• Tidak ada hasil yang ditemukan

USAHATANI MENTIMUN

6.1 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Mentimun Pemilihan input atau faktor-faktor produksi dalam usahatani mentimun

6.1.2 Analisis Faktor-Faktor pada Risiko Produks

Hasil pendugaan dengan delapan variabel yaitu benih, pupuk kandang, kapur, pupuk kimia, pupuk daun dan buah, pestisida padat, pestisida cair serta Tenaga kerja. Delapan variabel tersebut merupakan variabel yang di duga dapat mempengaruhi variasi produksi tanaman mentimun. Adapun hasil pendugaan dengan delapan variabel tersebut dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Hasil Pendugaan Persamaan Fungsi Variance Produksi Mentimun di Desa Citapen 2011

Variance Equation

Variabel Koefisien Std. Error z-Statistic Peluang

Konstanta 0,160054 0,605174 0,264475 0,7914 (ε2 t-1) 0,117792 0,135307 0,870559 0,3840 (σ2 t-1) 0,558155 0,362231 1,540879 0,1233 Benih (X1) -0,002574 0,106755 -0,024114 0,9808 Pupuk Kandang (X2) -0,002337 0,045733 -0,051095 0,9592 Kapur (X3) -0,002453 0,046596 -0,052652 0,9580 Pupuk Kimia (X4) -0,002672 0,067652 -0,039499 0,9685 Pupuk D & B (X5) 0,026551 0,020896 1,270633 0,2039 Pestisida Padat (X6) -0,019230 0,053487 -0,359537 0,7192 Pestisida Cair (X7) -0,020231 0,045891 -0,440842 0,6593 Tenaga Kerja (X8) -0,002689 0,065226 -0,041232 0,9671 a. Benih (X1)

Berdasarkan tanda parameter variabel benih memiliki tanda negatif yang berarti semakin banyak benih yang digunakan dalam proses produksi maka variasi hasil produksi mentimun akan semakin turun. Sedangkan, untuk hasil pendugaan persamaan fungsi variance produksi mentimun sebesar 0,9808. Oleh karena itu, benih menjadi faktor pengurang risiko produksi. Berdasarkan hasil pendugaan parameter variabel benih, memiliki peluang sebesar 0,9808. Jika taraf nyata

75 sebesar 20 persen, hal ini menunjukan bahwa penggunaan benih tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat variasi hasil produksi mentimun. Oleh karena itu, variabel benih tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat variasi hasil produksi mentimun. Jika penggunaan benih ditambah dengan aturan diberi jarak antara benih satu dengan benih lainnya dalam satu lubang tanam maka hasil produksi yang dihasilkan tetap atau dapat meningkat. Dengan demikian benih sebagai pengurang risiko produksi

b. Pupuk Kandang (X2)

Berdasarkan tanda parameter variabel pupuk kandang memiliki tanda negatif yang berarti semakin banyak pupuk kandang yang digunakan dalam proses produksi maka variasi hasil produksi mentimun akan semakin turun. Oleh karena itu, pupuk kandang menjadi faktor pengurang risiko produksi. Berdasarkan hasil pendugaan parameter variabel pupuk kandang, memiliki peluang sebesar 0,9592. Jika taraf nyata sebesar 20 persen, hal ini menunjukan bahwa penggunaan pupuk kandang tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat variasi hasil produksi mentimun. Oleh karena itu, variabel pupuk kandang tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat variasi hasil produksi mentimun. Hal tersebut dapat dilihat jika tanah yang sebelumnya telah ditanamani sayuran lainnya maka kesuburan tanah akan berkurang. Sehingga, penggunaan pupuk kandang dalam pemupukan dasar berfungsi untuk membuat tanah yang akan ditanami mentimun menjadi subur kembali, dengan kata lain pupuk kandang dapat sebagai pengurang risiko produksi.

c. Kapur (X3)

