dan Variasi Pendapatan Sumber : Ellis, 1993

Terdapat tiga alternatif penggunaan input yang ditunjukkan oleh X1, X2, XE yang terkait risiko :

1. Input yang digunakan sebanyak X1. Hal ini menunjukkan jika kondisi TVP1 terjadi dimana pada saat tersebut dalam kondisi yang baik bagi petani, maka keuntungan terbesar yaitu sebesar ab akan diperoleh. Di sisi lain, jika TVP2 terjadi maka kerugian sebesar bj akan dialami petani.

2. Input yang digunakan sebanyak X2. Hal ini menunjukkan jika kondisi TVP1 terjadi maka keuntungan sebesar ce akan diperoleh dan jika TVP2 terjadi maka petani tidak akan mengalami kerugian dan tetap mendapatkan keuntungan yang kecil sebesar de. Hal ini disebabkan pada kondisi tersebut petani masih mampu membayar biaya pembelian input tersebut (TVP > TC).

3. Input yang digunakan sebanyak XE. Nilai E(TVP) yang diperoleh merupakan

hasil rata-rata pendapatan pada kondisi baik dan buruk. Hal ini menunjukkan h

Total Value Product Y (Rp)

0 c f a g d b e i j TVP1 E(TVP) TC TVP2 X2 XE X1 Input X h

23 jika kondisi TVP1 terjadi maka keuntungan sebesar fh akan diperoleh, tetapi

bukan merupakan kemungkinan keuntungan terbesar. Di sisi lain, jika TVP2

terjadi maka kerugian sebesar hi akan dialami petani dan bukan merupakan kemungkinan kerugian terbesar.

3.1.3 Model Just and Pope

Model fungsi risiko produksi Just and Pope merupakan suatu gabungan antara mean dan variance. Oleh karena itu untuk mengetahui input atau faktor- faktor produksi apa saja yang dapat mengakibatkan terjadinya risiko, yaitu menggunakan model fungsi risiko produksi Just and Pope.

Model fungsi risiko produksi Just dan Pope (Robison dan Barry, 1987) :

Y = f( x, β) + h( x, θ) ε Dimana :

Y = Produktivitas

f = Fungsi produksi rata-rata.

h = Fungsi produksi variance.

x = Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi

(input)

β,θ = Besaran yang akan diduga

ε = error

Pengukuran risiko produksi dalam penelitian ini menggunakan nilai variance error produksi. Salah satu model yang dapat mengakomodasi hal tersebut yaitu model GARCH (Generalized Autoregressive Conditional Heteroskedasticity) (Verbeek, 2000). Salah satu kelebihan dengan menggunakan model GARCH yaitu pendugaan parameter fungsi produksi dan persamaan variance error produksi. Dalam prakteknya, model standar GARCH (1,1) sering digunakan dan dituliskan sebagai berikut :

...(1) ... (2)

Persamaan pertama menunjukan variance error produksi pada periode t

( ditentukan oleh error kuadrat periode sebelumnya ( ) dan variance error

24 3.1.4 Sumber Risiko

Menurut Harwood et al. (1999) dan Moschini dan Hennessy (1999),

beberapa sumber risiko yang dapat dihadapi oleh petani diantaranya adalah Risiko Produksi, Risiko Pasar atau Harga, Risiko Kelembagaan, Risiko Kebijakan, Risiko Finansial.

1. Risiko Produksi

Risiko produksi seperti gagal panen, produksi rendah, kualitas kurang baik. Hal ini bisa disebabkan oleh hama dan penyakit, curah hujan, maupun teknologi.

2. Risiko Pasar (harga)

Risiko pasar bisa terjadi karena produk tidak dapat terjual. Disebabkan oleh perubahan harga output, permintaan rendah, ataupun banyak produk substitusi.

3. Risiko Kelembagaan

Risiko kelembagaan terjadi karena perubahan kebijakan dan peraturan pemerintah, baik dari segi penggunaan pestisida dan obat-obatan, pajak, kredit.

4. Risiko Finansial

Risiko finansial terjadi karena tidak mampu membayar hutang jangka pendek, kenaikan tingkat suku bunga pinjaman, piutang tak tertagih sehingga menyebabkan penerimaan produksi menjadi rendah.

