• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODE KAJIAN

4.5 Proyeksi Potensi Tanaman Tahun kelima

Berdasarkan hasil perhitungan pertumbuhan tinggi dan keliling antara periode tahun awal tanam, tahun kedua sampai tahun ketiga dihasilkan nilai rata-rata pertum-buhan volume atau riap rata-rata pertahun selama tiga tahun. Data riap rata-rata tersebut dapat dijadikan data untuk memprediksi potensi panen kayu JUN untuk tahun berikutnya, yaitu tahun keempat, tahun kelima, dan seterusnya.

Berdasarkan data pada Tabel 19, jika menggunakan nilai rata-rata riap volume, 0,021 m3/pohon/tahun, rata-rata riap tinggi 2,60 m/pohon/tahun atau rata-rata riap diame-ter 0,027/m/pohon/tahun, maka nilai prospek panen pada tahun keempat, dihitung dengan menjumlah data potensi pada tahun ketiga, ditambah nilai riap tersebut, selanjutnya prospek panen tahun kelima dhitung dari potensi tahun keempat ditambah nilai riap tersebut.

Secara teoritis riap pertumbuhan dapat dapat terkoreksi oleh kondisi pertumbuhan pohon yang tidak normal. Pada kondisi normal riap pertumbuhan pertahun dapat terjadi disebabkan pertumbuhan tinggi atau pertumbuhan diameter pohon, sehingga dapat

hitungkan riap volumenya (Latifah 2004). Pada periode tertentu riap pertumbuhan dapat terjadi hanya pertumbuhan tinggi, atau hanya terjadi pertumbuhan diameter saja (Simon, 2007).

Riap volume ditentukan oleh pertumbuhan diameter dan tinggi tanaman JUN per tahun. Perhitungan prospek panen pohon pada tahun kelima dapat diperhitungkan dengan asumsi yaitu (Latifah 2004) :

a) Proyeksi terjadi pertumbuhan diameter dan tinggi

b) Proyeksi terjadi pertumbuhan tinggi, namun pertumbuhan diameter tidak berlangsung. c) Proyeksi hanya pertumbuhan diameter, namun pertumbuhan tinggi tidak berlangsung.

Perhitungan prospek panen pada tahun kelima dengan asummi, tiga proyeksi tersebut seperti pada Tabel 20.

Tabel 20. Proyeksi Riap Diameter, Tinggi atau Volume Sampai tahun Kelima

Proyeksi Tahun Jumlah Tanaman (pohon) Rata2 Tinggi (m) Rata2 Diameter (m) Volume Panen (m3/pohon) Keterangan Ketiga 6075 4,74 0,11 0,044 Perhitungan sesuai

rata2 riap volume 0,021 m3/tahun Keempat - - 0,065 Kelima - - 0,086 Ketiga 6075 4,74 0,11 0,044 Perhitungan sesuai rata2 tinggi 2,60 m/tahun Keempat 7,34 0,067 Kelima 9,94 0,091 Ketiga 6075 4,74 0,11 0,044 Perhitungan sesuai rata2 diameter 0,027 m/tahun Keempat 0,14 0,070 Kelima 0,16 0,100

Sesuai tabel tersebut, jika terjadi pertumbuhan tinggi dan pertumbuhan diameter, maka prospek panen tahun kelima volumenya 0,086 m3/pohon. Apabila hanya terjadi pertumbuhan tinggi, sementara pertumbuhan diameter terhambat, maka diperhitungkan potensi panen ditahun kelima volumenya 0,091 m3/pohon. Jika asumsi hanya terjadi per-tumbuhan diameter, sementara perper-tumbuhan tinggi terhambat maka diperhitungkan pros-pek panen ditahun kelima volumenya 0,10 m3/pohon. Sesuai asumsi tersebut maka pros-pek panen ditahun kelima pada rentang antara 0,086 m3/pohon sampai dengan 0,10 m3/

pohon, atau potensi panen antara 86 m3/ha – 100 m3/ha. Prospek panen rata-rata sesuai perhitungan pertumbuhan tinggi 0,091 m3/pohon atau potensi panen 91 m3/ha.

Menurut perhitungan proyeksi UBH-KPWN, potensi panen pohon JUN ditahun kelima dapat mencapai 0,20 m3/pohon atau 200 m3/ha, sehingga pada usia panen tahun kelima belum dapat dicapai. Untuk asumsi terendah prospek panen 0,086 m3/pohon ditahun kelima, maka untuk mencapai potensi panen lebih dari 200 m3/ha akan dapat dipanen ditahun ke-11. Jika asumsi prospek panen rata-rata 0,091 m3/pohon ditahun kelima, maka potensi panen 200 m3/ha dapat dipanen pada tahun ke-10, atau jika asumsi prospek panen terbesar 0,10 m3/pohon ditahun kelima, maka potensi panen 200 m3/ha dapat dipanen pada tahun ke delapan. Perhitungan masa waktu panen untuk mencapai 200 m3/ha, seperti pada Lampiran 9.

