• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KINERJA PERSEROAN

Dalam dokumen Melangkah Lebih Cepat Menangkan Persaingan (Halaman 57-59)

Perlambatan ekonomi dan berbagai tantangan pada tahun 2016 sebagaimana uraian di atas dapat diantisipasi dengan baik oleh Perseroan. Melalui eksekusi strategi bisnis yang tepat, Perseroan berhasil mencatatkan kinerja yang gemilang, pada saat kondisi perekonomian nasional yang belum sepenuhnya pulih. Secara umum, Perseroan berhasil meningkatkan kinerja keuangan secara signifikan. Sampai dengan akhir tahun 2016, laba BNI tumbuh mencapai 25,1% menjadi Rp11,3 triliun. Hal ini terutama dipicu oleh pertumbuhan pendapatan operasional yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan beban operasionalnya. Walaupun terjadi perlambatan pertumbuhan di beberapa sektor usaha, BNI tetap berhasil mempertahankan pertumbuhan asetnya sehingga meningkat sebesar Rp94,4 triliun dibandingkan dengan peningkatan tahun 2015 yang hanya meningkat sebesar Rp92,0 triliun. Pinjaman yang diberikan sebagai bisnis utama bank berkontribusi 65,2% dari total aset di tahun 2016 yang tercatat mengalami peningkatan sebesar 20,6%. Di tahun 2016, simpanan nasabah BNI naik sebesar Rp65,1 triliun atau 17,6% dibandingkan dengan tahun 2015. Kenaikan tersebut lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan di tahun 2015 yang tercatat hanya Rp56,5 triliun. Di samping itu, kinerja BNI juga telah diapresiasi oleh pihak eksternal, pada tahun 2016 BNI kembali meraih penghargaan sebagai The Best State Owned Enterprise dan Top 50 Public Listed Companies dalam acara Good Corporate Governance Award yang diselenggarakan oleh Indonesia Institute For Corporate Directorship (IICD).

Hal lain yang juga sangat membanggakan bagi Perseroan di tahun 2016 adalah perbaikan kualitas kredit yang signifikan. Perbaikan ini tentunya datang dari berbagai inisiatif di bidang perkreditan, salah satunya dengan menetapkan kebijakan

mempekuat ekspansi bisnis di selected corporate market dan segmen menengah pada sektor terpilih untuk menjaga kualitas. Selain menetapkan sektor strategis, optimalisasi supply chain dan cross selling

juga merupakan unsur penting dalam mencapai pertumbuhan kredit yang berkualitas melalui proses assesmen yang mendalam pada parent account. Pada sektor konsumer, pertumbuhan kredit juga difokuskan kepada selected partner, portfolio action serta segmen

BNI telah melakukan penyempurnaan dalam proses kredit Business Banking baik pada segmen korporasi, menengah maupun pada segmen usaha kecil. Penyempurnaan yang dilakukan pada segmen korporasi, menengah dan kecil unorganik yaitu dengan penajaman fungsi unit bisnis dengan melakukan perencanaan daftar prospek, pemasaran, melakukanan analisa kelayakan kredit secara menyeluruh (termasuk analisa first way out dan

second way out) dan pemantauan debitur serta penajaman fungsi unit risiko yaitu memberikan rekomendasi kepada unit bisnis dengan melakukan analisis risiko kredit dan mitigasi/risk control

yang berfokus pada risiko yang kemungkinan dan dampaknya tinggi.

Sedangkan penyempurnaan yang dilakukan pada Segmen Usaha Kecil adalah dengan melakukan perencanaan daftar prospek, pemasaran, melakukan analisa kelayakan kredit secara menyeluruh (termasuk analisa first way out dan second way out) dan

pemantauan debitur oleh unit bisnis dan pelaksanaan supervisi dan asesmen risiko kredit secara mendalam oleh atasan langsung.

Dengan melaksanakan berbagai inisiatif strategis di atas, di tahun 2016, segmen korporasi mampu membukukan pertumbuhan kredit sebesar 26,2% dari Rp137,9 triliun pada Desember 2015 menjadi Rp174,1 triliun pada Desember 2016. Peningkatan pertumbuhan kredit tersebut berdampak pada peningkatan kontribusi segmen korporasi BNI menjadi sebesar 44,3% terhadap total portofolio kredit BNI (konsolidasi) dibandingkan dengan tahun 2015 yang mencapai 42,3%. Segmen korporasi terus mengoptimalkan perluasan bisnis dengan melakukan ekspansi fokus pada sektor-sektor prioritas BNI seperti infrastruktur (telekomunikasi, jalan tol dan konstruksi, kelistrikan, minyak dan gas serta transportasi), manufaktur, perdagangan dan perkebunan.

Pada akhir tahun 2016, kredit segmen menengah telah mencapai sebesar Rp61,3 triliun, atau tumbuh 19,9% dibandingkan pencapaian tahun sebelumnya, serta mencakup 15,6% dari total kredit BNI (konsolidasi). Sedangkan untuk pinjaman bagi segmen kecil, di akhir tahun 2016, mencapai sebesar Rp50,7 triliun, tumbuh sebesar 20,5% dari pencapaian tahun 2015 yang mencapai sebesar Rp42,1 triliun. Pencapaian ini menyumbang sebesar 12,9% dari total kredit BNI (konsolidasi).