5. Risiko Kebijakan

Risiko kebijakan merupakan memilih diantara alternatif untuk mengurangi efek risiko.

Sumber-sumber penyebab adanya risiko pada budidaya pertanian sebagian besar disebabkan karena faktor-faktor seperti perubahan iklim, suhu, cuaca, hama dan penyakit, penggunaan input serta adanya kesalahan teknis (human error) dari tenaga kerja (SDM). Risiko tidak dapat dihilangkan, tetapi dapat diminimalkan sekecil mungkin, biasanya dengan melakukan berbagai cara seperti penggunaan teknologi terbaru, usaha penanganan secara intensif, serta pengadaan input yang berkualitas seperti SDM, benih/bibit dan obat-obatan

25 3.1.5 Teori Pendapatan

a. Teori Biaya

Biaya total dan biaya tetap diperlukan dalam memproduksi suatu produk tertentu. Biaya total merupakan hasil penjumlahan dari biaya tetap dengan biaya variabel. Menurut Lipsey et.al (1995) biaya total (TC atau total cost) adalah biaya total untuk menghasilkan tingkat output tertentu. Biaya total terdiri dari biaya tetap total (TFC atau total fixed cost) dan biaya variabel total (TVC atau total variable cost). Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah meskipun output

berubah. Sedangkan biaya yang berkaitan langsung dengan output, yang

bertambah besar dengan meningkatnya produksi dan berkurang dengan menurunnya produksi disebut biaya variabel. Secara matematis biaya total (TC) dapat dirumuskan sebagai berikut (Lipsey et.al, 1995) :

TC = TFC + TVC dimana :

TC = Total Biaya (Rp/periode tanam)

TFC = Total Biaya Tetap (Rp/periode tanam) TVC = Total Biaya Variabel (Rp/periode tanam)

Fungsi biaya merupakan suatu hubungan antara besarnya biaya produksi dengan tingkat produksi. Grafik fungsi biaya dapat dilihat pada Gambar 4.

Keterangan :

Y : Produksi

TC : Total Biaya

TVC : Total Biaya Tetap TFC : Total Biaya Variabel Gambar 4. Kurva Biaya Total

Sumber : Lipsey et.al (1995) TC, TVC, TFC Y 0 TVC TC TFC

26 Fungsi biaya merupakan suatu hubungan antara besarnya biaya produksi dengan tingkat produksi. Grafik fungsi biaya dapat dilihat pada Gambar 4. Berdasarkan Gambar 4, garis TFC adalah horizontal karena nilai TFC tidak berubah dengan berapapun banyaknya barang yang diproduksi. Sedangkan garis TVC bermula dari titik nol dan semakin lama semakin bertambah tinggi. Hal ini menggambarkan bahwa ketika tidak ada produksi atau TVC = 0, semakin besar produksi maka semakin besar nilai biaya variabel total (TVC). Kurva TC adalah hasil dari penjumlahan kurva TFC dan TVC.

b. Teori Penerimaan dan Pendapatan

Penerimaan terbagi menjadi penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai (diperhitungkan). Penerimaan tunai didefinisikan sebagai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani, sedangkan penerimaan tidak tunai merupakan pendapatan yang bukan dalam bentuk uang. Total penerimaan usahatani adalah jumlah total produksi yang dikalikan dengan harga jual produk (Rahim dan Hastuti, 2008)

Menurut Debertin (1986) total penerimaan merupakan nilai produk total yang diterima petani atau pengusaha, dimana penerimaan diperoleh dari jumlah total produk yang dikalikan dengan harga jual atau harga pasar yang konstan. Secara matematis, total penerimaan atau total pendapatan (total revenue) dapat dirumuskan sebagai berikut:

TR = p. y dimana :

TR = Total pendapatan/penerimaan (Rp)

p = Harga pasar (Rp)

y = Hasil produksi (satuan)

Total penerimaan atau total pendapatan yang dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan disebut pendapatan bersih atau keuntungan (profit) yang diterima petani. Pendapatan bersih atau keuntungan dapat dirumuskan sebagai berikut (Debertin 1986) :

27 π = TR – TC dimana : π = Pendapatan bersih/keuntungan (Rp) TR = Total pendapatan/penerimaan (Rp) TC = Total Biaya (Rp)

Untuk lebih menjelaskan mengenai pendapatan, berikut grafik yang menggambarkan biaya total dan hasil penjualan total yang dapat dilihat pada Gambar 5.

Pada Gambar 5 suatu usaha mengalami keuntungan jika kurva TR diatas kurva TC. Antara titik TR dan titik TC mengalammi perpotongan pada tingkat produksi statu komoditas. Perpotongan tersebut merupakan titik impas atau Break Event Point (BEP).

Keterangan :

CR : Pendapatan dan Biaya

Y : Volume Penjualan

TR : Total Pendapatan

TC : Total Biaya

BEP : Break Event Point atau titik impas

a : Daerah Rugi

b : Daerah Laba

Gambar 5. Hubungan Biaya Total dan Hasil Penjualan Total Sumber : Lipsey et.al (1995)

TC TR BEP CR Y a b

28 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Desa Citapen merupakan salah satu Desa dari 13 Desa yang ada di Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor. Desa Citapen memiliki potensi pengembangaan usahatani mentimun, dilihat dari topografi Desa Citapen yang cocok untuk pengembangan sayuran.

Produktivitas mentimun di Desa Citapen mengalami fluktuasi

produktivitas, dimana pada tahun 2009 hingga 2010 para petani di kelompok tani pondok menteng Desa Citapen melakukan usahatani selama empat periode dengan luas lahan lima hektar, tetapi hasil atau produksi mentimun yang didapat selama periode tersebut mengalami peningkatan dan penurunan produksi. Hal ini menyebabkan adanya fluktuasi produktivitas (Gambar 2). Adanya fluktuasi produktivitas mentimun di Desa Citapen disebabkan oleh beberapa kendala yang dihadapi petani dalam melakukan usahatani mentimun. adanya fluktuasi produktivitas diduga karena penggunaan input yang tidak sesuai sehingga output yang dihasilkan mengalami penurunan. Oleh karena itu, melalui penggunaan input yang sesuai dapat meningkatkan produktivitas.

Penelitian ini melakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi mentimun. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi mentimun dengan fungsi risiko produksi Just and Pope, selain itu perlu mengidentifikasi karakteristik petani responden yang diambil.

Petani menggunakan beberapa faktor produksi dalam membudidayakan tanaman mentimun, dimana faktor produksi yang diduga berpengaruh dalam produksi mentimun yaitu luas lahan, benih, pupuk kandang, pupuk ZA, pupuk NPK, pupuk Urea, pupuk KCL, pupuk TSP, Tenaga kerja, dan pestisida. adanya faktor produksi tersebut dapat mempengaruhi hasil produksi, hal tersbut dapat menjadi penyebab risiko produksi tetapi ada pula faktor produksi yang dapat mengurangi risiko produksi. Selain itu, hal tersebut dapat mempengaruhi tentang pendapatan yang diterima petani dalam melakukan usahatani mentimun.

Oleh karena itu, penting untuk menganalisis tentang semua nilai faktor- faktor produksi yang ada pada budidaya mentimun, guna untuk mengetahui pengaruh yang terjadi pada masing-masing input atau faktor produksi yang akan berpengaruh pada variasi mentimun. Dalam melakukan usahatani atau produksi

29 mentimun, penggunaan input seperti benih, pupuk kandang, kapur, pupuk kimia, pupuk daun dan buah, pestisida, dan tenaga kerja sangat diperlukan. Besar kecilnya penggunaan input produksi berpengaruh terhadap output yang dihasilkan. Selain itu harga input dan harga output juga dapat mempengaruhi biaya produksi dan penerimaan petani. Sehingga, besar kecilnya biaya produksi serta penerimaan mempengaruhi pendapatan yang diterima oleh petani.

Pengumpulan data dilakukan dengan kuisioner yang diberikan kepada

petani mentimun pada Kelompok Tani Pondok Menteng di Desa Citapen. Secara umum kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 6.

30 Gambar 6. Langkah-Langkah Pemikiran Operasional Analisis Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi Risiko Produksi Mentimun (Cucumis sativus L.) di Desa Citapen Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor

Kegiatan Produksi Mentimun yang dilakukan para petani di Kelompok Tani Pondok Menteng, Desa Cipaten

Adanya Fluktuasi Produktivitas Mentimun Di Kelompok Tani Pondok Menteng

Desa Cipaten Penggunaan Faktor-Faktor Produksi 1. Benih 2. Pupuk Kandang 3. Kapur 4. Pupuk Kimia 5. Pupuk D & B 6. Pestisida Padat 7. Pestisida Cair 8. Tenaga Kerja

Risiko Produksi Mentimun Sumber Risiko Produksi 1. Cuaca dan Iklim 2. Hama dan Penyakit 3. Human Error

Pendapatan Petani di Kelompok Tani Pondok Menteng

Harga Output Harga Input

31

IV.

METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan kepada para petani mentimun di Desa Citapen Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor, khususnya kepada petani mentimun anggota Kelompok Tani Pondok Menteng. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei hingga Juni 2011. Pemilihan lokasi dilakukan dengan sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Ciawi merupakan salah satu kecamatan yang ada di kabupaten Bogor yang mengalami perkembangan produktivitas mentimun. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Luas Tanam, Produksi dan Produktivitas Mentimun di Beberapa Kecamatan di Kabupaten Bogor Tahun 2007-2008

No Kecamatan 2007 2008 Luas Tanam (Ha) Produksi (Ku) Produk tivitas (Ku/Ha) Luas Tanam (Ha) Produksi (Ku) Produk tivitas (Ku/Ha) 1. Cijeruk 53 4747 89,57 50 3667 73,34 2 Cigombong 18 1703 94,61 9 420 46,67 3 Caringin 13 2000 153,85 25 1990 79,6 4 Ciawi 44 2315 52,61 32 1734 54,18 5 Megamendung 27 3007 111,37 18 2433 135,17 6 Cisarua 7 1169 167,00 8 1267 158,37 7 Sukaraja 27 1196 44,29 17 1232 72,47 8 Citeureup 11 2170 197,27 10 2019 201,9 9 Babakan Madang 11 1538 139,82 8 612 76,5 10 Cibinong 24 2535 105,63 22 3182 144,64 Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2008 (diolah)

Dari sepuluh kecamatan di Kebaputan Bogor, Kecamatan Ciawi memiliki luas tanam mentimun terbesar dibanding kecamatan lainnya. Selain itu berdasarkan Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor (2008) Kecamatan Ciawi memiliki kelompok pelaku usahatani sayuran yang sedang berkembang yaitu Gapoktan Rukun Tani di Desa Citapen.

32 Selain itu Desa Citapen memiliki topografi yang baik untuk tanaman sayuran, penelitian dilakukan di Gapoktan Rukun Tani pada Kelompok Tani Pondok Menteng di Desa Citapen berdasarkan jumlah anggota petani yang dimiliki kelompok Tani Pondok Menteng lebih banyak dibanding Kelompok Tani lainnya, serta mentimun merupakan salah satu komoditas unggulan di Desa Citapen.

4.2 Data dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dilapangan dan wawancara dengan pihak petani yang dipilih sebagai responden meliputi tentang gambaran umum petani di Desa Citapen, dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya.

Untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi produksi budidaya mentimun, maka diajukan pertanyaan-pertanyaan seperti luas lahan yang digunakan, jumlah tanaman yang dimiliki, input yang digunakan, jumlah penggunaan input dalam proses produksi, penggunaan tenaga kerja dalam budidaya mentimun. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini yaitu instansi-instansi terkait baik pada tingkat Desa, Kecamatan, Kabupaten, penyuluhan pertanian serta tingkat pusat seperti Dinas Pertanian, Kantor Pemerintahan Daerah, serta Dinas yang terkait, data sekunder lainnya yang digunakan diperoleh dari buku, artikel, dan literatur-literatur yang terkait dengan penelitian ini.

