• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODE KAJIAN

3.6 Analisis Data

Inventarisasi potensi tanaman JUN dilaksanakan dengan melakukan pengukuran tinggi dan keliling/diameter pohon untuk menghitung volume pohon. Hasil inventarisasi pohon, pengukuran diameter dan tinggi tiap pohon sampel, kemudian dihitung volumenya sesuai rumus standard SNI 01-5007.17-2003 (BSN, 2003) yaitu :

Setelah dihitung volume masing-masing pohon, kemudian dihitung jumlah semua volume pohon sampel dan rata-rata volume tiap pohon. Sesuai hasil rata-rata volume tiap pohon, dihitung total volume pohon usia tiga tahun. Perhitungan komulatif jumlah volume pohon sampel dan total volume populasi tanaman usia tiga tahun, sesuai rumus berikut (Simon, 2007) :

Vpx = Volume tiap pohon

¼ λ = ¼ x 3,14 (nilai koreksi silender)

D = keliling pohon atau diameter dalam cm. T = Hasil ukur tinggi pohon, dalam m.

Vpx = 1/4 λ D.T.

Keterangan :

Vpt = Volume total pohon dari seluruh sampel yang diukur. Vpx1 s/d Vpxn = Volume pohon ke-1 sampai volume pohon ke-n dari total jumlah populasi.

3.6.1 Potensi Kayu dan Riap

Berdasarkan hasil invetarisasi dan perhitungan volume pohon seluruh popu-lasi dan data sekunder terkait, dilakukan analisis kondisi tanaman yang mencakup : 1) Kondisi seluruh pohon usia tiga tahun tiap petani pengelola

2) Kondisi seluruh pohon terpilih pada lokasi tanaman usia tiga tahun di Kelurahan Cogreg Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor

3) Hasil pengukuran tinggi dan keliling pohon pada usia tanam satu dan dua tahun 4) Pengukuran riap tanaman

Menurut Davis dan Jhonson (1987) dalam Latifah (2004), laju pertumbuhan tegakan disebut sebagai riap tegakan yang dinyatakan dalam satuan m3/ha/tahun. Volume kayu maksimum yang dipanen tiap periode (tahunan) disebut etat hasil. Pengelolaan akan berada pada tingkat kelestarian hasil apabila besarnya etat sama dengan besarnya riap tegakan.

Pengukuran riap dilakukan antara dua kali pengukuran volume tegakan yang berurutan sebagai berikut :

a) Riap kotor termasuk “ingrowth” = V2 + M + C – V1 b) Riap kotor dari volume awal = V2 + M + (C-I) – V1 c) Riap bersih termasuk ingrowth = V2 + C – V1 d) Riap bersih dari volume awal = V2 + C – I – V1

e) Pertambahan bersih dalam tegakan persediaan = V2 – V1 V1 = Volume dari pohon hidup pada awal volume pengukuran V2 = Volume dari pohon hidup pada akhir priode pengukuran

M = Volume pohon yang mati selama priode pengukuran, tetapi masih dapat diukur atau diperhitungkan dengan mengurangi prosen kematian tegakan (pohon mati). C = Volume hasil penebangan selama priode pengukuran

I = Volume „ ingrowth „ selama priode pengukuran , yaitu volume pohon baru yang tumbuh menjadi pohon yang dapat diukur selama priode pengukuran

Potensi riap pertumbuhan, dihitung dari hasil selisih total potensi pohon tahun ketiga dengan hasil evaluasi potensi tahun tanam sebelumnya (potensi tahun tanam kesatu dan kedua). Data potensi tahun tanam sebelumnya didapat dari hasil invetari-sasi dan evaluasi tanaman Tim internal UBH-KPWN. Berdasarkan hasil perhitungan riap pertumbuhan tanaman dari tahun ke satu hingga tahun ke tiga, di proyeksi untuk menghitung potensi volume pohon pada tahun kelima atau prospek volume panen.

Nilai harga panen pohon pada tahun kelima, diestimasi dari potensi volume tebang kayu JUN tahun kelima dikalikan dengan proyeksi harga rata-rata pemasaran produk kayu jati ditahun kelima (Riduwan, 2003). Data harga kayu jati tahun kelima, diproyeksi dari perkembangan harga dasar kayu jati (HJD) yang ditetapkan Perum Perhutani selama masa tahun sebelumnya.

3.6.2 Kelayakan Usaha

Kelayakan usaha bagi hasil UBH-KPWN dianalisis berdasarkan data sekunder kelima dan data pembiayaan dari kegiatan usaha UBH-KPWN. Analisis finansial dilakukan dengan metode cash flow analysis. Menurut Rahardja dan Manurung (2008), metode tersebut untuk menganalisis komponen penerimaan atau benefit (inflow) dan komponen biaya atau pengeluaran (outflow). Selisih keduanya disebut manfaat bersih yang seharusnya diterima masing-masing pihak yaitu ; investor, pemilik lahan, petani penggarap, pamong desa dan UBH-KPWN.

Komponen penerimaan (inflow) diperhitungkan dari estimasi nilai jual produk kayu JUN tahun kelima, dikalikan rata-rata harga pasar kayu jati. Komponen penge-luaran (out flow) diperhitungkan dari beberapa komponen biaya yang di gunakan untuk kegiatan pengelolaan penanaman JUN hingga masa tebang ditahun kelima.

