• Tidak ada hasil yang ditemukan

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1 Konsep Risiko

Kata risiko banyak digunakan dalam berbagai pengertian, ada beberapa pengertian mengenai definisi risiko untuk membantu memahami konsep risiko dengan lebih jelas. Menurut Robison dan Barry (1987) menyitir pendapat Frank Knight, risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pembuat keputusan berdasarkan pengalaman. Harwood, et al (1999) mendefinisikan risiko adalah proses kegiatan yang menimbulkan kejadian yang tidak dapat ditangani, sehingga menimbulkan kerugian bagi pihak yang mengalaminya. Robison dan Barry (1987) yang menyitir pendapat Frank Knight membedakan antara risiko dan ketidakpastian berdasarkan informasi yang tersedia untuk menghasilkan probabilitas. Jika pembuat keputusan menghadapi situasi yang sama dengan kejadian di masa lalu dan tersedianya informasi untuk mengukur probabilitas maka situasi tersebut dikatakan risiko, sedangkan jika tidak tersedianya informasi untuk mengukur probabilitas maka situasi tersebut dikatakan ketidakpastian.

Debertin (1986) menyatakan bahwa risiko merupakan kondisi dimana peluang terjadinya suatu kejadian sudah dapat diperhitungkan dengan baik oleh si pembuat keputusan. Debertin (1986) juga membedakan antara konsep risiko dan ketidakpastian. Pertanian terjadi dalam lingkungan yang ditandai dengan risiko dan ketidakpastian. Rangkaian kejadian risiko dan ketidakpastian dapat dilihat pada Gambar 2. Menurut Debertin (1987), ketidakpastian lingkungan adalah kemungkinan hasil dan kemungkinan kejadian tersebut tidak dapat diketahui. Sedangkan risiko yaitu antara hasil dan kemungkinan dari suatu kejadian yang dapat diketahui. Gambar 2 menjelaskan bahwa peristiwa di dunia dapat digolongkan menjadi dua situasi, yaitu kejadian yang mengandung risiko (risk events) dan kejadian yang tidak pasti (uncertain events).

Probability dan hasil Probability dan hasil tidak dapat diketahui dapat diketahui

Risiko (risk events) Ketidakpastian (uncertain events)

Gambar 2. Rangkaian Kejadian Risiko dan Ketidakpastian Sumber : Debertin (1986)

Gambar 2 juga menjelaskan mengenai perbedaan antara risiko dan ketidakpastian. Risiko berhubungan dengan suatu kejadian yang hasil akhir dan probabilitas terjadinya dapat diketahui. Ketidakpastian berhubungan dengan kejadian yang hasil akhir dan probabilitas terjadinya tidak dapat diketahui.

Kountur (2008) menyatakan bahwa secara sederhana risiko diartikan sebagai kemungkinan kejadian yang merugikan. Ada tiga unsur penting dari sesuatu yang dianggap sebagai risiko, yaitu merupakan suatu kejadian; kejadian tersebut masih merupakan kemungkinan, bisa saja terjadi bisa saja tidak terjadi; dan jika sampai terjadi, akan menimbulkan kerugian. Jika salah satu dari kriteria tersebut tidak terpenuhi, maka pernyataan itu bukan merupakan risiko.

Harwood, et al. (1999) menyatakan beberapa jenis risiko yang dapat dihadapi oleh pelaku usaha diantaranya adalah :

1. Risiko Produksi (Yield risk)

Risiko produksi merupakan kegagalan yang terjadi dalam proses budidaya atau proses menghasilkan suatu komoditas yang diakibatkan oleh faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan. Bentuk umumnya berhubungan dengan keadaan alam seperti curah hujan yang tidak menentu, perubahan cuaca yang tidak sesuai dengan perkiraan, serta serangan hama dan penyakit yang tidak terkontrol.

2. Risiko Pasar atau Harga (Market risk)

Risiko pasar merupakan risiko yang terjadi akibat dari tidak stabilnya harga komoditi baik yang digunakan sebagai sumber daya atau input maupun output sebagai hasil dari usaha. Selain itu, risiko pasar juga dipengaruhi oleh

penurunan jumlah permintaan terhadap output perusahaan, mutu produk yang tidak sesuai, persaingan antar sesame produsen, kegaglan strategi pemasaran, dan kelemahan daya tahan tawar perusahaan dibandingkan pembeli.

