• Tidak ada hasil yang ditemukan

BOGOR

2011

89

DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. 2010. Provinsi Jawa Barat

dalam Angka. Bogor: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat.

Debertin, DL. 1986. Agricultural Production Economics. New York: Mcmillan

Publishing Company

Desa Citapen. 2010. Potensi Desa Citapen Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor Tahun 2010. Bogor : Desa Citapen

[DEPTAN] Departemen Pertanian. 2006. Budidaya Sayuran di Daerah Periurban. Jakarta. Direktorat Jendral Hortikultura

Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor. 2010. Kabupaten Bogor

Dalam Angka 2010. Bogor : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor

Direktorat Jendral Hortikultura. 2010. Statistik Produk Domestik Bruto Hortikultura Tahun 2009.Jakarta: Direktorat Jendral Hortikultura Pasar Minggu Jakarta.

Ellis F. 1993. Peasant Economics : Farm Housholds and Agrarian

Development.Ed ke-2. New York : Cambridge University Press

Fariyanti A. 2008. Perilaku ekonomi rumah tangga petani sayuran dalam menghadapi risiko produksi dan harga produk di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung [disertasi]. Bogor : Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor

Fariyanti A, Kuntjoro, Hartoyo S, Daryanto A. 2007. Perilaku Ekonomi Rumah Tangga Petani Sayuran Pada Kondisi Risiko Produksi dan Harga di

Kecamatan Pengalengan Kabupaten Bandung. Jurnal Agro Ekonomi,

Volume 25 No.2, Oktober 2007 : 178-206.

Gapoktan Rukun Tani. 2011. Laporan Perkembangan Kegiatan CF-SKR. Bogor : Gapoktan Rukun Tani

Ginting, LE BR. 2009. Risiko Produksi Jamur Tiram Putih pada usaha Cempaka Baru di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor: Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

90 Harwood J., R. Heifner, K. Coble, J. Perry, A. Somwaru. 1999. Managing Risk in Farming : Concepts, Research, and Analysis. Agricultural Economic Report No. 774. U.S. Departement of Agriculture, Washington.

Kountur, R. 2006. Manajemen Risiko. Jakarta: Penerbit Abdi Tandur

Kountur, R. 2008. Mudah Memahami Manajemen Risiko Perusahaan. Jakarta:

Penerbit PPM.

Koundouri P, Celine N. 2005. On Production Function Estimation with Selectivity and Risk Consideration. Journal of Agricultural and Resource Economics 30(3):597-608

Lipsey RG, Courant PN, Purvis DD,Steiner PO. 1995. Pengantar Mikroekonomi. Ed ke-10. Jakarta: Binarupa Aksara

Losinger WL. 2006. Factors Influencing the Variance in Expected Yield on

Catfish Farms in the United States. Original Paper of Aquaculture International. USA. Springer.

Nurmala, SD. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Ubi Jalar [skripsi]. Bogor: Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

Prabowo, D. 2009. Survei hama dan penyakit pada pertanaman mentimun (Cucumis sativus Linn.) di Desa Ciherang Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat [skripsi]. Bogor. Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Rahim ABD, Hastuti DRD. 2008. Ekonomika Pertanian Pengantar Teori dan

Kasus. Jakarta: Penebar Swadaya

Rahmawaty, Novi. 2009. Pengaruh Varietas dan Konsentrasi Ethepon pada Pertumbuhan dan Hasil Panen Tanaman Mentimun (cucumis sativus L) dalam Budidaya Hidroponik [skripsi]. Bogor: Program Studi Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Robison L.J, Barry P.J. 1987. The Competitive Firm’s Response to Risk.

Macmillan Publisher. London.

Rubatzky,V.E, M. Yamaguchi. 1999. Sayuran Dunia: Prinsip, Produksi, dan Gizi (terjemahan). Jilid 3. Bandung.Penerbit ITB.