Berdasarkan tanda parameter variabel kapur memiliki tanda negatif yang berarti semakin banyak kapur yang digunakan dalam proses produksi maka variasi hasil produksi mentimun akan semakin turun. Oleh karena itu, kapur menjadi faktor pengurang risiko produksi. Berdasarkan hasil pendugaan parameter variabel kapur , memiliki peluang sebesar 0,9580. Jika taraf nyata sebesar 20 persen, hal ini menunjukan bahwa penggunaan kapur tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat variasi hasil produksi mentimun. Oleh karena itu, variabel kapur

76 tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat variasi hasil produksi mentimun. Sama halnya dengan pupuk kandang bahwa tanah yang sebelumnya telah ditanamani sayuran lainnya maka pH tanah akan berkurang. Sehingga penggunaan kapur dalam pengolahan lahan memiliki fungsi untuk membuat pH tanah kembali normal sehingga tanah tersebut siap untuk ditanami kembali. Dengan kata lain kapur dapat sebagai pengurang risiko produksi.

d. Pupuk Kimia (X4)

Berdasarkan tanda parameter variabel pupuk kimia memiliki tanda negatif yang berarti semakin banyak pupuk kimia yang digunakan dalam proses produksi maka variasi hasil produksi mentimun akan semakin turun. Oleh karena itu, pupuk kimia menjadi faktor pengurang risiko produksi. Berdasarkan hasil pendugaan parameter variabel pupuk kimia, memiliki peluang sebesar 0,9685. Jika taraf nyata sebesar 20 persen, hal ini menunjukan bahwa penggunaan pupuk kimia tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat variasi hasil produksi mentimun. Oleh karena itu, variabel pupuk kimia tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat variasi hasil produksi mentimun. Hal tersebut dapat dilihat bahwa tanaman mentimun memerlukan pupuk untuk tumbuh cepat. Pupuk kimia dibutuhkan tanaman mentimun untuk tumbuh khususnya pupuk ZA dan pupuk NPK. Karena kedua pupuk tersebut sudah mewakili pupuk kimia lainnya dan paling sering digunakan dalam pemupukan susulan dan pengecoran. Penggunaan pupuk kimia dalam penanaman mentimun memiliki fungsi untuk mempercepat tumbuh tanaman mentimun. Dengan kata lain pupuk kimia dapat sebagai pengurang risiko.

e. Pupuk Daun dana Buah (X5)

Berdasarkan tanda parameter variabel pupuk daun dan buah memiliki tanda positif yang berarti semakin banyak pupuk daun dan buah yang digunakan dalam proses produksi maka variasi hasil produksi mentimun akan semakin meningkat. Oleh karena itu, pupuk daun dan buah menjadi faktor yang dapat menimbulkan risiko. Berdasarkan hasil pendugaan parameter variabel pupuk daun dan buah, memiliki peluang sebesar 0,2039. Jika taraf nyata sebesar 20 persen,

77 hal ini menunjukan bahwa penggunaan pupuk daun dan buah tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat variasi hasil produksi mentimun. Oleh karena itu, variabel pupuk daun dan buah tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat variasi hasil produksi mentimun. Untuk mempercepat tumbuhnya tanaman mentimun diperlukannya pupuk daun dan buah selain pupuk kimia. Tetapi didaerah penelitian pemberian pupuk daun dan buah untuk tanaman mentimun yang berlebihan membuat hasil produksi berkurang sehinga petani mengalami kerugian. Dengan kata lain pupuk daun dan buah dapat menimbulkan risiko produksi.

f. Pestisida Padat (X6)

Berdasarkan tanda parameter variabel pestisida padat memiliki tanda negatif yang berarti semakin banyak pestisida padat yang digunakan dalam proses produksi maka variasi hasil produksi mentimun akan semakin turun. Oleh karena itu, pestisida padat menjadi faktor pengurang risiko produksi. Berdasarkan hasil pendugaan parameter variabel pestisida padat, memiliki peluang sebesar 0,7192. Jika taraf nyata sebesar 20 persen, hal ini menunjukan bahwa penggunaan pestisida padat tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat variasi hasil produksi mentimun. Oleh karena itu, variabel pestisida padat tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat variasi hasil produksi mentimun. Hal tersebut dapat dilihat dari serangan hama dan penyakit yang menyerang tanaman mentimun atau untuk melakukan pencegahan diperlukannya pestisida.