Sesuai data finansial tersebut, dilakukan analisis kelayakan usaha kegiatan UBH-KPWN dengan menggunakan instrumen analisis yaitu ; (1) perhitungan nilai Net Present Value (NPV), (2) perhitungan Internal Rate Retun (IRR), (3) perhitungan Benefit Cost Ratio (B/C)

Analisis Net Present Value (NVP) dilakukan dengan perhitungan aliran kas masuk (inflow) dari pendapatan hasil penjualan kayu JUN ditahun kelima, dan biaya

keluar (out flow) dari pengeluaran biaya pengelolaan tanaman JUN selama lima tahun. Untuk melakukan perhitungan NPV menggunakan rumus Gittenger (Sambodo, 2009)

Nilai tingkat suku bunga yang akan diperoleh seandainya unit UBH KPWN menginvestasikan dananya pada instumen investasi lain dengan tingkat resiko yang sama. Dalam analisis tersebut digunakan suku bunga danareksa dan suku bunga bank sesuai data bisnis plan UBH-KPWN 2007 – 2016 (UBH-KPWN, 2010.A). Jika nilai Net Present Value (NPV) bernilai lebih dari nol (0) maka kegiatan UBH-KPWN layak dilaksanakan secara finansial. Jika nilai NPV maka kegiatan UBH-KPWN tidak layak secara finansial (Rahardja dan Manurung, 2008).

Analisis Internal Rate Return (IRR) untuk mengevaluasi nilai kelayakan investasi kegiatan UBH-KPWN. Untuk mendapatkan perhitungan nilai IRR dengan menggunakan rumus Zuhbie (Sumbodo, 2009).

Hasil nilai IRR menunjukkan nilai tingkat pengembalian investasi dari kegiat-an UBH-KPWN. Jika nilai IRR lebih dari Nol maka nilai investasi pada UBH-KPWN lebih menguntungkan dibandingkan berinvetasi pada skema perbankan.

Analisis Benefit Cost Ratio merupakan metode untuk mengevaluasi ratio anta-ra nilai yang diinvestasikan untuk kegiatan UBH-KPWN dibandingkan dengan jumlah biaya pengelolaan UBH-KPWN yang dikeluarkan. Perhitungan Benefit Cost Ratio (B/C) terkait erat dengan nilai NPV yang telah dihitung pada tingkat suku bunga dan periode waktu yang sama. Perhitungan Benefit Cost Ratio menggunakan rumus Zuhbie (Sumbodo, 2009).

Analisis persepsi investor untuk mengevaluasi persepsi investor terhadap kelayakan usaha yang dilaksanakan UBH-KPWN. Evaluasi persepsi investor dengan mengirimkan kuesioner kepada semua investor yang telah menginvestasikan dananya pada tanaman JUN yang berusia tiga tahun di Kelurahan Cogreg.

Pengambilan data kuesioner dari responden dilakukan sebagai berikut :

1) Semua investor tanaman yang telah berusia tiga tahun diberi kesempatan untuk mengisi kuesioner sebagai responden, yang dikirim melalui email atau via surat. 2) Pengisian Kuesioner dilakukan responden, sesuai petunjuk pengisian kuesioner,

seperti pada Lampiran 4.

3) Setiap kuesioner yang telah diisi investor dan dikirimkan kembali, kemudian dia-nalisis data pengisiannya.

4) Jumlah kuesioner yang diterima kembali dari investor, jika lebih dari jumlah renca-na sampel 4 orang atau 25% dari total investor semua akan diarenca-nalis persepsinya. Jika jumlah sampel yang diterima kembali kurang dari empat responden, maka res-ponden ditambahkan dari sampel investor diluar tanaman usia tiga tahun, di wilayah Kabupaten Bogor.

Hasil pengisian data responden, sesuai skala Likert dianalisis nilai tingkat kepuasan persepsi investor (skala bobot 1 - 5), dan nilai tingkat kepentingan terhadap kriteria persepsi tersebut (skala bobot 1 - 5). Hasil perhitungan skore dapat digambar-kan dalam gugus kuadran Indeks Performance Analysis (Santoso, 2009).

Sesuai hasil pengolahan data rata-rata persepsi tersebut, dibuat grafik sebaran persepsi investor yang berada pada wilayah kuadran I sampai IV, dengan kesimpulan sebagai berikut :

1) Jika persepsi investor pada Kuadran I, berarti investor merasa puas terhadap kinerja pengelolaan UBH-KPWN, dan kinerja tersebut hal penting yang diharapkan inve-stor.

2) Jika persepsi investor pada Kuadran II, berarti investor merasa puas terhadap kinerja pengelolaan UBH-KPWN, namun kinerja tersebut tidak dianggap penting bagi investor, dan pengelolaan bisa dianggap ada yang tidak efisien.

3) Jika persepsi investor pada Kuadran III, berarti investor merasa tidak puas terhadap kinerja pengelolaan UBH-KPWN, dan kinerja tersebut merupakan hal yang tidak penting bagi investor, maka dapat menjadi pertimbangan UBH-KPWN untuk mengubah strategi pengelolaan.

4) Jika persepsi investor pada Kuadran IV, berarti investor merasa tidak puas terhadap kinerja pengelolaan UBH-KPWN, tetapi kinerja tersebut penting bagi investor, maka seharusnya menjadi peringatan penting bagi UBH-KPWN untuk meningkat-kan kinerja pengelolaannya guna memenuhi target yang dijanjimeningkat-kan kepada investor.