• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1 Gambaran Umum Desa Citapen

5.3.1 Persiapan Lahan a Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah, sehingga tanah menjadi gembur serta aerasi dan drainase tanah menjadi lebih baik. Menurut Wahyudi (2010) pembajakan atau mencangkul lahan untuk membalik tanah dan memperbaiki struktur tanah. Pengolahan tanah untuk tanaman mentimun yang dilakukan petani responden berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara di lokasi penelitian yaitu dengan cara tanah diolah terlebih dahulu hingga gembur. Pengolahan tanah tersebut dilakukan dengan menggunakan cangkul, dengan menggemburkan tanah hal itu juga berarti dapat memusnahkan hama dan penyakit yang ada di dalam tanah.

b. Pembuatan Bedengan

Tanah yang telah di gemburkan telah siap untuk di buat bedangan. Di Desa Citapen rata-rata petani responden membuat bedengan yang sederhana dimana lebar bedengan 120 cm, lebar selokan 50 cm dan tinggi bedengan 40 cm saat musim hujan berbeda tinggi bedengan saat musim kemarau yaitu 30 cm. Perbedaan tinggi bedengan saat musim hujan lebih tinggi dibandingkan bedengan saat musim kemarau dikarenakan agar pupuk yang ada di dalam lubang bedengan tidak keluar. Menurut Wahyudi (2010) bedengan yang sederhana memiliki ukuran

57 untuk lebar bedengan 110 cm, lebar selokan 50-60 cm, dan tinggi bedengan 15-20 cm. Bedengan yang digunakan oleh petani responden berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan langsung di lapangan mendekati ukuran yang telah dijelaskan oleh Wahyudi (2010).

c. Pemupukan dan Pengapuran

Berdasarkan wawancara terhadap petani responden di tempat penelitian penggunaan kapur dan pemupukan dasar dilakukan dengan cara diberikan disetiap lubang tanam lalu pupuk dan kapur di campur dengan tanah dan tanah tersebut diistirahtkan selama tujuh hari, hal ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan pH tanah dan menyuburkan tanah dan menetralkan pH agar siap untuk ditanami. Dalam pemupukan dasar dan pengapuran lubang tanam yang ada pada bedengan berkisar antara 8-10 cm, dan petani responden dalam pemupukan dasar menggunakan pupuk kandang. Di bawah ini dapat dilihat gambar mengenai setiap lubang tanam yang telah dilakukan pemupukan dasar dan pengapuran.

Gambar 9. Pemupukan dan Pengapuran

5.3.2 Penanaman

Penanaman mentimun perlu memperhatikan pengaturan waktu tanam, pengaturan jarak tanam, dan cara tanam. Berdasarkan hasil wawancara penanaman mentimun baik dilakukan di lahan bekas sawah. Bulan yang baik untuk mentimum saat musim hujan (oktober-maret). Selain pengaturan waktu yang baik dalam penanaman mentimun berdasarkan musim, penentuan penanaman mentimun dapat dilakukan berdasarkan harga dipasar.

58 Jarak tanam yang digunakan petani responden yaitu 60 x 50 cm. Jarak tanam yang terlalu rapat menyebabkan tanaman mudah diserang hama penyakit. Jarak tanaman yang terlalu jauh dalam pemanfaatan lahan kurang efektif sehingga berdampak pada hasil produksi yang kurang maksimal. Para petani responden di tempat penelitian pada umumnya melakukan penanaman secara monokultur atau tunggal. Menurut Wahyudi (2010) sebelum penanaman di lahan, siram bibit dipersemaian sampai media benar-benar lembab hingga kebagian dasarnya, tetapi berdasarkan wawancara di tempat penelitian para petani responden dalam cara menanam mentimun tidak dilakukan persemaian terlebih dahulu dikarenakan benih mentimun yang digunakan memiliki mutu yang baik sehingga hasil yang didapatkan pun cukup baik.

