• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Tinjauan Pengembangan Tanaman Jati Unggul

Kayu jati sangat terkenal untuk berbagai penggunaan karena kekuatan dan keawetannya. Namun karena pertumbuhannya sangat lambat menyebabkan kebangan antara penyediaan kayu jati dan kebutuhan industrinya menjadi tidak seim-bang. Upaya pemenuhan kebutuhan kayu jati telah dilakukan untuk mengatasi konti-nuitas pasokan produk kayu jati yaitu :

1) Melakukan penelitan untuk menghasilkan klon unggul tanaman pohon Jati yang tumbuh lebih cepat

2) Membudidayakan klon unggulan tersebut untuk dapat dipanen dalam masa daur pendek.

Beberapa penelitian untuk menghasilkan klon jati unggul telah dilakukan bebe-rapa negara yang memiliki kawasan tumbuh pohon jati. Klon Jati emas salah satu klon unggul hasil budidaya sistem kultur jaringan yang pertama kali dikembangkan di- laboratorium di Thailand. Klon tersebut tanaman induknya berasal dari negara Myan-mar.

Hasil penelitian Klon Jati emas dengan sistem kultur jaringan, menghasilkan riap pertumbuhan yang dapat dipanen pada masa sepuluh tahun. Hasil penelitian tersebut merupakan terobosan baru dalam mengantisipasi kelangkaan bahan baku industri kayu jati dan penyediaan bibit untuk rehabilitasi lahan kritis.

Tanaman jati emas sejak tahun 1980 sudah ditanam secara luas di Myanmar dan di Thailand. Sejak tahun 1990 Malaysia juga telah mengembangkan Jati emas secara luas. Indonesia baru mulai melakukan penanaman jati emas sejak tahun 1999. Produksi pohon jati emas antara lain telah dilakukan oleh Perum Perhutani. Klon Jati

emas telah ditanam secara luas di daerah Indramayu sebanyak satu juta pohon (Siswa-martana et al., 2005)

Tanaman jati emas dapat dipanen antara umur tanaman 5 - 15 tahun. Kelebihan klon tersebut selain memiliki pertumbuhan yang cepat, juga dapat tumbuh seragam dan lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Jati Emas pada usia 5 - 7 tahun, sudah mencapai diameter 27 cm dan tingginya 16 m. Dibandingkan dengan jenis kayu pertukangan lain, kualitas kayu jati emas lebih baik, lagipula volume penyusutan hanya 0,5 kalinya (Siswamartana et al., 2005).

Tanaman Jati emas cocok ditanam pada daerah tropis, akan tumbuh baik pada daerah dataran rendah (< 50 m dpl) sampai daerah dataran tinggi pada ketinggian 800 m dpl. Jenis jati emas baik ditanam pada jenis tanah aluvial yang banyak mengandung kapur, dengan pH antara 4,5 - 7.0. Tanaman jati emas sangat tidak tahan ditanam pada kondisi tanah tergenang air, atau pada lokasi tanam yang tidak memiliki sistem draina-se yang baik (Siswamartana et al., 2005)

Tabel 1 : Perkiraan hasil panen kayu Jati Emas.

Uraian Jumlah pohon Setiap masa panen (Pohon/ha) Tahun ke-5 Tahun ke-10 Tahun ke-15

Panen (pohon) 1.000 350 650

Sisa (pohon) 1.000 650 0

Tinggi (m) 12 15 17

Diameter (cm) 20 27 37

Volume (m3) 300 238 949

Sumber : Siswamartana et al (2005). Keterangan 2.000 pohon/ha atau 1.470 m3/ha dalam 15 tahun.

Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Perum Perhutani sejak tahun 1990 telah melakukan penelitian untuk menghasilkan benih jati unggul asli Indonesia. Pengembangan benih unggul berasal dari pohon plus tanaman jati Perum Perhutani di pulau jawa. Hasil pengembangan ini disebut Klon Jati Plus Perhutani (JPP).