Safitri NA. 2009. Analisis Risiko Daun Potong di PT Pesona Daun Mas Asri, Ciawi Kabupaten Bogor, Jawa Barat.[skripsi]. Bogor: Program Studi

91 Ekstensi Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

Sembiring, L. 2010. Analisis Risiko Produksi Sayuran Organik pada The

Pinewood Organic Farm di Kabupaten Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

Soekartawi, Soeharjo A, Dilon J.L., J.B. Hardaker. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta: UI-press

Soekartawi. 1993. Agribisnis Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Rajagrafindo

Indonesia.

Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani. Jakarta: UI-press.

Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian (Teori dan Aplikasi).

Jakarta: PT. Rajagrafindo Indonesia.

Sujana, Wulandra. 2010. Analisis Pendapatan dan Faktor-Faktor Produksi yang Mempengaruhi Usahatani Tomat di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung [skripsi]. Bogor: Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

Sumpena, U. 2007. Budidaya Mentimun Intensif dengan Mulsa secara Tumpang

Gilir. Jakarta: Penebar Swadaya

Verbeek M. 2000. A Guide to Modern Econometrics. England : John Wiley & Sons, Ltd.

Wahyudi. 2010. Meningkatkan Hasil Panen Sayuran dengan Teknologi EMP.

i

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

RISIKO PRODUKSI MENTIMUN (Cucumis sativus L)

DI DESA CITAPEN KECAMATAN CIAWI

KABUPATEN BOGOR

SKRIPSI

DEBRINA PUSPITASARI H34096014

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

ii

RINGKASAN

DEBRINA PUSPITASARI. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Risiko Produksi Mentimun (Cucumis sativus L.) di Desa Citapen Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan ANNA FARIYANTI)

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki kontribusi bagi perekonomian di Indonesia. Kontribusi sektor pertanian terhadap pendapatan nasional Indonesia dapat dilihat berdasarkan besarnya peningkatan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) hasil sektor pertanian atas dasar harga berlaku. Hortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan penting dalam memberikan kontribusi bagi perekonomian di Indonesia. Hortikultura di Indonesia memiliki beragam komoditas diantaranya yaitu tanaman buah-buahan, tanaman sayuran, tanaman biofarmaka, dan tanaman hias.

Kelompok Tani Pondok Menteng merupakan salah satu kelompok tani yang ada di Desa Citapen yang memiliki beragam komoditas sayuran, salah satunya yaitu tanaman mentimun. Indikasi adanya risiko produksi dapat dilihat dengan fluktuasi produktivitas. Selain berpengaruh terhadap produktivitas penggunaan input itu sendiri, penggunaan input produksi juga berpengaruh terhadap hasil atau pendapatan yang petani terima. tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Mengidentifikasi pengaruh faktor-faktor produksi terhadap risiko produksi mentimun di Desa Citapen, dan (2) Menganalisis pengaruh risiko terhadap pendapatan usahatani mentimun di Desa Citapen.

Penelitian ini dilakukan kepada para petani mentimun di Desa Citapen Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor, khususnya kepada petani mentimun anggota Kelompok Tani Pondok Menteng yang dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juni 2011. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 35 responden petani mentimun yang

dilakukan dengan cara purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui

wawancara langsung dengan alat bantu kuisoner. Data dan informasi yang diperoleh dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Model yang digunakan adalah model GARCH (1,1) dan analisis pendapatan usahatani serta menggunakan kalkulator, Microsoft Excel dan Eviews 6.

Berdasarkan hasil pendugaan parameter fungsi produksi dan variance

produksi terdapat nilai koefisien determinasi (R2) yang relatif kecil yaitu 31,91 persen. Nilai koefisian determinasi (R2) tersebut memiliki arti bahwa 31,91 persen dari variasi produksi dapat dijelaskan secara bersama-sama oleh model, sedangkan sisanya sebesar 68,09 persen digambarkan oleh komponen error atau faktor-faktor lain diluar model. Selain nilai koefisien determinasi (R2), Uji-F dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor produksi yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produktivitas mentimun. Nilai F- hitung sebesar 1,23, maka nilai tersebut lebih kecil dari nilai F-Tabel. Hal tersebut berarti bahwa semua faktor produksi yang digunakan dalam usahatani mentimun secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap produksi dan variance produksi mentimun petani responden pada taraf nyata lima persen. Hal

iii tersebut diduga bahwa sumber-sumber risiko seperti hama dan penyakit, air, cuaca dan alam berpengaruh nyata terhadap produktivitas mentimun.