4.3 Metode Pengambilan Sampel

Kecamatan Ciawi merupakan salah satu daerah dimana sebagian masyarakatnya berprofesi sebagai petani, khususnya di bidang hortikultura. Para petani bernaung dibawah Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN). Gapoktan Rukun Tani memiliki enam kelompok tani yang bergerak dibidang budidaya sayuran dan satu Kelompok Wanita Tani bergerak di bidang hasil olahan usahatani. Enam kelompk tani tersebut yaitu Kelompok Tani Pondok Menteng, Kelompok Tani Silih Asih, Kelompok Tani Suka Maju, Kelompok Tani Bina

33 Mandiri, Kelompok Tani Jaya, dan Kelompok Tani Sawah Lega, dan satu Kelompok Wanita Tani Citapen Berkarya.

Pemilihan kelompok tani dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu Kelompok Tani Pondok Menteng sebagai sampel. Kelompok Tani Pondok Menteng dipilih karena memiliki jumlah anggota terbanyak dari poktan lain yang tergabung pada Gapoktan Rukun Tani. Jumlah petani yang ada di Kelompok Tani Pondok Menteng sebanyak 104 dari 232 anggota yang tergabung dalam Gapoktan Rukun Tani. Pengambilan responden juga dilakukan secara sengaja (purposive) dimana mendapatkan kemudahan memperoleh informasi. Responden yang diambil adalah para petani mentimun yang tergabung dalam Kelompok Tani Pondok Menteng dimana informasi tersebut didapat dari wakil Gapoktan Rukun Tani. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 35 orang untuk memenuhi aturan

umum secara statistik yaitu ≥ 30 orang karena sudah terdistribusi normal dan

dapat digunakan untuk memprediksi populasi yang diteliti. Adapun cara yang diambil dalam mengambil sampel yaitu dipilih langsung.

4.4 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan diskusi dengan petani responden yang ada di daerah penelitian. Teknik observasi dilakukan untuk melakukan pengamatan langsung tentang gambaran umum petani di Desa Citapen. Sedangkan teknik wawancara dan diskusi dengan para petani responden menggunakan daftar pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu yang dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor produksi yang mempengaruhi dalam budidaya mentimun

4.5 Metode Pengolahan Data

Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis kualitif dan kuantitatif, analisis kualitatif bertujuan untuk melihat keragaan atau mendeskriptifkan kegiatan usahatani mentimun di daerah penelitian. Sedangkan untuk analisis kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis faktor-faktor produksi yang mempengaruhi pendapatan usahatani mentimun. Pengolahan data

34 secara kuantitatif menggunakan alat bantu model fungsi risiko produksi Just and Pope, Microsoft Excel 2007, dan Eviews versi 6.

4.5.1 Model Just and Pope

Fungsi produksi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu fungsi produksi

Cobb-Douglas dalam bentuk logaritma natural. Adapun persamaan fungsi

produktivitas mentimun dan fungsi variance produktivitas adalah:

LnYit = β0+ β1LnX1it+ β2LnX2it+ β3LnX3it+ β4LnX4it+ β5LnX5it + β6LnX6it+ β 7LnX7it+ β8LnX8it+ ε

Lnσ2Y

it = θ0+ θ1ε2it-1+ θ2Ln σ2Yit-1+ θ3LnX1it-1+ θ4LnX2it-1+ θ5LnX3it-1 + θ6LnX4it-1+θ7LnX5it-1+ θ8LnX 6it-1 + θ9 LnX 7it-1 + θ10LnX 8it-1 + ε

dimana :

Y = Produktivitas Mentimun (kg/ha)

X1, X2,.., X8 = Faktor-faktor produksi

= Jumlah benih per musim tanam (gram/ha)

= Jumlah pupuk kandang per musim tanam (kg/ha) = Jumlah kapur per musim tanam (kg/ha)

= Jumlah pupuk kimia per musim tanam (kg/ha)

= Jumlah pupuk daun dan buah per musim tanam (kg/ha) = Jumlah pestisida padat per musim tanam (kg/ha) = Jumlah pestisida cair per musim tanam (liter/ha) = Jumlah tenaga kerja (HOK/Ha)

σ2

Y = Variance error produktivitas

ε = error

t = Musim

i = Petani Responden

β, θ = Konstanta

β1,β2,…,β8 = Koefisin parameter dugaan X1, X2,...,X8 θ3,θ4,…,θ10 = Koefisin parameter dugaan X1, X2,...,X8

Hipotesis :

β1,β2,…,β8 > 0, θ3,θ4,…,θ10> 0,

35 4.5.3 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan untuk hasil dari model fungsi produksi yang dihasilkan dari pengolahan data. Salah satu pengujian hipotesa yaitu Koefisien

determinasi dan uji-F.

1) Koefisien determinasi

Koefisien determinasi dapat digunakan untuk mengukur tingkat

kesesuaian (goodness of fit) model dugaan, yang merupakan ukuran deskriptif tingkat kesesuaian antara data aktual dengan ramalannya. Koefisien determinasi mengukur besarnya keragaman total data yang dapat dijelaskan oleh model,

sisanya (1- ) dijelaskan oleh komponen error. Semakin tinggi nilai berarti

model dugaan yang diperoleh semakin akurat untuk meramalkan variabel dependent, atau dengan kata lain tingkat kesesuaian antara data aktual dengan ramalannya semakin tinggi. Koefisien determinasi melihat sampai sejauh mana besar keragaman yang diterangkan oleh parameter bebas (X) terhadap parameter

tidak bebas (Y). Menurut Gujarati (1993) Koefisien determinasi dapat

dirumuskan sebagai berikut :

Dimana :

Σet² = Jumlah kuadrat unsur sisa (galat)

Σyt² = Jumlah kuadrat total

2) Pengujian Parameter Model (Uji F)

Tujuan pengujian ini adalah untuk melihat apakan variabel bebas yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata pada variabel tak bebas (independent). Menurut Gujarati (1993) Uji statistic yang digunakan adalah uji F

- Uji – F untuk fungsi produksi rata-rata

Hipotesis :

36 H1 : salah satu dari β ada

- Uji – F untuk fungsi produksi variance

Hipotesis :

H0 : θ 0 = 0 ; i = 1,2,3,...,8

H1 : salah satu dari θ ada

Untuk pengujian kedua fungsi produksi tersebut maka uji statistic yang digunakan adalah uji F, sebagai berikut :

Dimana :

R2 = Koefisien determinasi

K = Jumlah variabel bebas

n = Jumlah sampel

Kriteria uji

F-hitung > F-tabel (k-1, n-k), maka tolak H0 F-hitung < F-tabel (k-1, n-k), maka terima H0

Jika tidak menggunakan tabel maka dapat dilihat nilai P dengan criteria uji sebagai berikut :

P-value < α , maka tolak H0 P-value > α, maka terima H0

Apabila F-hitung > F-tabel atau P-value < α maka secara bersama-sama variabel bebas dalam proses produksi mempunyai pengaruh yang nyata terhadap produksi. Sedangkan apabila F-hitung < F-tabel atau P-value > α maka secara bersama-sama variabel bebas dalam proses produksi tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi.

37 4.5.4 Hipotesis

1. Hipotesis untuk fungsi produksi rata-rata

Hipotesis yang digunakan sebagai dasar pertimbangan adalah bahwa semua faktor produksi berpengaruh positif terhadap rata-rata hasil produksi mentimun. Adapun penjelasan hipotesis tersebut adalah :

a. Benih ( )

> 0, artinya semakin banyak benih yang digunakan dalam proses produksi maka rata-rata hasil produktivitas mentimun semakin meningkat

b. Pupuk Kandang ( )

> 0, artinya semakin banyak pupuk kandang yang digunakan dalam proses produksi maka rata-rata hasil produktivitas mentimun semakin meningkat

c. Kapur ( )

> 0, artinya semakin banyak kapur yang digunakan dalam proses produksi maka rata-rata hasil produktivitas mentimun semakin meningkat

d. Pupuk Kimia ( )

> 0, artinya semakin banyak pupuk kimia yang digunakan dalam proses produksi maka rata-rata hasil produktivitas mentimun semakin meningkat

e. Pupuk Daun dan Buah ( )

> 0, artinya semakin banyak pupuk daun dan buah yang digunakan dalam proses produksi maka rata-rata hasil produktivitas mentimun