3. Risiko Kelembagaan (Institusional risk)

Risiko kelembagaan merupakan risiko yang disebabkan perubahan- perubahan kebijakan makro dan mikro oleh pemerintah atau lembaga pembuat kebijakan dalam bidang pertanian. Perubahan kebijakan ini dapat berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap kegiatan usaha perusahaan, contohnya berupa kebijakan harga bibit tanaman, kebijakan harga jual, kebijakan penggunaan pupuk kimia dan kebijakan ekspor impor.

4. Risiko Sumber Daya Manusia (Personal risk)

Risiko sumber daya manusia yaitu rsisiko yang dihadapi perusahaan yang berkaitan dengan perilaku manusia dalam melakukan usaha. Risiko ini dapat menyebabkan kerugian, contohnya ketika melakukan kesalahan pencatatan data, kelalaian dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab, pencurian, rusaknya fasilitas produksi, mogok kerja, ataupun meninggalnya tenaga kerja pada saat menjalankan tugas.

5. Risiko Keuangan (Financial risk)

Risiko keuangan merupakan bentuk-bentuk risiko yang dihadapi perusahaan terkait dengan bidang keuangan, khususnya dalam hal permodalan. Jika perusahaan memiliki modal yang berasal dari pinjaman bank, maka akan berhadapan dengan tingkat suku bunga kredit. Selain itu, kenaikan Upah Minimum Regional (UMR), piutang hutang yang macet dan aliran uang yang rendah juga merupakan faktor-faktor yang menyebabkan perusahaan dihadapkan pada risiko keuangan.

Kountur (2008), menyatakan bahwa risiko dapat diklasifikasikan dari sudut pandang penyebab timbulnya risiko, akibat yang ditimbulkan, aktivitas yang dilakukan dan sudut pandang kejadian yang terjadi.

1. Risiko dari Sudut Pandang Penyebab

Risiko dapat dilihat dari sudut pandang sebab terjadinya risiko. Ada dua macam risiko apabila dilihat dari sudut pandang sebab terjadinya, yaitu risiko keuangan dan risiko operasional. Risiko keuangan adalah risiko yang disebabkan

oleh faktor-faktor keuangan seperti harga, tingkat bunga, dan mata uang asing. Risiko operasional adalah risiko-risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor non keuangan, yaitu manusia, teknologi dan alam.

2. Risiko dari Sudut Pandang Akibat

Ada dua kategori risiko jika dilihat dari akibat yang ditimbulkan, yaitu risiko murni dan spekulatif. Suatu kejadian bisa berakibat merugikan saja atau bisa berakibat merugikan atau menguntungkan. Apabila suatu kejadian yang berakibat hanya merugikan saja dan tidak memungkinkan adanya keuntungan, maka risiko tersebut dinamakan risiko murni. Contoh risiko murni adalah terjadinya kebakaran yang hanya memungkinkan terjadinya kerugian dan tidak memungkinkan adanya keuntungan. Risiko spekulatif adalah risiko yang tidak saja memungkinkan terjadinya kerugian, tetapi juga memungkinkan terjadinya keuntungan. Contohnya risiko investasi, jika melakukan investasi bisa saja menimbulkan kerugian dan bisa saja menimbulkan keuntungan.

3. Risiko dari Sudut Pandang Aktivitas

Banyaknya risiko dari sudut pandang aktivitas dilihat dari jumlah aktivitas yang ada. Contohnya adalah risiko kredit, dimana adanya aktivitas pemberian kredit oleh bank. Selain itu, orang menghadapi risiko dalam melakukan aktivitas perjalanan disebut dengan risiko perjalanan.

4. Risiko dari Sudut Pandang Kejadian

Risiko dapat dikelola dengan baik jika dinyatakan berdasarkan kejadiannya. Hal ini dikarenakan dengan menyatakan risiko berdasarkan kejadian, maka dapat diketahui cara-cara apa yang akan dilakukan untuk mengelola risiko tersebut. Contohnya adalah risiko kebakaran, dimana kejadian yang terjadi adalah kebakaran.

Menurut Lam (2008), terdapat tiga jenis risiko utama yaitu risiko pasar, risiko pergerakan harga yang berdampak negatif terhadap perusahaan; risiko kredit, risiko kegagalan pelanggan, pihak ketiga atau pemasok untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya; dan risiko operasional, risiko kegagalan orang, proses dan sistem, atau risiko terjadinya suatu peristiwa eksternal (misalnya gempa bumi dan kebakaran) yang berdampak negative terhadap perusahaan.