Penanaman dilakukan setelah lahan yang dipersiapkan di istirahatkan selama kurang lebih tujuh hari. Dalam satu lubang tanam diberi dua benih mentimun dengan diberi jarak dua centimeter dimana dimaksudkan agar setiap benih mendapat nutrisinya masing-masing. Benih tersebut ditaruh dilubang tanam dengan kedalaman antara 3-5 cm, jika terlalu dalam dikhawatirkan titik tumbuhnya tergangu oleh percikan air dan tanah. Jika terlalu dangkal dikhawatirkan benih yang telah tumbuh akan patah, mengingat batang bibit mentimun bersifat sukulen (tidak berkayu).

59 5.3.3 Pemupukan Susulan

Tujuan pemupukan adalah meningkatkan pertumbuhan dan mutu hasil tanaman. Pemupukan diberikan pada saat tanaman menunjukkan sejumlah kebutuhan unsur hara agar diperoleh keefisienan yang maksimal. Pemberian pupuk padat dilakukan dengan cara ditugal, disebar di atas tanah atau di sebelah tanaman, sedangkan pemberian pupuk daun atau vitamin tumbuh dengan cara menyemprotkan pada daun, bersama air disemprotkan sebagai perlakuan tambahan.

Berdasarkan hasil wawancara, para petani responden melakukan pemupukan lanjutan dengan dua cara. Pemupukan tahap pertama dilakukan secara ditugal dan pemupukan kedua dilakukan dengan cara pengecoran.

Pemupukan lanjutan pertama yang dilakukan secara tugal dilakukan setelah tanaman berumur tujuh hari setelah tanam dengan pemberian pupuk kimia. Pupuk kimia yang biasa digunakan yaitu pupuk ZA, pupuk NPK, pupuk Urea, pupuk KCL, dan pupuk TSP. Pemupukan selanjutnya yaitu dengan cara pengecoran dimana pupuk yang digunakan terdiri dari pupuk kandang yang telah dimatangkan terlebih dahulu lalu ditambahkan dengan pupuk ZA dan pupuk NPK, ketiga pupuk tersebut dicampur jadi satu menggunakan air. Pengecoran dilakukan pada saat tanaman 10 HST dan pengecoran dilakukan sebanyak lima kali hingga panen habis dengan jarak setiap 10 hari. Adapun beberapa pupuk kimia yang digunakan dalam budidaya mentimun dapat dilihat pada Gambar 11

60 5.3.4 Pemeliharaan Tanaman

Tanaman yang telah ditanam perlu mendapatkan perhatian yang baik yaitu dengan cara pemeliharaan tanaman. Pemeliharaan tanaman bertujuan untuk menjaga tanaman agar pertumbuhan tanaman normal dan sehat, sehingga produksi yang dihasilkan pun maksimal. Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang dilakukan kepada petani responden di Desa Citapen, pemeliharaan tanaman mentimun yang dilakukan oleh petani responden meliputi penyulaman, pemasangan ajir, penyiangan, dan perlindungan dari hama dan penyakit.

a. Penyulaman

Penyulaman dilakukan dengan tujuan untuk menggantikan tanaman yang mati, rusak atau kurang dalam pertumbuhannya (kerdil) kemudian ditanam kembali benih baru. Pada umumnya petani responden melakukan Penyulaman tersebut saat tanaman berumur 5-7 HST dan hanya dilakukan satu kali penyulaman.

b. Pemasangan Ajir

Menurut Wahyudi (2010) fitrah tanaman mentimun sebenarnya menjalar dipermukaan tanah. Namun, karena menginginkan permukaan kulit buahnya mulus dengan warna yang tidak belang, maka diperlukan ajir penopang agar buah mentimun menggantung. Pemasangan ajir berfungsi untuk membantu tanaman tumbuh tegak. Berdasarkan wawancara kepada petani responden, pada umumnya para petani memakai turus yang terbuat dari bambu yang memiliki panjang kurang lebih 1,5-2,5 meter. Menancapkan ajir disamping tanaman, sekitar 7-10 cm dari pangkal tanaman, dengan posisi miring kedalam bedengan hingga bersilang di bagian ujung ajir tanaman didepannya lalu ikat menggunakan tali rafia pada pertemuan ajir. Bagian bawah dibuat runcing agar mudah untuk ditancapkan didalam tanah. Satu tanaman mentimun menggunakan satu turus. Pemasangan ajir dilakukan saat tanaman berumur 10 HST dimana saat tanaman mentimun masih berukuran kecil.