Salah satu pestisida yang diperlukan yaitu pestisida padat diantaranya antrakol yng berfungsi sebagai fungisida serta sevin, khardan, dan lanet berfungsi sebagai insektisida. Dengan demikian pemberian pestisida padat tersebut dengan dasar melakukan pencegahan atau ingin membasmi hama yang menyerang tanaman mentimun. dengan kata lain pestisida padat dapat mengurangi risiko.

g. Pestisida Cair (X7)

Berdasarkan tanda parameter variabel pestisida cair memiliki tanda negatif yang berarti semakin banyak pestisida cair yang digunakan dalam proses produksi maka variasi hasil produksi mentimun akan semakin turun. Oleh karena itu,

78 pestisida cair menjadi faktor pengurang risiko produksi. Berdasarkan hasil pendugaan parameter variabel pestisida cair, memiliki peluang sebesar 0,6593. Jika taraf nyata sebesar 20 persen, hal ini menunjukan bahwa penggunaan pestisida cair tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat variasi hasil produksi mentimun. Oleh karena itu, variabel pestisida cair tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat variasi hasil produksi mentimun. Sama halnya dengan pestisida padat bahwa tanaman yang terserang hama dan penyakit perlu dilakukan pemberantasan hama dengan berbagai macam pestisida padat ataupun pestisida cair. Sehingga meningkatnya penggunaan pestisida cair dalam pengendalian hama dan penyakit memiliki fungsi memberantas hama dan mencegah hama kembali ke tanaman mentimun. Dengan kata lain pestisida cair dapat sebagai pengurang risiko produksi.

h. Tenaga Kerja (X8)

Berdasarkan tanda parameter variabel tenaga kerja memiliki tanda negatif yang berarti semakin banyak tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi maka variasi hasil produksi mentimun akan semakin turun. Oleh karena itu, tenaga kerja menjadi faktor pengurang risiko produksi. Berdasarkan hasil pendugaan parameter variabel tenaga kerja, memiliki peluang sebesar 0,9671. Jika taraf nyata sebesar di atas 20 persen, hal ini menunjukan bahwa penggunaan tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat variasi hasil produksi mentimun. Oleh karena itu, variabel tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat variasi hasil produksi mentimun. Berdasarkan ditempat penelitian, dalam kegiatan ushatani mentimun diperlukannya tenaga kerja yang banyak untuk memaksimalkan kegiatan usahatani. seperti dalam kegiatan panen, penyulaman, dan penyiangan mentimun yang memerlukan tenaga kerja yang tidak sedikit. Jika terjadi kekurangan tenaga kerja maka kegiatan usahatani tersebut tidak dapat dimaksimalkan. Dengan kata lain tenaga kerja merupakan pengurang risiko produksi

79 6.2 Analisis Pendapatan Usahatani

Gambaran mengenai pendapatan petani dari kegiatan usahatani dapat diketahui dengan menganalisis pendapatan usahatani. Analisis pendapatan usahatani meliputi analisis pendapatan atas biaya tunai dan analisis pendapatan atas biaya total. Pada komponen biaya, biaya yang dikeluarkan oleh petani terdiri dari biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai terdiri dari biaya benih, pupuk, pestisida, sewa lahan, pajak lahan, biaya tenaga kerja luar keluarga dan biaya lain-lain. Sedangkan yang termasuk biaya yang diperhitungkan adalah biaya penyusutan peralatan, biaya sewa lahan pengelola dan bagi hasil, dan biaya tenaga kerja dalam keluarga.