Hasil penelitian riap pertumbuhan jenis Jati Plus Perhutani (JPP) umur lima tahun dengan perlakuan silvikultur intensif di wilayah KPH (Kesatuan Pemangkuan Hutan) Pemalang, menunjukkan data rata-rata riap diameter 4 cm/tahun, riap tinggi 4 m/tahun, dan riap volume 14 m3/ha/tahun. Pada penelitian di lokasi yang sama, namun tanpa per-lakuan silvikultur intensif, menunjukkan data rata-rata riap diameter 2 cm/tahun, riap tinggi 2,2 m/tahun, dan riap volume 8,08 m3/ha/tahun (Siswamartana, 2009).

Kondisi riap pertumbuhan akan sangat tergantung dengan ciri-ciri kuantitatif pada sifat anatomi kayu JUN, meliputi rata-rata lebar riap tumbuh, tebal kulit dan luasan empulur, serta dimensi serat dan pembuluh kayu JUN akibat pertumbuhan yang diper-cepat dibandingkan dengan kayu jati konvensional (Damayanti, 2010).

Secara fisiologis riap pertumbuhan sangat dipengaruhi kondisi kesuburan tanah dan perlakuan budidaya secara intensif. Sifat pertumbuhan tanaman kayu dapat berlangsung mengalami pertumbuhan dimensi, secara bersamaan pertumbuhan tinggi dan pertum-buhan diameter. Dalam satu fase pertumpertum-buhan riap dipengaruhi pembentukan kayu teras, karena harus memenuhi pertumbuhan sifat kayunya (fase Juvenil ke fase kayu). Pertum-buhan riap seolah tidak terjadi karena dipengaruhi kebutuhan perkembangan fisiologis lainnya, misalnya untuk menghasilkan bunga atau buah (Darwis et al., 2005).

Hasil uji mikroskofis menunjukkan kayu JUN usia empat tahun dan usia lima tahun, dibandingkan dengan jati konvensional pada usia yang sama, menunjukkan

rata-rata riap tumbuh kayu JUN mencapai tiga kali lipat dari riap tumbuh jati konvensional. Perbedaan jarak atau lebar riap tumbuh antara JUN dan jati konvesional seperti ditunjukan pada Tabel 21.

Tabel 21. Perbedaan Riap Tumbuh antara kayu JUN dan kayu jati konvensional pada usia lima tahun.

Jenis Kayu Jati Lebar Riap Tumbuh (mm) Luasan Empulur (mm2) Tebal Kulit (mm) JUN 30,45 59,81 4,49 Jati konvensional 8,91 40,31 2,73

Sumber : Hasil penelitian Damayanti (2010).

Perbedaan lebar riap tumbuh secara mikroskopik terutama disebabkan karena penambahan jumlah sel arah radial dan diameter pembuluh kayu JUN yang lebih besar, meskipun banyak kendala dalam penghitungan jumlah sel arah radial secara rinci. (Dama-yanti, 2010).

Perbandingan antara lebar riap tumbuh antara kayu JUN dengan kayu jati kon-vensional pada usia lima tahun seperti pada Gambar 10.

Gambar 10 : Perbedaan lebar riap tumbuh pada kayu JUN (gambar atas) dengan kayu jati konvensional (gambar bawah) umur 5 tahun.

Hasil penelitian dimensi menunjukkan rata-rata dimensi serat kayu awal dan kayu akhir JUN lebih panjang dibanding kayu jati konvensional, demikian juga pada panjang sel serat dan sel pembuluh. Pada kayu JUN memiliki panjang sel serat 1326 μm dan sel pembuluh 352 μm. Kayu jati konvensional panjang sel serat 1100 μm dan sel pembuluh

JUN 5 th

329 μm. Diameter pembuluh kayu JUN sekitar 200 μm, dan kayu jati konvensional seki-tar 127 μm (Damayanti, 2010).

Jika berdasarkan data riap rata-rata pertumbuhan diameter 0,019 m/tahun, kemu-dian ditambahkan data pertumbuhan JUN secara morfologis dari hasil penelitian, rata-rata lebar riap tumbuh 30,45 mm atau 0,03045 m/tahun ditambah 0,019 m/tahun, maka dapat diproyeksikan pertumbuhan rata-rata diameter 0,04934 m/tahun hingga tahun kelima.

Sebagai pembanding hasil pengukuran volume sampel pohon jati yang berumur lima tahun pada Kebun lokasi persemaian PT Setyamitra Bhaktipersada, di Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal telah mencapai diameter 32 cm, dan tinggi sampel diambil 6 m, maka diperhitungkan volumenya 0,483 m3/pohon atau 483 m3/ha (Damayanti, 2010).