61

c. Penyiangan

Salah satu penghambat produksi mentimun adalah adanya penyakit yang lebih dominan dari pada hama (Wahyudi, 2010), Oleh karena itu perlu dilakukan penyiangan. Penyiangan perlu dilakukan untuk membersihkan tanaman mentimun dari tanaman gulma (tanaman penggangu) seperti rumput liar dan tanaman lain yang berada disekitar tanaman mentimun. Penyiangan dilakukan pada saat tanaman telah berumur 10 HST. Alat yang biasa digunakan untuk melakukan penyiangan adalah cangkul kecil atau kored.

d. Penyiraman

Penyiraman dilakukan oleh petani responden ketika musim kemarau atapun saat hujan jarang terjadi, hal tersebut dilakukan guna membantu tanaman mentimun untuk tumbuh. Penyiraman dilakukan saat tanaman mentimum masih kecil hingga 7-14 HST selanjutnya penyiraman tersebut dapat digantikan oleh pengecoran dimana pengecoran tersebut sudah mengandung air. Penyiraman pada umumnya dilakukan oleh petani responden seminggu tiga kali dikarenakan susahnya memperoleh sumber air. Sumber air yang digunakan oleh petani responden yaitu berasal dari parit yang dialirkan ke dalam selokan bedengan sehingga air dapat terserap oleh tanah. Petani responden yang memiliki lahan di daerah pegunungan membutuhkan kegiatan penyiraman lebih banyak atau intens dibandingkan dengan petani responden yang memiliki lahan di sawah atau dekat dengan persawahan, dikarenakan lahan di daerah pegunungan memiliki tanah yang lebih kering saat musim panas.

e. Perlindungan Hama dan Penyakit

Pencegahan dan pemberantasan hama penyakit dilakukan secara intensif, dengan selang waktu tujuh hari setelah tanam dan selanjutnya selang waktu 10 hari dilakukan penyemprotan. Penyemprotan pestisida yang baik yaitu dalam penggunaanpupuk daun dan buah, Insektisida, dan fungisida tidak dilakukan bersamaan. Seperti penggunaan pertama yaitu penyemprotan insektisida dilakukan lalu dua hari kemudian dilakukan penyemprotan fungisida, setelah itu dua hari kemudian dilakukan penyemprotan pupuk daun dan buah. Tetapi

62 berdasarkan wawancara dilapangan, para petani responden kebanyak mencampur jadi satu pupuk daun dan buah, Insektisida, dan fungisida dengan alasan meminimalkan penggunaan tenaga kerja. Adapun Pestisida yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 12 a dan b

Gambar 12. a. Pestisida Padat

Gambar 12. b Pestisida Cair

5.3.5 Panen

Mentimun memiliki banyak varietas sehingga umur panennya pun

berbeda-beda seperti varietas mayapanda F1dan Venus dapat dipanen saat umur

32 HST, Panda dapat dipanen pada umur 33 HST (Wahyudi,2011). Mentimun

yang ditanam para petani responden di kelompok tani pondok menteng sebagian

63 dipanen ketika tanaman berumur 33-35 HST. Pemanenan dilakukan setiap dua hari atau tiga hari sekali dengan depalan hingga 15 kali pemanenan dikarenakan perkembangan buah mentimun termasuk cepat. Satu tanaman mentimun yang baik pada umumnyamenghasilkan dua kilogram mulai dari awal pemanenan hingga panen habis. Waktu panen biasa dilakukan pada pagi hari.

Gambar 13. Mentimun varietas Wulan F1 dan Mentimun Siap Kirim