• Tidak ada hasil yang ditemukan

USAHATANI MENTIMUN

6.1 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Mentimun Pemilihan input atau faktor-faktor produksi dalam usahatani mentimun

6.2.2 Penggunaan Peralatan Usahatan

Sarana penunjang yang diperlukan oleh petani dalam usahatani yaitu peralatan. Bila tidak memiliki peralatan tersebut makan usahatani yang sedang dijalankan tidak dapat berjalan dengan baik. Peralatan yang biasanya para petani responden gunakan dalam berusahatani yaitu hand sprayer, cangkul, garpu, drum plastik, dan sabit atau arit. Peralatan-peralatan yang digunakan oleh petani dapat diperoleh dari toko-toko pertanian di sekitar Desa Citapen. Peralatan tersebut berpengaruh terhapat pengeluaran biaya tetap petani yaitu pada biaya penyusutan peralatan. Biaya penyusutan dilakukan untuk mengetahui nilai investasi alat-alat pertanian yang mengalami penyusutan penggunaan setiap tahunnya.

Biaya penyusutan peralatan masuk kedalam biaya yang diperhitungkan dimana perhitungan penyusutan menggunakan metode garis lurus, yaitu nilai beli dikurangi nilai sisa lalu dibagi dengan nilai ekonomis. Peralatan yang digunakan oleh petani responden diasumsikan tidak memiliki nilai sisa atau dianggap nol yang berarti peralatan tersebut sudah tidak dapat digunakan lagi. Besarnya biaya penyusutan peralatan pada usahatani mentimun per hektar per musim tanam sebesar Rp. 33.736,15, dimana satu periode musim tanam adalah tiga bulan musim tanam. Biaya penyusutan peralatan dapat dilihat lebih rinci pada Tabel 16.

Pada Tabel 16 dapat dilihat bahwa penyusutan terbesar ada di peralatan sprayer dengan biaya penyusutan Rp. 12.753,87 per musim tanam dimana sprayer digunakan untuk penyemprotan pestisida, sedangkan penyusutan terkecil ada pada peralatan drum plastik dengan biaya penyusutan sebesar Rp 4.129,10 dalam usahatani mentimun drum plastik hanya digunakan sebagai alat pencampur

84 berbagai macam pupuk untuk pengecoran. Cangkul dan garpu digunakan dalam pengolahan lahan untuk menggemburkan tanah, dalam kegiatan usahatani arit digunakan dalam kegiatan penyiangan.

Tabel 16. Rata-Rata Biaya Penyusutan Peralatan pada Usahatani Mentimun Per Periode Musim Tanam di Desa Citapen Tahun 2010

No Jenis Peralatan Jumlah (Unit) Harga (Rp/unit) Total Biaya (Rp) Umur Ekonomis Biaya Penyusutan (Rp/tahun) Biaya Penyusutan (Rp/musim tanam) 1 Sprayer 1 222.857 241.959 5 51.015,49 12.753,87 2 Cangkul 2 54.571 88.873 3 26.586,08 6.646,52 3 Garpu 2 50.143 77.363 4 19.068,41 4.767,10 4 Drum Plastik 1 57.571 57.571 3 16.516,39 4.129,10 5 Arit 2 28.286 56.571 3 21.758,24 5.439,56 Jumlah 143.313,19 33.736,15

6.2.3 Analisis Pendapatan Usahatani Mentimun

Usahatani dapat dikatakan menguntungkan apabila jumlah penerimaan lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah yang dikeluarkan atau pengeluaran dan mendapatkan hasil yang positif. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan pengeluaran. Oleh karena itu perlu diketahui berapa besarnya pendapatan yang diterima petani sehingga dapat diketahui usahatani yang dilakukan telah berhasil atau tidak berhasil. Dalam kegiatan usahatani mentimun penerimaan dibagi menjadi dua bagian yaitu penerimaan tunai dan penerimaan yang diperhitungkan. Penerimaan tunai merupakan hasil produksi mentimun yang seluruhnya dijual ke pasar, dan penerimaan yang diperhitungkan yaitu sebagian hasil produksi yang di tidak dijual ke pasar atau digunakan oleh petani itu sendiri. Sama halnya dengan penerimaan, biaya yang dikeluarkan dalam ushatani mentimun ini dibagi menjadi dua yaitu biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan.

Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan secara tunai dimana perhitungan dalam usahatani mentimunnya meliputi biaya benih, pupuk, kapur, pestisida, pajak lahan, sewa lahan, tenaga kerja dari luar keluarga serta biaya lainnya yang dikeluarkan secara tunai. Biaya yang diperhitungkan meliputi tenaga kerja dalam keluarga, biaya penyusutan peralatan, biaya sewa yang

85 diperhitungkan seperti penggelola lahan atau bagi hasil. Dalam perhitungan usahatani biaya yang dikeluarkan telah dikonversi per hektar.

Mentimun dapat dipanen setelah 33-35 hari setalah tanam, panen mentimun dapat dilakukan 8-15 kali panen. Saat musim hujan mentimun dapat dipanen dua hari sekali, sedangkan saat musim kemarau mentimun dapat dipanen tiga hari sekali. Saat musim hujan mentimun yang dihasilkan oleh petani responden adalah 13.788,6 kilogram per hektar dimana penerimaan yang didapat sebesar Rp 21.785.943,-, sedangkan saat musim kemarau produksi mentimun yang dihasilkan oleh petani responden adalah 12.440 kilogram per hektar dengan penerimaan yang didapat sebesar Rp. 19.655.200,-. Oleh karena itu dapat dilihat bahwa produksi saat musim hujan lebih baik dibandingkan saat produksi musim kemarau. Produksi mentimun saat musim kemarau lebih rendah dikarenakan para petani responden di kelompok tani pondok menteng dalam usahatani mentimunnya untuk pengairannya hanya mengandalkan hujan karena sumber air di Desa Citapen susah untuk didapat, selain itu saat musim kemarau hama lebih banyak menyerang sedangkan penggunaan pestisida dengan dosis yang sama saat musim hujan membuat hama lebih susah diberantas sehingga mengakibatkan penurunan produktivitas mentimun.

Biaya yang dikeluarkan oleh petani ada dua biaya yaitu biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai merupakan biaya yang dikeluarkan petani responden dalam melakukan kegiatan usahatani per musim tanam. Sedangkan biaya yang diperhitungkan adalah biaya dengan nilai tidak tunai yang dikeluarkan oleh petani responden. Rata-rata biaya tunai per musim tanam yang dikeluarkan petani responden saat musim hujan sebesar 14.041.102,- per hektar. Sedangkan untuk rata-rata biaya tunai yang dikeluarkan petani saat musim kemarau sebesar Rp. 14.317.998,- per hektar. Perbedaan biaya tunai saat musim hujan dan saat musim kemarau dapat dilihat dari penggunaan inputnya, dimana saat musim kemarau penggunaan pestisida khususnya insektisida lebih banyak. Adapun biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani responden meliputi benih mentimun, pupuk kandang, pupuk kimia, pupuk daun, tenaga kerja luar keluarga, pestisida padat, pestisida cair, sewa lahan, pajak lahan.

86 Rata-rata biaya diperhitungkan yang dikeluarkan petani dalam usahatani mentimun per musim tanam adalah sebesar Rp. 618.165,-. Biaya yang diperhitungkan dalam kegiatan usahatani mentimun meliputi tenaga kerja dalam keluarga, biaya penyusutan peralatan, dan sewa lahan. Sewa lahan yang dimasukan kedalam biaya yang diperhitungkan berbeda dengan biaya sewa lahan yang berada di biaya tunai. Sewa lahan yang dimasukan kedalam biaya diperhitungkan merupakan lahan yang dimiliki orang lain tetapi dikelola oleh petani sehingga untuk lahan dianggap termasuk biaya yang diperhitungkan dengan nilai sewa Rp. 6.000.000,- per hektar per tahun, selain lahan yang status lahannya adalah pengelola, status lahan bagi hasil juga dimasukan kedalam biaya yang diperhitungkan, biaya sewa lahan tersebut adalah Rp. 2.400.000,- per hektar pertahun biaya tersebut didapat dari 40 persen dari biaya sewa lahan yang ada di Desa Citapen. Sehingga rata-rata biaya sewa lahan yang diperhitungkan per periode musim tanam sebesar Rp. 105.000,-. Sedangkan rata-rata biaya penyusutan peralatan yang dikeluarkan petani dalam ushatani mentimun per musim tanam sebesar Rp. 33.736,15,-. Penjumlahan biaya tunai dengan biaya yang diperhitungkan merupakan biaya total. Rincian biaya pada usahatani mentimun dapat dilihat pada Lampiran 8.