Dalam kondisi pertumbuhan kredit yang agresif, Perseroan mampu mempertahankan nilai NPL yang rendah. Rasio NPL bruto tercatat sebesar 3,0% di Desember 2016 sedikit meningkat dibandingkan tahun 2015 yang mencapai 2,7%. Dalam rangka mitigasi risiko terkait dengan kondisi NPL tersebut, BNI membentuk coverage ratio yang lebih tinggi dari tahun sebelumnya yaitu 140,4% menjadi 146,0% di tahun 2016. Peningkatan NPL bruto tidak diikuti dengan NPL neto nya yang tercatat membaik dibandingkan dengan tahun 2015 dari 0.9% menjadi 0,4% di tahun 2016. Hal ini mencerminkan bahwa kecukupan cadangan kerugian yang dibentuk oleh BNI sudah dapat mengcover peningkatan NPL yang terjadi di tahun 2016.

Untuk meningkatkan pertumbuhan dana-dana berbiaya murah, BNI menawarkan berbagai produk giro, deposito dan tabungan yang dirancang khusus sesuai kebutuhan operasional nasabah institusi. Di tahun 2016, pertumbuhan dana operasional nasabah perbankan bisnis tetap difokuskan pada dana murah, yang tumbuh semakin cepat dan efektif dengan saldo rata-rata dana murah sebesar Rp90 triliun, meningkat 3,6% dibandingkan saldo rata-rata sebesar Rp86,9 triliun di tahun 2015. Peningkatan kontribusi dana murah ini telah menghasilkan penurunan biaya dan

(cost of fund) sehingga meningkatkan efisiensi dan daya saing BNI.

Total simpanan nasabah business banking mencapai Rp207 triliun pada akhir tahun 2016, yang mencakup sebesar 50,4%dari total dana pihak ketiga BNI. Pencapaian ini meningkat sebesar 20% dibandingkan kinerja tahun sebelumnya sebesar Rp172,5 triliun atau 49,4% dari total dana pihak ketiga tahun 2015.

Beberapa rasio profitabilitas pada tahun 2016 juga menunjukkan perbaikan dibandingkan posisi tahun 2015. Return on Assets (ROA) BNI meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2015 yang tercatat 2.6% menjadi 2,7% di tahun 2016. Peningkatan ini merupakan dampak dari peningkatan kinerja BNI dibandingkan tahun 2015 yang lalu. Hal penting lainnya adalah Perseroan juga mampu mempertahankan tingkat kecukupan modal atau

Capital Adequacy Ratio (CAR) yang kuat sehingga mampu menopang pertumbuhan portofolio kredit yang berkualitas. Rasio kecukupan modal (CAR) pada tahun 2016 relatif stabil bila dibandingkan dengan tahun 2015 yang terjaga di kisaran 19,4%. CAR BNI di tahun 2016 jauh lebih tinggi dari rasio kecukupan minimum yang ditetapkan Bank Indonesia pada Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/12/PBI/2013 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum yakni minimum 9% dari ATMR untuk bank dengan profil risiko peringkat 2.

Terkait dengan perbankan internasional, produk pinjaman seluruh Kantor Cabang Luar Negeri (KCLN) mayoritas mengalami peningkatan. Pada tahun 2016 KCLN secara total KCLN berhasil mencapai angka Rp21,2 Triliun, tumbuh sebesar 8,7% dari tahun sebelumnya dengan pencapaian pada produk pinjaman hanya sebesar Rp19,6 Triliun. Peningkatan ini terjadi karena ekspansi masing-masing KCLN yang sudah semakin meluas. Pertumbuhan pada

Local Loan yang signifikan yaitu sebesar 52,2% dengan pencapaian Rp8,7 Triliun dibandingkan dengan pencapaian tahun 2015 sebesar Rp5,8 Triliun. Hal ini menjadi bukti bahwa KCLN sudah mulai menunjukkan eksistensinya di mata warga lokal di masing-masing Negara.

Dana Pihak Ketiga seluruh KCLN secara mayoritas meningkat pada tahun 2016 dengan pencapaian sebesar Rp3,9 Triliun dengan pertumbuhan sebesar 7,4% dibanding tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp3,7 Triliun. Hal ini antara lain dikarenakan pada tahun ini BNI telah membuka KCLN baru di negara Korea Selatan di mana KCLN ini mempunyai izin penuh (full license) untuk melakukan transaksi termasuk bisnis retail/consumer.

Dapat kami sampaikan bahwa berbagai kesuksesan yang dicapai Perseroan di atas menunjukkan bahwa strategi bisnis yang dilaksanakan manajemen telah berada pada rel yang benar.

Dalam dokumen Melangkah Lebih Cepat Menangkan Persaingan (Halaman 57-59)