• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS DAN BIBIT TANAMAN BUAH

6.2 Analisis Risiko

6.2.1 Analisis Risiko Pada Kegiatan Spesialisas

Penilaian risiko pada kegiatan spesialisasi dilihat berdasarkan penerimaan yang diperoleh dari masing-masing komoditas quisqualis, mandevilla, lengkeng, dan rambutan. Penilaian risiko produksi pada masing-masing komoditas dihitung dengan menggunakan variance, standarddeviation, dan coefficient variation yang dapat dilihat pada Tabel 17.

Dilihat dari Tabel 17, penilaian risiko untuk masing-masing komoditas diperoleh bahwa bibit tanaman buah rambutan mempunyai nilai variance tertinggi dibandingkan komoditas quisqualis, mandevilla, dan bibit lengkeng yaitu sebesar Rp 18.542.400.000.000. Dilihat dari nilai standard deviation, bibit rambutan juga

memperoleh nilai standard deviation lebih tinggi dibandingkan dengan bibit lengkeng dan kedua tanaman komoditas lainnya sebesar 2.976.391. Penilaian risiko terhadap variance dan standard deviation dianggap kurang tepat, oleh karena itu coefficient variation merupakan tolak ukur yang tepat dalam penilaian risiko untuk mengambil keputusan dan penentuan strategi yang tepat bagi perusahaan. Coefficient variation diukur dari rasio standard deviation dengan expected return. Nilai coefficient variation terendah didapat pada bibit tanaman lengkeng sebesar 0,161. Sedangkan nilai coefficient variation tertinggi didapat pada bibit tanaman rambutan sebesar 0,216. Hal ini didasarkan semakin besar nilai coefficient variation maka semakin tinggi pula tingkat risiko yang dihadapi.

Tabel 17. Penilaian Risiko Produksi Spesialisasi berdasarkan Penerimaan pada Quisqualis, Mandevilla, Lengkeng dan Rambutan di PT Istana Alam

Dewi Tara Komoditas Expected Return (Rp) Variance Standard Deviation Coefficient Variation Quisqualis 13.650.000 7.833.140.000.000 2.798.775 0,205 Mandevilla 15.533.000 8.858.906.000.000 2.976.391 0,192 Lengkeng 26.028.000 17.483.616.000.000 4.181.341 0,161 Rambutan 19.940.000 18.542.400.000.000 4.306.089 0,216

Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak PT Istana Alam Dewi Tara, bibit tanaman rambutan memiliki tingkat risiko yang paling tinggi disebabkan karena karakteristik dari tanaman rambutan itu sendiri yang lebih sulit untuk diperbanyak. Tanaman rambutan memiliki kulit batang yang lebih keras dibandingkan dengan komoditas lain, sehingga memiliki tingkat keberhasilan yang lebih rendah dibandingkan komoditas lainnya.

Tanaman rambutan juga rentan terhadap hama dan penyakit. Tanaman rambutan memiliki banyak cabang dan daun yang rimbun, sehingga kutu putih lebih menyukai tanaman rambutan. Dampak dari serangan kutu putih yaitu timbulnya bercak hitam disekitar daun, terutama pada daun muda yang menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat. Selain kutu putih, tungau juga dapat menyerang tanaman rambutan dengan mencari daun muda untuk dihisap. Dampak yang ditimbulkan yaitu daun menjadi keriting yang menyebabkan

tanaman menjadi kerdil. Penyakit yang dapat menyerang tanaman rambutan adalah jamur, namun penyakit ini jarang terjadi pada tanaman rambutan.

Serangan hama dan penyakit ini berpengaruh terhadap produksi dan juga keberhasilan perbanyakan bibit rambutan. Berbeda halnya dengan bibit lengkeng yang memiliki tingkat risiko lebih rendah, dimana bibit lengkeng lebih tahan terhadap hama dan penyakit. Untuk mencegah dan mengendalikan hama dan penyakit yang dapat menyerang tanaman, PT Istana Alam Dewi Tara melakukan penyemprotan pestisida secara teratur dan melakukan pemangkasan secara serempak. Selain itu, rendahnya risiko yang terdapat pada bibit lengkeng disebabkan pula dari penerimaan yang didapat perusahaan. Penerimaan untuk bibit lengkeng lebih tinggi dibandingkan ketiga komoditas lainnya dengan harga jual bibit lengkeng yang lebih tinggi pula.

6.2.2 Analisis Risiko pada Kegiatan Diversifikasi

Analisis risiko pada kegiatan spesialisasi bertujuan untuk menggambarkan besarnya risiko yang dihasilkan dari masing-masing komoditas jika perushaan hanya memproduksi satu komoditas. Untuk menurunkan tingkat risiko yang ada pada masing-masing komoditas, maka diversifikasi merupakan salah satu cara yang dilakukan PT Istana Alam Dewi Tara. Diversifikasi merupakan strategi investasi dengan mengalokasikan untuk berbagai kegiatan usaha dengan tujuan untuk meminimalkan risiko. PT Istana Alam Dewi Tara melakukan diversifikasi tanaman hias dan bibit tanaman buah. Upaya melakukan diversifikasi ini adalah untuk memenuhi permintaan pasar yang selalu berubah.

PT Istana Alam Dewi Tara melakukan diversifikasi dari beberapa tanaman hias dan bibit tanaman buah seperti quisqualis, mandevilla, lengkeng dan rambutan. Risiko pada masing-masing komoditas yang telah dibahas sebelumnya menggambarkan risiko yang dihadapi perusahaan pada masing-masing komoditas. Dengan melakukan diversifikasi, maka risiko yang dihadapi perusahaan menjadi lebih rendah sehingga diversifikasi dapat meminimalkan risiko.

Perhitungan analisis risiko yang dilakukan berdasarkan hasil return dari penerimaan yang diperoleh perusahaan. Perhitungan risiko portofolio yang dilakukan meliputi gabungan dari dua komoditas, tiga komoditas dan empat komoditas. Gabungan dua komoditas atau dua asset yang dilakukan perhitungan

sebanyak enam portofolio yaitu gabungan quisqualis dan mandevilla, lengkeng dan rambutan, quisqualis dan lengkeng, mandevilla dan rambutan, quisqualis dan rambutan serta mandevilla dan lengkeng. Gabungan tiga komoditas atau tiga asset yang dihitung sebanyak empat portofolio yaitu gabungan quisqualis, mandevilla dan lengkeng; gabungan quisqualis, mandevilla dan rambutan; gabungan quisqualis, lengkeng dan rambutan; serta gabungan mandevilla, lengkeng dan rambutan. Sedangkan untuk risiko portofolio gabungan empat komoditas adalah dengan menggabungkan keempat komoditas tersebut yaitu gabungan quisqualis, mandevilla, lengkeng dan rambutan. Total perhitungan risiko portofolio yang dilakukan analisis adalah sebanyak sebelas portofolio. Penilaian risiko portofolio pada quisqualis, mandevilla, bibit lengkeng dan rambutan dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Penilaian Risiko Portofolio berdasarkan Penerimaan pada Komoditas Quisqualis, Mandevilla, Lengkeng dan Rambutan di PT Istana Alam Dewi Tara No. Gabungan Komoditas Expected Return (Rp) Variance Standard Deviation Coefficient Variation 1 Quis+Mande 14.591.500 10.296.419.370.000 3.208.803 0,220 2 Leng+Ramb 22.984.000 22.380.021.240.000 4.730.753 0,206 3 Quis+Leng 20.334.120 14.515.334.730.000 3.809.899 0,187 4 Mande+Ramb 17.912.780 15.849.349.740.000 3.981.124 0,222 5 Quis+Ramb 17.046.600 14.997.527.540.000 3.872.664 0,227 6 Mande+Leng 21.200.300 15.356.147.070.000 3.918.692 0,185 7 Quis+Mande+Leng 18.968.920 11.527.037.690.000 3.395.149 0,179 8 Quis+Mande+Ramb 16.716.360 11.842.585.480.000 3.441.306 0,206 9 Quis+Leng+Ramb 21.376.160 14.517.947.680.000 4.035.957 0,178 10 Mande+Leng+Ramb 21.978.720 14.324.164.930.000 4.092.794 0,172 11 Quis+Mande+Leng+ Ramb 19.123.450 13.103.634.730.000 3.619.894 0,189 Keterangan : Quis = Quisqualis Leng = Lengkeng Mande = Mandevilla Ramb = Rambutan