Pendapatan usahatani pada penelitian ini dibedakan menjadi dua bagian, yaitu pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari pengurangan antara penerimaan tunai dengan biaya tunai usahatani mentimun, sedangkan pendapatan atas biaya total diperoleh dari pengurangan antara penerimaan total dengan biaya total usahatani mentimun. Rata-rata pendapatan atas biaya tunai petani responden saat musim hujan sebesar Rp. 7.526.981,- dan pendapatan atas biaya total sebesar Rp. 7.126.676,- sedangkan saat musim kemarau dengan rata-rata pendapatan atas biaya tunai petani responden sebesar Rp 5.140.650 dan pendapatan atas biaya total saat musim kemarau sebesar Rp. 4.719.038,- Rincian analisis usahatani mentimun di kelompok tani pondok menteng dengan perbandingan antara musim hujan dan musim kemarau dapat dilihat pada Lampiran 8. Berdasarkan Lampiran 8 bahwa saat musim kemarau produksi menurun dibandingkan musim hujan. Oleh karena itu tanaman mentimun baik ditanam saat musim hujan karena saat musim

87 kemarau hama yang menyerang tanaman mentimun lebih banyak serta tidak tersedia sumber air yang langka maka tanaman mentimun juga jarang dilakukan penyiraman.

87

VI.

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi mentimun di Desa Citapen adalah :

1. Risiko produksi mentimun pada musim tertentu dipengaruhi oleh risiko

produksi musim sebelumnya. Dilihat dari parameter pada variance error

musim sebelumnya menunjukan tanda yang positif, hal tersebut menjelaskan bahwa semakin tinggi risiko produksi mentimun pada musim sebelumnya, maka semakin tinggi risiko produksi pada musim berikutnya. Risiko produksi dipengaruhi oleh penggunaan input produksi, dimana pupuk daun dan buah dapat meningkatkan risiko produksi, sedangkan benih, pupuk kandang, pupuk kimia, tenaga kerja, dan pestisida mengurangi risiko produksi.

2. Risiko produksi dipengaruhi oleh penggunaan input, dimana besar kecilnya

penggunaan input juga berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima petani. Pada usahatani mentimun yang dijalankan petani, menghasilkan pendapatan atas biaya tunai per musim tanam dengn rata-rata per hektar luas lahan petani responden. Pendapatan atas biaya tunai saat musim hujan sebesar Rp 7.526.981,- per hektar sedangkan pendapatan saat musim kemarau sebesar Rp. 5.140.650,- per hektar dan pendapatan atas biaya total saat musim hujan sebesar Rp. 7.126.676,- per hektar dan saat musim kemarau sebesar Rp. 4.719.038,-. Oleh karena itu, saat musim kemarau penggunaan input produksi atau faktor produksi lebih banyak dibandingkan musim hujan. Sehingga pendapatan yang diperoleh petani saat musim kemarau lebih kecil dibandingkan saat musim hujan.

7.2 Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan serta kesimpulan, maka dapat disarankan kepada petani yaitu :

1. Dalam penggunaan pupuk daun dan buah petani disarankan menggunakan

88 penyemprotan pestisida, diberikan terlebih dahulu pupuk daun dan buah, lalu dilakukan penyemprotan pestisida. Penyemprotan pestisida dilakukan setelah satu hari pemberian pupuk daun dan buah. Sedangkan untuk benih, pupuk kandang, pupuk kimia, tenaga kerja, dan pestisida dalam penggunaannya tetap memperhatikan dosis yang diperlukan tanaman mentimun, karena dengan dosis atau pemberian yang berlebihan akan berpengaruh terhadap produksi yang dihasilkan.

2. Petani diharapkan bersikap tegas dalam mengarahkan dan membimbing

tenaga kerja atau buruh tani yang ada. Selain ikut terjun langsung dalam bertani, petani juga melakukan pengawasan dan menunjukkan contoh dalam melakukan pekerjaan. Selain itu, petani diharapkan lebih cermat dalam penggunaan input saat musim kemarau dan saat musim hujan sehingga penggunaan input produksi sesuai dengan waktu dan kebutuhan.

i

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI