• Tidak ada hasil yang ditemukan

KABUPATEN BOGOR

USAHATANI MENTIMUN 65 6.1 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produks

1.1 Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki kontribusi bagi perekonomian di Indonesia selain sektor peternakan, perikanan, kehutanan dan perkebunan. Kontribusi yang dapat diberikan bagi perekonomian di Indonesia dapat secara langsung maupun tidak langsung seperti dalam penyerapan tenaga kerja, sumber pendapatan bagi masyarakat, ketersedian bahan baku, hingga dapat menghasilkan devisa negara.

Hortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan penting dalam memberikan kontribusi bagi perekonomian di Indonesia. Hortikultura di Indonesia memiliki beragam komoditas diantaranya yaitu tanaman buah-buahan, tanaman sayuran, tanaman biofarmaka, dan tanaman hias. Berdasarkan nilai Produk Domestik Bruto (PDB), komoditas hortikultura memberikan kontribusi bagi perekonomian di Indonesia, hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1

Tabel 1. Nilai Produk Domestik Bruto Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku

pada Tahun 2006-2009 di Indonesia

Komoditas Nilai PDB (dalam milyar rupiah)

2006 % 2007 % 2008 % 2009 % Buah-buahan 35.448 51,65 42.362 55,16 42.660 53,13 30.595 34,60 Sayuran 24.694 35,98 25.587 33,32 27.423 34,15 48.437 54,78 Tanaman hias 4.734 6,89 4.741 6,17 6.091 7,59 5.496 6,21 Biofarmaka 3.762 5,48 4.105 5,35 4.118 5,13 3.897 4,41 Total 68.638 100 76.795 100 80.292 100 88.425 100

Sumber : Direktorat Jendral Hortikultura, 2010

Berdasarkan Tabel 1 perkembangan PDB komoditas hortikultura dari tahun 2006 hingga 2009 menunjukkan pertumbuhan yang positif. Pada komoditas sayuran menunjukkan setiap tahunnya mengalami peningkatan dimana pada tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar 35,98 persen dari tahun 2006, pada tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar 33,32 persen dari tahun 2007 sedangkan

2 pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 34,15 persen dari tahun 2008. Komoditas buah-buahan, tanaman hias, dan biofarmaka pada tahun 2006 hingga 2008 mengalami peningkatan, tetapi pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 53,13 persen, 7,59 persen, dan 5,13 persen dari tahun 2008. Oleh karena itu dari empat komoditas hortikultura, komoditas sayuran mengalami peningkatan setiap tahunnya dibanding komoditas hortikultura lainnya. Hal ini menandakan komoditas sayuran memiliki peluang usaha yang cukup baik untuk dikembangkan.

Ekspor komoditas sayuran selama tahun 2007 diperkirakan sebanyak 261.649,9 ton dengan nilai US$ 141,57 juta, sedangkan impor untuk komoditas sayuran diperkirakan mencapai 594.995,7 ton dengan nilai US$ 285,07 juta1. Selama tahun 2007 tersebut impor sayur lebih tinggi dibanding ekspor sayuran. Hal tersebut menandakan bahwa produksi dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan nasional. Oleh karena itu Indonesia memiliki peluang usaha bagi para petani dan perusahaan yang bergerak dibidang pertanian untuk meningkatkan produksi sayuran nasional, dimana kekurangan produksi sayuran dalam negeri tidak diimbangi dengan peningkatan kebutuhan produksi sayuran nasional.

Sayur-sayuran merupakan sumber utama vitamin dan mineral dalam pangan kita. Masyarakat saat ini sadar akan pola hidup yang baik dapat membuat tubuh menjadi lebih sehat. Oleh karena itu, minat masyarakat terhadap sayuran terus meningkat. Trend masyarakat saat ini yaitu pola hidup sehat berpengaruh terhadap perkembangan produksi sayuran, dimana masyarakat mulai banyak mengkonsumsi sayuran. Adapun perkembangan produksi sayuran di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.