Penelitian pengembangan klon JPP tersebut telah dilaksanakan selama 15 tahun. Hasil penelitian tersebut pertumbuhan tanaman JPP mulai usia tahun kelima pertumbuhan riap menurun (kurva pertumbuhan membentuk sigmoid). Penurunan riap pertumbuhan tersebut semakin meningkat pada umur antara 10 - 15 tahun. Arti-nya jika penanaman dibiarkan lebih dari masa panen 15 tahun, maka perolehan kayu

dari pertumbuhan riap akan terus berkurang. Jika masa penanaman JPP ditetapkan dalam rentang 15 tahun, maka secara teknis paling ideal tanaman tersebut dipanen pada usia tanam lima tahun.

Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Perum Perhutani telah melakukan beberapa percobaan pertumbuhan terhadap Jati Plus Perhutani, dengan berbagai perlakuan penanaman dengan menggunakan berbagai asal tegakan benih. Setelah masa tanam lima tahun, telah dihasilkan data rata-rata pertumbuhan seperti pada Tabel 2.

Tabel 2 : Perbandingan Pertumbuhan tanaman Jati Plus Perhutani (JPP) Pada Umur yang Sama.

Asal Bibit Dan Perlakuan Diameter Pohon (cm) Tinggi Pohon (m)

JPP + Silin 17,2 17

JPP KBK + silin 14 13

JPP 9,5 9,3

APB 9,5 6,3

WvW 5.5 9,5 11,4

Sumber : Anisah et al., 2005.Keterangan JPP = Jati Plus Perhutani, KBK = Kawas-an Budidaya KehutKawas-anKawas-an, APB = Areal Produksi Benih, WvW 5.5 = Nilai klas kesuburan tanah hutan menurut Wolf Von Wulfing (WvW).

Sesuai data tersebut penggunaan bibit unggul Klon JPP dengan perlakuan penanaman atau teknik budidaya secara Silvikultur Intensif (Silin), pertumbuhan tanaman menunjukkan hasil yang signifikan. Untuk bibit unggul JPP berasal dari Kawasan Budidaya Kehutanan (KBK) dengan perlakukan Silvikultur intensif, menun-jukkan pertumbuhan yang relatif lebih baik. Penanaman JPP pada berbagai lokasi percobaan, menunjukkan pertumbuhan diameter relatif sama dengan Jati biasa yang ditanam pada Areal Produksi Benih (APB). Tanaman Jati biasa yang ditanam pada lahan kelas kesuburan tanah terbaik (kelas bonita WvW 5.5), menunjukkan pertum-buhan yang relatif sama dengan pertumpertum-buhan klon JPP pada kelas kesuburan tanah biasa (Anisah et al.,2005).

Bibit Unggul JPP yang ditanam dengan perlakuan silvikultur intensif, menunjukkan pertumbuhan pada tahun pertama sama riapnya dengan jati biasa yang ditanam pada kelas bonita WvW 5.5. Sesuai hasil penelitian tersebut dapat disimpul-kan bahwa JPP jika ditanam tanpa perlakuan silvikultur intensif adisimpul-kan sama saja

dengan bibit klon jati biasa yang ditanam pada lahan yang memiliki kelas kesuburan terbaik. (Siswamartana, 2009).

Kelebihan Klon Jati Unggul Jati Plus Perhutani yang telah dikembangkan yaitu :

1) JPP klon terbaik berasal dari program seleksi yang teruji secara sistimatik dan secara ilmiah dibeberapa tempat tumbuh ( multi lokasi ).

2) Pengujian multilokasi dilaksanakan secara sistimatik sehingga memudahkan untuk melacak dan melihat kembali asal usul induk aslinya dari klon unggul tersebut. Sementara klon jati unggul yang beredar dipasaran tidak mungkin bisa dilakukan pelacakan kembali kepada induk aslinya.

3) JPP merupakan klon jati unggul asli berasal dari Indonesia (P.Jawa), sehingga daya adaptasinya lebih baik dari klon yang lain yang berasal dari luar negeri.

4) Teknik perbanyakan masal dengan tehnologi tepat guna, dapat menggunakan bibit dari stek pucuk atau bibit dari tissue cultur. Teknik perbanyakan tersebut sangat sesuai untuk memproduksi bibit tanaman dalam jumlah besar.

Benih Pohon Jati Plus Perhutani (JPP) yang telah dikembangkan Perum Perhutani, kemudian dilanjutkan pengembangannya oleh pihak PT Setyamitra Bhakti-persada bekerjasama dengan Koperasi Perumahan Perumahan Wanabhakti Nusantara Departemen Kehutanan. Pengembangan dilakukan dengan melakukan penelitian kualitas bibit jati yang berasal dari stek pucuk. Penelitian dilakukan dengan meng-induksi (menstimulasi dengan hormon tumbuh) sistem perakaran calon tanaman. Penelitian tersebut menghasilkan bibit tanaman jati dengan akar tunjang majemuk pada usia dini. Sesuai hasil penelitian tersebut menunjukkan sifat klon jati baru, yang kemudian disebut klon Jati Unggul Nusantara (JUN).

Tanaman JUN diperhitungkan dapat dipanen pada umur antara 5 - 15 tahun. Sesuai sifatnya, tanaman JUN memiliki pertumbuhan yang relatif cepat dan kondisi pertumbuhan relatif seragam pada saat usia tahun kedua. Pada umur tanaman antara 3 – 5 tahun, diameter tanaman dapat mencapai rata-rata 23 cm dan tinggi pohon 10 m. Pada pola pengelolaan intensif (silvikultur intensif), tanaman JUN lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Produktivitas potensi rata-rata JUN pada tahun kelima diperhitungkan dapat mencapai 0,235 m3/pohon. Penanaman JUN akan baik ditanam pada daerah ketinggian antara 50 - 600 m dpl. Iklim yang baik bagi

pertum-buhan tanaman JUN pada kisaran curah hujan antara 1500 - 2000 mm/tahun, dan sebaiknya ditanam pada area tanam yang memiliki sistem drainase yang baik

Hasil penelitian penanaman JUN pada usia sembilan bulan menunjukkan pertumbuhan perakaran yang kuat dan telah membentuk akar majemuk, seperti pada Gambar 1.

. .

Sesuai hasil penelitian PT Setyamitra diproyeksikan riap pertumbuhan sampai usia lima tahun dapat mencapai tinggi 10 m dengan diameter 28 cm. Ilustrasi proyek-si perhitungan pertumbuhan pohon JUN sampai tahun ke lima seperti pada Gambar 2 (Setiaji, 2009).

Penanaman JUN dilakukan secara monokultur, dengan jarak tanam 5 m x 2m, dengan perlakuan intensif (sistem pemupukan dan pemeliharaan terjadwal). Sesuai jarak tanam tersebut maka dalam satu hektar lahan dapat ditanam 1000 pohon.

Gambar 2 : Ilustrasi Perhitungan Kubikasi Pohon Jati JUN Usia 5 Tahun Gambar 1 : Akar Tunjang Majemuk JUN

Dalam masa lima tahun potensi tanaman dapat mencapai volume rata-rata 0,20 m3 /-pohon atau setara 200 m3/hektar/5 tahun yang dapat dipanen (Adjie et al., 2008).

Hasil beberapa percobaan penanaman Jati Unggul Nusantara pada lokasi penanaman di wilayah Madiun dan Bogor, menunjukkan hasil pertumbuhan tanaman pada berbagai kondisi usia tanam, seperti pada Gambar 3.

Sesuai dengan perhitungan volume tersebut, jika diasumsikan terdapat 20% jumlah tanaman mengalami kematian, maka potensi pohon yang dapat dipanen 160 m3/ha/5thn. Jika diperhitungkan asumsi harga jual kayu jati saat panen Rp.500.000/-m3, maka nilai jual pohon JUN 160 m3/ha/5thn x Rp 500.000/m3 akan menghasilkan nilai pendapatan Rp 80.000.000/ha/5 tahun (Adjie et al., 2008).