Hasil pendugaan parameter variance produksi menunjukkan bahwa

semakin tinggi risiko produksi mentimun pada musim sebelumnya maka semakin tinggi risiko produksi pada musim berikutnya. Tanda parameter yang menunjukkan bahwa faktor produksi yang dapat meningkatkan rata-rata hasil produktivitas mentimun adalah benih, pupuk kandang, pupuk kimia, pupuk daun dan buah, pestisida padat, dan pestisida cair. Adapun faktor produksi yang dapat menurunkan rata-rata hasil produktivitas mentimun adalah kapur dan tenaga kerja. Variabel benih, kapur, pupuk D&B, pestisida cair dan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produktivitas mentimun. untuk variabel pupuk kandang, pupuk kimia, dan pestisida padat tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas mentimun. Faktor produksi yang dapat meningkatkan variasi hasil produksi dan berpengaruh nyata adalah pupuk daun dan buah. Oleh karena itu, faktor produksi yang dapat menimbulkan risiko produksi adalah pupuk daun dan buah. Input atau faktor produksi yang mengurangi risiko produksi adalah benih, pupuk kandang, kapur, pupuk kimia, pestisida padat, pestisida cair, dan tenaga kerja

Berdasarkan analisis pendapatan usahatani mentimun, saat musim hujan pendapatan yang diterima petani responden lebih besar dari pada saat musim kemarau. Pendapatan atas biaya tunai saat musim hujan sebesar Rp 7.526.981,- per hektar sedangkan pendapatan saat musim kemarau sebesar Rp. 5.140.650,- per hektar dan pendapatan atas biaya total saat musim hujan sebesar Rp. 7.126.676,- per hektar dan saat musim kemarau sebesar Rp. 4.719.038,-. Oleh karena itu, saat musim kemarau penggunaan input produksi atau faktor produksi lebih banyak dibandingkan musim hujan. Dengan demikian, pendapatan yang diperoleh petani saat musim kemarau lebih kecil dibandingkan saat musim hujan.

Hal ini dikarenakan pada saat musim kemarau hama dan penyakit yang menyerang tanaman mentimun lebih banyak dibandingkaan saat musim hujan. Hal tersebut yang menyebabkan biaya yang dikeluarkan saat musim kemarau lebih besar dibandingkan biaya yang dikeluarkaan saat musim hujan. Hal tersebut dikarenakan biaya yang dikeluarkan untuk pestisida lebih besar saat musim kemarau. Selain itu hasil atau jumlah produksi saat musim kemarau lebih rendah dibandingkan saat musim hujan, hal tersebut berpengaruh terhadap penerimaan yang didapat petani.

Berdasarkan hasil, faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi mentimun, maka petani responden dapat mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan atau mengurangi risiko produksi. Oleh karena itu, diharapkan para petani responden dalam penggunaan input lebih baik seperti dalam penggunaan pupuk daun dan buah petani disarankan menggunakan Standard Operasional Prosedur. Pemilihan benih mentimun yang berkualitas, pupuk kandang, pupuk kimia, tenaga kerja, dan pestisida dalam penggunaannya tetap memperhatikan dosis yang diperlukan tanaman mentimun, dan petani diharapkan lebih cermat dalam penggunaan input saat musim kemarau dan saat musim hujan, sehingga penggunaan input produksi sesuai dengan kebutuhan.

4

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

RISIKO PRODUKSI MENTIMUN (Cucumis sativus L.)