Berdasarkan Tabel 18, dapat dilihat bahwa risiko portofolio yang dihadapi PT Istana Alam Dewi Tara berbeda-beda jika mengusahakan dua komoditas, tiga komoditas dan empat komoditas. Penjelasan mengenai analisis risiko diversifikasi pada Tabel 18 akan dijelaskan sebagai berikut.

a. Analisis Risiko Diversifikasi Dua Komoditas

Berdasarkan nilai coefficient variation gabungan dua komoditas pada Tabel 18, didapat bahwa gabungan quisqualis dan rambutan memiliki risiko yang paling tinggi dengan nilai coefficient variation paling tinggi dibandingkan dengan gabungan dua komoditas lainnya. Risiko terendah didapat pada gabungan mandevilla dan lengkeng dengan nilai coefficient variation yang paling rendah diantara gabungan dua komoditas lainnya.

1. Quisqualis dan Mandevilla

Berdasarkan hasil penilaian risiko, dapat dilihat perbandingan risiko yang dihadapi perusahaan jika mengusahakan quisqualis, mandevilla dan diversifikasinya. Berdasarkan hasil penilaian risiko dari coefficient variation, ternyata didapat bahwa risiko portofolio quisqualis dengan mandevilla lebih tinggi jika dibandingkan dengan risiko quisqualis dan mandevilla pada usaha spesialisasinya. Hasil ini bertentangan dengan tujuan penggunaan strategi diversifikasi yaitu untuk meminimalkan besarnya risiko jika mengusahakan satu komoditi atau usaha. Nilai coefficient variation yang diperoleh pada kegiatan diversifikasi sebesar 0,220 lebih tinggi jika dibandingkan usaha spesialisasinya (quisqualis) yaitu sebesar 0,205. Kegiatan diversifikasi dua komoditas ini, ternyata dapat menaikkan risiko sebesar 0,015. Hal ini berarti kegiatan diversifikasi tidak selalu dapat meminimalkan risiko yang ada, dan diperlukan strategi-strategi lain yang tepat untuk meminimalkan risiko. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kegiatan diversifikasi dua komoditas quisqualis dan mandevilla tidak tepat dilakukan.

Diversifikasi dua komoditas quisqualis dan mandevilla tidak dapat mengurangi risiko dikarenakan tidak dapat menghasilkan keuntungan pada perusahaan. Penerimaan yang diperoleh pada kedua komoditas ini lebih rendah dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan. Dengan luas lahan dan harga jual yang sama pada masing-masing komoditas, maka tidak dapat menambah penerimaan bagi perusahaan. Selain itu, dengan mengusahakan dua komoditas ini dapat menambah biaya baik dalam produksi maupun perawatan. Oleh karena itu, sebaiknya perusahaan melakukan strategi/upaya lain yang dapat meminimalkan risiko.

Berdasarkan hasil wawancara di lapang, diketahui bahwa tanaman quisqualis lebih rentan terhadap hama dan penyakit dibandingkan tanaman mandevilla. Meskipun jenis hama dan penyakit yang menyerang pada dua komoditas ini sama, namun tanaman quisqualis lebih rentan terhadap hama dan penyakit dibandingkan dengan mandevilla. Hama yang menyerang kedua tanaman ini adalah kupu-kupu, tungau, kutu daun dan belalang. Penyakit yang sering menyerang kedua tanaman ini adalah busuk akar, busuk daun, dan busuk batang. Selain itu, karakteristik tanaman quisqualis berbeda dengan mandevilla. Quisqualis merupakan tanaman yang merupakan batang air/tunas air, sehingga tanaman ini akan cepat membusuk jika tidak dilakukan perawatan dengan tepat.

2. Lengkeng dan Rambutan

Berdasarkan hasil penilaian risiko, dapat dilihat perbandingan risiko yang dihadapi perusahaan jika mengusahakan lengkeng, rambutan dan diversifikasinya. Berdasarkan nilai coefficient variation, didapat bahwa risiko portofolio lengkeng dengan rambutan lebih rendah jika dibandingkan dengan risiko lengkeng dan rambutan pada usaha spesialisasinya. Nilai coefficient variation pada kegiatan diversifikasi sebesar 0,206, sedangkan nilai coefficient variation pada usaha spesialisasi sebesar 0,216. Kegiatan diversifikasi ini dapat menurunkan risiko sebesar 0,01. Meskipun kegiatan diversifikasi dua komoditas ini hanya sedikit dapat menurunkan risiko, namun dengan kegiatan diversifikasi dapat meminimalkan risiko pada kegiatan spesialisasi.

Berdasarkan informasi di lapangan, bibit tanaman rambutan memiliki karakteristik batang yang keras sehingga lebih sulit dalam perbanyakannya. Selain itu tanaman rambutan juga rentan terhadap perubahan cuaca, hama dan penyakit. Pada musim kemarau serangan hama pada bibit rambutan lebih tinggi dibandingkan bibit lengkeng. Hama yang sering menyerang bibit rambutan adalah kutu putih, tungau, dan kupu-kupu. Namun, hama yang paling sering menyerang bibit rambutan adalah kutu putih. Tungau dan kupu-kupu juga dapat menyerang bibit lengkeng, namun tanaman ini lebih tahan terhadap hama dibandingkan dengan bibit rambutan. Penyakit yang menyerang bibit rambutan pada musim hujan adalah jamur, namun jamur tidak terlalu berpengaruh pada tanaman dibandingkan dengan serangan hama.

3. Quisqualis dan Lengkeng

Berdasarkan hasil penilaian risiko, dapat dilihat perbandingan risiko yang dihadapi perusahaan jika mengusahakan quisqualis, lengkeng dan diversifikasi keduanya. Berdasarkan nilai coefficient variation, didapat bahwa risiko portofolio quisqualis dan lengkeng lebih rendah jika dibandingkan dengan risiko quisqualis dan lengkeng pada usaha spesialisasinya. Nilai coefficient variation yang didapat pada kegiatan diversifikasi adalah sebesar 0,187, sedangkan nilai coefficient variation yang didapat pada kegiatan spesialisasi sebesar 0,205. Kegiatan diversifikasi dua komoditas ini dapat menurunkan risiko produksi sebesar 0,018. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kegiatan diversifikasi dapat meminimalkan risiko produksi yang ada pada usaha spesialisasi.

Pada kegiatan spesialisasi, risiko produksi quisqualis lebih tinggi jika dibandingkan dengan risiko bibit lengkeng. Berdasarkan informasi di lapangan, didapat bahwa tanaman quisqualis lebih rentan terhadap perubahan cuaca, hama dan penyakit dibandingkan dengan bibit tanaman lengkeng. Pada musim kemarau, hama lebih sering menyerang quisqualis dibandingkan dengan bibit lengkeng. Hama yang sering menyerang quisqualis adalah kupu-kupu, tungau, kutu daun dan belalang. Sedangkan hama yang sering menyerang bibit lengkeng adalah tungau dan kupu-kupu. Pada musim hujan, penyakit juga lebih sering menyerang quisqualis dibandingkan bibit lengkeng. Penyakit yang sering menyerang quisqualis adalah busuk akar, busuk daun, dan busuk batang. Sedangkan penyakit yang dapat menyerang bibit lengkeng adalah jamur. Dengan mengusahakan diversifikasi keduanya, maka risiko yang ada dapat diminimalkan.

4. Mandevilla dan Rambutan

Berdasarkan hasil penilaian risiko, dapat dilihat perbandingan risiko yang dihadapi perusahaan jika mengusahakan mandevilla, rambutan dan diversifikasinya. Berdasarkan hasil penilaian risiko dari coefficient variation, ternyata didapat bahwa risiko portofolio mandevilla dengan rambutan lebih tinggi jika dibandingkan dengan risiko mandevilla dan rambutan pada usaha spesialisasinya. Hasil risiko ini sama halnya dengan hasil risiko gabungan komoditas quisqualis dan mandevilla yang bertentangan dengan tujuan penggunaan strategi diversifikasi, yaitu untuk meminimalkan besarnya risiko jika

mengusahakan satu komoditi atau usaha. Nilai coefficient variation yang diperoleh pada kegiatan diversifikasi sebesar 0,222 lebih tinggi jika dibandingkan usaha spesialisasinya yaitu sebesar 0,216. Kegiatan diversifikasi dua komoditas ini, ternyata semakin menaikkan risiko sebesar 0,006. Mengusahakan satu komoditas/spesialisasi lebih baik dibandingkan dengan diversifikasi. Hal ini berarti kegiatan diversifikasi tidak selalu dapat meminimalkan risiko yang ada, dan diperlukan strategi-strategi lain yang tepat untuk meminimalkan risiko. Dengan demikian, strategi diversifikasi dua komoditas mandevilla dan rambutan tidak tepat untuk menurunkan risiko produksi yang ada.

Kegiatan diversifikasi dua komoditas mandevilla dan rambutan ini tidak dapat meminimalkan risiko dikarenakan pada salah satu komoditas terdapat tingkat risiko yang paling tinggi. Tingkat risiko paling tinggi didapat pada komoditas rambutan, sehingga dengan menggabungkan dua komositas ini, maka risiko yang didapat akan tinggi pula. Berdasarkan wawancara di lapang, komoditas rambutan memiliki karakteristik tanaman yang lebih sulit untuk diperbanyak dibandingkan dengan komoditas mandevilla. Dimana tingkat keberhasilan yang diperoleh tanaman rambutan lebih rendah dibandingkan dengan tanaman mandevilla. Dengan demikian risiko yang diperoleh pada kegiatan diversifikasi ini lebih tinggi dibandingkan risiko pada kegiatan spesialisasinya.

5. Quisqualis dan Rambutan

Berdasarkan hasil penilaian risiko, dapat dilihat perbandingan risiko yang dihadapi perusahaan jika mengusahakan quisqualis, rambutan dan diversifikasinya. Berdasarkan hasil penilaian risiko dari coefficient variation, ternyata didapat bahwa risiko portofolio quisqualis dengan rambutan lebih tinggi jika dibandingkan dengan risiko quisqualis dan rambutan pada usaha spesialisasinya. Hasil risiko ini sama halnya dengan hasil risiko gabungan komoditas quisqualis dengan mandevilla dan gabungan komoditas mandevilla dan rambutan. Dimana hasil risiko yang didapat bertentangan dengan tujuan penggunaan strategi diversifikasi, yaitu untuk meminimalkan besarnya risiko jika mengusahakan satu komoditi atau usaha. Nilai coefficient variation yang diperoleh pada kegiatan diversifikasi sebesar 0,227 lebih tinggi jika dibandingkan usaha spesialisasinya yaitu sebesar 0,216. Kegiatan diversifikasi dua komoditas

ini, ternyata semakin menaikkan risiko sebesar 0,011. Berdasarkan hasil penilaian risiko ini, maka mengusahakan satu komoditas/spesialisasi lebih baik dibandingkan dengan diversifikasi. Hal ini berarti kegiatan diversifikasi tidak selalu dapat meminimalkan risiko yang ada, dan diperlukan strategi-strategi lain yang tepat untuk meminimalkan risiko.

Dari hasil penilaian risiko spesialisasi, rambutan merupakan komoditas yang memiliki risiko paling tinggi dibandingkan dengan quisqualis. Karakteristik rambutan yang memiliki batang keras lebih sulit untuk diperbanyak dibandingkan dengan quisqualis. Pada kegiatan diversifikasi dua komoditas ini memiliki risiko yang paling tinggi dibandingkan dengan diversifikasi dua komoditas lainnya. Diversifikasi dua komoditas ini juga merupakan diversifikasi yang memiliki risiko paling tinggi di antara sebelas diversifikasi keseluruhan. Hal ini dikarenakan, pada diversifikasi ini quisqualis dan rambutan memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan dua komoditas lainnya. Sehingga risiko diversifikasi quisqualis dan rambutan yang diperoleh juga lebih tinggi dibandingkan diversifikasi lainnya. Oleh karena itu, strategi diversifikasi juga harus memperhatikan tingkat risiko pada masing-masing tanaman.

6. Mandevilla dan Lengkeng

Berdasarkan hasil penilaian risiko, dapat memperlihatkan perbandingan risiko yang dihadapi perusahaan jika mengusahakan mandevilla, lengkeng dan diversifikasi keduanya. Dilihat dari nilai coefficient variation, didapat bahwa risiko portofolio mandevilla dan lengkeng lebih rendah jika dibandingkan dengan risiko mandevilla dan lengkeng pada usaha spesialisasinya. Nilai coefficient variation yang didapat pada kegiatan diversifikasi adalah sebesar 0,185, sedangkan nilai coefficient variation yang didapat pada kegiatan spesialisasi sebesar 0,192. Kegiatan diversifikasi dua komoditas ini dapat menurunkan risiko produksi sebesar 0,007. Dengan demikian, meskipun hanya dapat menurunkan sedikit risiko, namun dapat dikatakan bahwa kegiatan diversifikasi dapat meminimalkan risiko produksi yang ada pada usaha spesialisasi.

Risiko pada kegiatan spesialisasi untuk tanaman mandevilla lebih tinggi jika dibandingkan risiko untuk bibit lengkeng. Berdasarkan wawancara dengan pihak perusahaan, tanaman mandevilla sedikit lebih rentan terhadap perubahan

cuaca, hama dan penyakit dibandingkan dengan bibit tanaman lengkeng. Sama halnya dengan quisqualis, pada musim kemarau, hama lebih sering menyerang mandevilla dibandingkan dengan bibit lengkeng. Namun, mandevilla lebih tahan terhadap hama dan penyakit dibandingkan dengan quisqualis. Hama yang sering menyerang mandevilla adalah kupu-kupu, tungau, kutu daun dan belalang. Sedangkan hama yang sering menyerang bibit lengkeng adalah tungau dan kupu- kupu. Pada musim hujan, penyakit juga lebih sering menyerang mandevilla dibandingkan bibit lengkeng. Penyakit yang sering menyerang quisqualis adalah busuk akar, busuk daun, dan busuk batang. Sedangkan penyakit yang dapat menyerang bibit lengkeng adalah jamur. Dengan mengusahakan diversifikasi keduanya, maka dapat meminimalkan risiko yang ada pada kegiatan produksi.

Risiko portofolio dua komoditas mandevilla dan lengkeng merupakan risiko yang paling rendah diantara gabungan dua komoditas lainnya. Hal ini dikarenakan risiko spesialisasi pada mandevilla dan lengkeng merupakan risiko yang paling rendah diantara dua komoditas lainnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa dengan mengusahakan diversifikasi pada komoditas yang sama-sama memiliki risiko lebih rendah, maka risiko diversifikasi yang dihasilkan juga akan lebih rendah.

b. Analisis Risiko Diversifikasi Tiga Komoditas

Dilihat dari diversifikasi tiga komoditas pada Tabel 18, maka dapat dikatakan bahwa berdasarkan nilai coefficient variation didapat gabungan quisqualis, mandevilla dan rambutan memiliki risiko portofolio paling tinggi dibandingkan gabungan tiga komoditas lainnya. Sedangkan risiko paling rendah didapat pada gabungan komoditas quisqualis, mandevilla dan lengkeng.

1. Quisqualis, Mandevilla dan Lengkeng

Berdasarkan penilaian risiko portofolio, diperoleh bahwa nilai expected return diversifikasi quisqualis, mandevilla dan lengkeng berada diantara nilai expected return quisqualis, mandevilla dan lengkeng. Dilihat dari nilai coefficient variation, menunjukkan bahwa risiko portofolio quisqualis, mandevilla dan lengkeng lebih rendah jika dibandingkan dengan risiko spesialisasi quisqualis, mandevilla dan lengkeng. Nilai coefficient variation pada kegiatan diversifikasi adalah sebesar 0,179, sedangkan nilai coefficient variation pada kegiatan

spesialisasi adalah sebesar 0,205. Adanya kegiatan diversifikasi tiga komoditas ini dapat menurunkan risiko produksi sebesar 0,026. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kegiatan diversifikasi dapat meminimalkan risiko yang ada pada kegiatan produksi.

Berdasarkan hasil penilaian risiko spesialisasi, quisqualis merupakan komoditas yang memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan dengan mandevilla dan lengkeng. Quisqualis lebih rentan terhadap perubahan cuaca, serangan hama dan penyakit dibandingkan dengan mandevilla dan lengkeng. Risiko portofolio quisqualis, mandevilla dan lengkeng merupakan risiko yang paling rendah di antara diversifikasi tiga komoditas lainnya. Hal ini dikarenakan gabungan ketiga komoditas ini merupakan gabungan tiga komoditas yang memiliki risiko spesialisasi yang lebih rendah. Dimana dengan mengusahakan diversifikasi pada komoditas yang sama-sama memiliki risiko lebih rendah, maka risiko diversifikasi yang dihasilkan juga akan lebih rendah.

2. Quisqualis, Mandevilla dan Rambutan

Berdasarkan Tabel 18, dapat dilihat bahwa nilai expected retun yang diperoleh pada diversifikasi quisqualis, mandevilla dan rambutan berada di antara expected return pada spesialisasi quisqualis, mandevilla dan rambutan. Dilihat dari nilai coefficientvariation, maka dapat dikatakan bahwa kegiatan diversifikasi quisqualis, mandevilla dan rambutan memiliki risiko lebih rendah jika dibandingkan dengan risiko pada kegiatan spesialisasinya. Nilai coefficient variation pada kegiatan diversifikasi adalah sebesar 0,206, sedangkan nilai coefficient variation tertinggi pada kegiatan spesialisasi adalah sebesar 0,216. Adanya kegiatan diversifikasi tiga komoditas ini dapat menurunkan risiko sebesar 0,01. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa meskipun dapat menurunkan sedikit risiko, namun kegiatan diversifikasi dapat meminimalkan risiko produksi yang ada.

Berdasarkan hasil penilaian risiko spesialisasi, rambutan merupakan komoditas yang memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan dengan quisqualis dan mandevilla. Karakteristik rambutan yang memiliki batang keras lebih sulit untuk diperbanyak dibandingkan dengan quisqualis dan mandevilla. Risiko portofolio quisqualis, mandevilla dan rambutan merupakan risiko yang paling tinggi di

antara diversifikasi tiga komoditas lainnya. Hal ini dikarenakan dalam gabungan tiga komoditas ini terdapat komoditas yang memiliki risiko paling tinggi, yaitu rambutan. Hal ini dapat dikatakan bahwa dengan mengusahakan diversifikasi dimana terdapat komoditas yang memiliki risiko paling tinggi, maka risiko diversifikasi yang didapat juga akan lebih tinggi dibandingkan jika diversifikasi pada komoditas yang memiliki risiko lebih rendah. Namun, kegiatan diversifikasi ini juga dapat meminimalkan risiko produksi pada kegiatan spesialisasi.

3. Quisqualis, Lengkeng dan Rambutan

Berdasarkan penilaian risiko, dapat dilihat bahwa nilai expected return pada kegiatan diversifikasi quisqualis, lengkeng dan rambutan berada di antara expected return pada spesialisasi quisqualis, lengkeng dan rambutan. Dilihat dari nilai coefficient variation, maka dapat dikatakan bahwa kegiatan diversifikasi quisqualis, lengkeng dan rambutan memiliki risiko lebih rendah jika dibandingkan dengan risiko pada kegiatan spesialisasinya. Nilai coefficient variation pada kegiatan diversifikasi adalah sebesar 0,178, sedangkan nilai coefficient variation tertinggi pada kegiatan spesialisasinya adalah sebesar 0,216. Adanya kegiatan diversifikasi tiga komoditas ini dapat menurunkan risiko sebesar 0,038. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kegiatan diversifikasi tiga komoditas ini dapat menurunkan risiko produksi yang ada.

Dari hasil penilaian risiko spesialisasi, rambutan merupakan komoditas yang memiliki risiko paling tinggi dibandingkan dengan quisqualis dan lengkeng. Karakteristik rambutan yang memiliki batang keras lebih sulit untuk diperbanyak dibandingkan dengan quisqualis dan lengkeng. Namun, pada kegiatan diversifikasi tiga komoditas ini memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan diversifikasi tiga komoditas lainnya yang sama-sama terdapat komoditas rambutan dalam diversifikasinya. Hal ini dikarenakan, pada diversifikasi ini