Berdasarkan Tabel 2 perkembangan produksi sayuran mengalami penurunan dan pertumbuhan produksi selama periode 2006-2009. Terdapat dua komoditas yang mengalami penurunan produksi pada tahun 2008-2009 yaitu wortel dan petsai, tetapi komoditas sayuran lainnya mengalami perkembangan yang positif. Mentimun merupakan salah satu komoditas sayuran yang mengalami perkembangan.

1

3 Tabel 2. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Pada Tahun 2006-2009

(Ton) No. Jenis Sayuran Tahun Perkembangan Rata-Rata

(%) 2006 2007 2008 2009 1. Bawang Merah 794.931 802.810 853.615 965.164 6,79 2. Bawang Putih 21.051 17.313 12.339 15.419 -7.18 3. Bawang Daun 571.268 497.927 547.743 549.365 -2.54 4. Kentang 1.011.911 1.003.733 1.071.543 1.176.304 5,24 5. Kubis 1.267.745 1.288.740 1.323.702 1.358.113 2,32 6. Petsai 590.401 564.912 565.636 562.838 -1,56 7. Wortel 391.371 350.171 367.111 358.014 -2,72 8. Kacang Panjang 461.239 488.500 455.524 483.793 1,79 9. Cabai 1.185.057 1.128.792 1.153.060 1.378.727 5,66 10. Tomat 629.744 635.474 725.973 853.061 10,89 11. Ketimun* 598.890 581.206 540.122 583.139 -0.69 12. Terung 358.095 390.846 427.166 451.564 8,05 13. Buncis 269.532 266.790 266.551 290.993 2,69 14. Kangkung 292.950 335.087 323.757 360.992 7,5 15. Bayam 149.435 155.862 163.817 173.750 5,15 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010

Keterangan : *nama lain mentimun

Mentimun mengalami perkembangan pada tahun 2009 sebesar 7,96 persen dari tahun 2008. Selain itu luas panen mentimun (Lampiran 1) pada tahun 2006 hingga 2009 termasuk 10 terbesar luas panen sayuran di Indonesia. Akan tetapi pada Tabel 2 menunjukan rata-rata perkembangan produksi mentimun mengalami penurunan sebesar 0,69 persen. Walaupun rata-rata perkembangan produksi mentimun di Indonesia masih sangat rendah, mentimun memiliki potensi yang dapat terus ditingkatkan. Hal tersebut dapat dilihat dari kegunaan atau manfaat yang dimiliki mentimun.

Mentimun adalah tanaman semusim yang bersifat menjalar. Selain itu, mentimun merupakan tumbuhan yang menghasilkan buah yang dapat dimakan baik dalam kondisi segar ataupun diolah lebih lanjut, selain untuk bahan makanan, mentimun juga banyak digunakan sebagai bahan baku pada pada industri

4

kecantikan2. Manfaat mentimun yang beragam merupakan salah satu faktor yang

mendorong tingginya peluang budidaya mentimun. Hal tersebut seiring dengan berkembangnya industri kosmetik, ilmu kesehatan dan makanan dengan berbahan mentimun3.

Produksi mentimun terpusat di Asia, tempat dihasilkannya hampir 73 persen produksi dunia. Cina menyumbang hampir 42 persen, selanjutnya adalah Eropa sekitar 17 persen, dan negara seperti Jepang, Spanyol serta Korea yang memproduksi mentimun dalam jumlah besar didalam rumah kaca dan bangunan pelindung lain (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999). Di Indonesia, tanaman mentimun umumnya diusahakan di dataran rendah dengan berbagai nama, seperti timun (Jawa), bonteng (Jawa Barat), temon atau antemon (Madura), ktimun atau antimun (Bali), hantimun (Lampung), dan timon (Aceh) (Direktorat Jendral Hortikultura, 2006). Menurut Direktorat Jendral Hortikultura (2006) budidaya mentimun di Indonesia pada tahun 2005 memiliki luas panen mentimun secara nasional mencapai 50.352 ha dengan produksi 447.716 ton.

Mentimun merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mengalami peningkatan beberapa tahun terakhir di Indonesia, hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. Pada Gambar 1 terdapat fluktuasi produktivitas pada tahun 2006 hingga 2009. Pada tahun 2007 mengalami peningkatan produktivitas sebesar 10,26 ton/ha dari tahun 2006 yaitu sebesar 10,21 ton/ha. Pada tahun 2008 mengalami penurunan produktivitas sebesar 9,68 ton/ha. Sedangkan, pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 10,39 ton/ha. Fluktuasi produktivitas yang terjadi pada tanaman mentimun di Indonesia dapat mengindikasikan adanya suatu risiko produksi yang terjadi pada usahatani mentimun. Salah satu risiko yang sering muncul dalam kegiatan usahatani mentimun yaitu risiko produksi.

Terjadinya fluktuasi produktivitas dikarenakan adanya beberapa faktor, yaitu kondisi cuaca dan iklim yang sulit untuk diprediksi, serangan hama dan penyakit, serta kesalahan manusia atau yang biasa disebut human error. Faktor alam merupakan suatu ketidakpastian yang menjadi salah satu penyebab terjadiya suatu risiko. Faktor alam merupakan salah satu penyebab terjadinya risiko

2

Peluang Usaha Budidaya Mentimun. www.binaukm.com [10 April 2011]

3

5 produksi, karena faktor alam tidak dapat diprediksi, dan tidak mudah untuk dikendalikan. Selain faktor alam, faktor-faktor yang mempengaruhi suatu risiko kegiatan produksi dapat berasal dari input produksi. Input dalam kegiatan produksi berkaitan erat dengan output yang dihasilkan dalam produksi

Gambar 1. Produktivitas Tanaman Mentimun di Indonesia Tahun 2006-2009 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010 (diolah)

Faktor-faktor produksi perlu diperhatikan seberapa besar pengaruh faktor produksi terhadap produk yang dihasilkan agar efisiensi dalam penggunaan input produksi. Selain itu adanya fluktuasi produktivitas dapat mempengaruhi pendapatan yang diterima petani.

Berdasarkan uraian di atas, maka penting untuk dikaji tentang semua faktor-faktor produksi yang ada pada budidaya mentimun, guna untuk mengetahui pengaruh yang terjadi dalam usahatani mentimun. Selain itu risiko produksi yang terjadi juga dapat mempengaruhi pendapatan usahatani yang diterima oleh petani. Oleh karena itu, petani mentimun dapat meminimalkan risiko produksi yang terjadi dalam melakukan usahatani mentimun.

Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang baik untuk melakukan kegiatan usahatani sayuran. Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Kabupaten Bogor, terdapat 18 komoditas sayuran yang dihasilkan oleh petani di Kabupaten Bogor, salah satunya adalah mentimun. Produksi

9,2 9,4 9,6 9,8 10 10,2 10,4 10,6 2006 2007 2008 2009 To n /H a Produktivitas

6 mentimun di kabupaten bogor mengalami perkembangan naik dan turun pada tahun 2007 hingga tahun 2008. Selain itu dapat dilihat dari luas panen tanaman mentimun juga mengalami peningkatan dan penurunan. Hal tersebut dapat dilihat pada Lampiran 3. (Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2010).

Kecamatan Ciawi merupakan salah satu kecamatan yang berada di kabupaten Bogor yang baik untuk ditanami mentimun. Kecamatan Ciawi terdiri dari 13 desa. Desa Citapen merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan Ciawi. Desa Citapen memiliki potensi untuk terus dikembangkan di bidang pertanian khususnya sayuran. Desa Citapen memiliki petani hortikultura dan tanaman pangan sebanyak 535 petani.