3.1.2 Risiko Portofolio

Penilaian risiko didasarkan pada pengukuran penyimpangan (deviation) terhadap return dari suatu aset. Menurut Elton dan Gruber (1995) terdapat beberapa ukuran risiko diantaranya yaitu perhitungan nilai varian (variance), standar baku (standard deviation) dan koefisien variasi (coefficient variation). Standar baku merupakan akar kuadrat dari perhitungan nilai varian, sedangkan koefisien variasi merupakan rasio antara nilai standar baku dengan nilai expected return. Expected return merupakan nilai atau hasil yang diharapkan oleh pelaku usaha. Expected return didapat dari peluang dengan return yang didapat oleh pelaku usaha dalam usahanya.

Alat penilaian risiko dengan varian dan standar baku seringkali dianggap kurang tepat jika dibandingkan dengan penerimaan (return). Varian dan standar baku hanya menunjukkan nilai risiko yang absolut dan tidak mempertimbangkan risiko dengan hasil yang diharapkan (expected return), sehingga kurang tepat untuk penilaian risiko. Model perhitungan yang paling tepat untuk menilai risiko adalah koefisien variasi. Koefisien variasi adalah ukuran risiko yang sudah memperhitungkan antara nilai risiko yang dihadapi perusahaan dan perbandingannya dengan setiap satu satuan penerimaan (return) yang diperoleh perusahaan. Koefisien variasi dapat membandingkan dengan satuan yang sama. Dengan demikian, pengambil keputusan dapat mengambil keputusan untuk menentukan sikap dalam memilih kegiatan usaha yang dijalankan dengan besarnya risiko yang dihadapi.

Setiap pelaku usaha memiliki perilaku yang berbeda dalam menghadapi risiko, perilaku tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu sebagai berikut (Robison dan Barry, 1987) :

a. Pembuat keputusan yang takut terhadap risiko (risk aversion). Sikap ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan, maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menaikkan keuntungan yang diharapkan dan merupakan ukuran tingkat kepuasaan.

b. Pembuat keputusan yang berani terhadap risiko (risk taker). Sikap ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan,

maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menurunkan keuntungan yang diharapkan.

c. Pembuat keputusan yang netral terhadap risiko (risk neutral). Sikap ini menunjukkan jika terjadi kenaikan ragam dari keuntungan, maka pembuat keputusan tidak akan mengimbangi dengan menaikkan atau menurunkan keuntungan yang diharapkan.

Pelaku bisnis mempunyai banyak alternatif dalam melakukan investasi. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan pelaku bisnis dalam menginvestasikan dananya adalah dengan melakukan kombinasi dari beberapa kegiatan usaha atau aset. Kombinasi dari beberapa kegiatan usaha atau aset ini dinamakan dengan diversifikasi. Kountur (2008), menyatakan bahwa diversifikasi adalah cara menempatkan aset atau harta dibeberapa tempat sehingga jika salah satu tempat mengalami kerugian, maka tidak akan menghabiskan semua aset yang dimiliki. Diversifikasi merupakan salah satu cara yang efektif dalam mengurangi dampak dari risiko. Menurut Robison dan Barry (1987), faktor utama yang mempengaruhi diversifikasi adalah korelasi antara pengembalian aset; jumlah aset yang dimiliki; dan skala ekonomi dalam produksi.

Teori diversifikasi atau portofolio merupakan manajemen strategi untuk menekan risiko dengan cara mengusahakan beberapa aktivitas usaha atau aset (Harwood et al,. 1999). Teori portofolio merupakan teori yang menjelaskan penyaluran modal kedalam berbagai macam investasi dengan tujuan untuk menekan risiko. Teori portofolio membahas portofolio yang optimum, yaitu portofolio yang memberikan hasil pengembalian tertinggi pada suatu tingkatan risiko tertentu atau tingkat risiko paling rendah dengan suatu hasil tertentu.

Teori portofolio membantu manajemen dalam pengambilan keputusan mengenai kombinasi investasi yang paling aman dikaitkan dengan tingkat risiko yang dihadapi. Dasar teori ini adalah pada kenyataannya investor tidak menginvestasikan seluruh dana hanya untuk satu jenis investasi tetapi melakukan diversifikasi dengan tujuan menekan risiko. Fluktuasi tingkat keuntungan akan berkurang karena saling menghilangkan jika memiliki beberapa jenis investasi. Elton dan Gruber (1995), menyatakan bahwa risiko portofolio lebih kompleks dibandingkan dengan risiko pada aset individu, dimana diharapkan salah satu aset

memiliki return yang baik ketika aset lain memiliki return yang menurun. Dengan demikian, Elton dan Gruber lebih menekankan untuk melakukan kombinasi dua aset atau lebih (portofolio). Analisis kombinasi dua aset atau lebih dilakukan untuk menganalisis risiko kombinasi dari semua aset yang mungkin berisiko dibandingkan dengan individual aset. Perhitungan variance menurut Elton dan Gruber (1995) pada portofolio adalah sebagai berikut :

 

              k    

Dimana :

σp2 = Variance portofolio untuk investasi dua aset yang digabungkan σij = Covariance antara investasi dua aset yang digabungkan

k = Fraction portofolio pada investasi aset i (aset pertama) (1-k) = Fraction portofolio pada investasi aset j (aset kedua)

Covariance antara kedua investasi i dan j dihitung dengan menggunakan persamaan berikut (Elton dan Gruber, 1995) :

   

Dimana :

ρij = Nilai koefisien korelasi diantara aset i dan j

Perhitungan portofolio lebih dari dua aset dikemukakan oleh Diether (2009). Menurut Diether, perhitungan expected return pada risiko portofolio lebih dari dua aset adalah:

E(rp) = waE(ra) + wbE(rb) +… + wnE(rn) Dimana proporsi dari masing-masing aset adalah:

wa + wb + … + wn = 1

Sedangkan rumusan perhitungan variance untuk risiko portofolio lebih dari dua aset adalah:

σp2 = waσ2(ra) + wbσ2(rb) + ··· + wnσ2(rn) + 2wawbcov (ra,rb) + 2wawccov

(ra,rc) + ··· + 2wawncov (ra,rn) + 2wbwccov (rb,rc) + 2wbwdcov (rb,rd) + ··· +

Dimana :

E (rp) : Expected return dari keseluruhan usaha diversifikasi (1,2,…, n)

wa, wb, …, wn : Fraction (proporsi) penggunaan masing-masing aset (1,2,…,n) σp2 : Variance portofolio untuk masing-masing investasi (1,2,…, n)

cov (ra,rb;…; ra,rn; rb,rc;…; rb,rn): Covariance antara masing-masing aset (ra,rb;…;

ra,rn; rb,rc;…; rb,rn)

  Dalam perhitungan nilai covariance pada analisis risiko portofolio, perlu diperhatikan juga nilai koefisien korelasi. Koefisien korelasi merupakan alat ukur statistik mengenai hubungan dari serial data yang menunjukkan pergerakan bersamaan relatif (relative comovements) antara serial data tersebut. Jika serial data bergerak dengan arah yang sama disebut dengan korelasi positif, sebaliknya jika bergerak dengan arah berlawanan disebut korelasi negatif. Nilai koefisien korelasi antara aset i dan j memiliki nilai maksimum positif satu (+1) dan minimum satu (-1). Beberapa kemungkinan korelasi diantara kedua aset diantaranya sebagai berikut (Elton dan Gruber, 1995):

1. Nilai koefisien korelasi positif satu (+1) memiliki arti bahwa kombinasi dari dua aset i dan j selalu bergerak bersama-sama.

2. Nilai koefisien korelasi negatif satu (-1) memiliki arti bahwa kombinasi dari dua aset i dan j selalu bergerak berlawanan arah.

3. Nilai koefisien korelasi sama dengan nol (0) memiliki arti bahwa kombinasi dari dua aset i dan j tidak ada hubungan satu dengan lainnya.

4. Nilai koefisien korelasi sama dengan 0,5 memiliki arti bahwa kombinasi dari dua aset i dan j tidak ada hubungan satu dengan lainnya.

Beberapa nilai koefisien tersebut dapat menunjukkan bagaimana risiko portofolio yang dihadapi dibandingkan dengan risiko masing-masing aset atau spesialisasi. Pada penelitian ini, koefisien korelasi diasumsikan memiliki nilai (+1) atau memiliki korelasi positif diantara komoditas yang digabungkan. Penilaian ini didasarkan pada jika adanya peningkatan pengendalian hama dan penyakit pada aset satu, maka aset lainnya juga dilakukan peningkatan pengendalian hama dan penyakit. Adanya diversifikasi dapat memberikan peningkatan investasi dalam peningkatan produksi. Hal ini akan berpengaruh terhadap hasil produksi yang didapat perusahaan dan pendapatan yang akan diterima perusahaan dengan harapan dapat memperkecil risiko.

3.1.3 Strategi Pengelolaan Risiko

Strategi pengelolaan risiko merupakan langkah-langkah yang dapat ditempuh perusahaan untuk menangani terjadinya risiko. Kountur (2008) menyatakan bahwa dalam menangani risiko-risiko yang ada di dalam perusahaan, diperlukan suatu proses yang dikenal dengan istilah Proses Pengelolaan Risiko.

Menurut Kountur (2008), proses manajemen atau pengelolaan risiko dimulai dengan mengidentifikasi risiko-risiko apa saja yang dihadapi perusahaan. Kemudian mengukur risiko-risiko yang telah diidentifikasi untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan terjadinya risiko dan seberapa konsekuensi dari risiko tersebut.Pengukuran risiko dilakukan dengan menggunakan variance, standard deviation dan coefficient variation. Langkah selanjutnya adalah menangani risiko-risiko yang ada untuk memberikan tindakan usulan apa yang akan dilakukan untuk menangani risiko-risiko tersebut, sehingga segala kemungkinan kerugian dapat diminimalkan. Setelah itu dilakukan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana manajemen risiko yang diterapkan dalam perusahaan dapat meminimalkan risiko yang ada. Gambaran proses pengelolaan risiko perusahaan dan output yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 3.

PROSES OUTPUT --- Daftar Risiko ---- Expected Return ---- Usulan/Penanganan Risiko Sumber : Kountur (2008)

Menurut Kountur (2008) Strategi pengelolaan risiko dapat dibedakan menjadi dua, yaitu strategi preventif dan strategi mitigasi.

Evaluasi

Identifikasi Risiko

Pengukuran Risiko

Penanganan Risiko

1. Preventif

Strategi preventif dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko. Strategi ini dilakukan apabila probabilitas risiko besar. Preventif dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya :

a. Membuat (memperbaiki) sistem dan prosedur b. Mengembangkan sumberdaya manusia c. Memasang atau memperbaiki fasilitas fisik.

2. Mitigasi

Strategi mitigasi adalah strategi pengelolaan risiko yang bertujuan untuk memperkecil dampak atau kerugian yang ditimbulkan dari risiko yang ada.STrategi mitigasi dilakukan untuk menangani risiko yang memiliki dampak yang besar. Beberapa cara yang termasuk ke dalam strategi mitigasi adalah :

a. Diversifikasi

Diversifikasi adalah cara menempatkan asset atau harta di beberapa usaha sehingga salah satu usaha terkena musibah, maka tidak akan menghabiskan seluruh asset yang dimiliki. Diversifikasi merupakan salah satu cara pengelolaan risiko yang paling efektif dalam mengurangi dampak risiko. Menurut Harwood et al. (1999), kelebihan dari diversifikasi adalah mengurangi risiko, meminimalkan tenaga kerja, mengurangi penggunaan peralatan dan meminimalkan biaya. Sementara itu, keterbatasan yang dimiliki diversifikasi adalah membutuhkan perlengkapan khusus, membutuhkan keahlian manajerial yang lebih luas dan teknologi menjadi lebih rumit.

b. Penggabungan

Penggabungan atau merger adalah usaha pengelolaan risiko yang menekankan pada kegiatan penggabungan dengan pihak perusahaan lain. Contoh strategi penggabungan adalah merger atau akuisisi dengan perusahaan lain.

c. Pengalihan risiko

Pengalihan risiko (risk transfer) adalah cara pengelolaan risiko dengan mengalihkan dampak dari risiko ke pihak lain. Hal ini bertujuan apabila terjadi kerugian pada pihak perusahaan, maka yang menanggung kerugian adalah pihak lain. Beberapa cara untuk mengalihkan dampak atau kerugian kepada pihak lain adalah dengan asuransi, leasing, outsourcing, dan hedging.

Jasa asuransi dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk mengalihkan dampak suatu risiko. hal ini bisa dilakukan dengan mengasuransikan asset perusahaandan membayar permi asuransi secara rutin. Jika dikemudian hari terjadi kerugian maka pihak asuransi akan menanggung kerugian yang muncul sesuai dengan kontrak perjanjian yang telah disepakati oleh kedua pihak.

Leasing merupakan salah satu cara mengurangi risiko-risiko yang dampaknya besar. Leasing adalah cara dimana suatu asset digunakan tetapi pemilikannya adalah pihak lain. Jika terjadi sesuatu pada asset tersebutmaka pemiliknya yang adalah pihak lain yang menanggung kerugian atas aset tersebut.

Outsourcing merupakan cara dimana pekerjaan diberikan kepada pihak lain untuk mengerjakannya sehingga jika terjadi kerugian maka perusahaan tidak menanggung kerugian tersebut, melainkan pihak yang melakukan pekerjaan tersebutlah yang menanggung kerugiannya. Hedging merupakan cara pengalihan risiko dengan mengurangi dampak risiko melalui transaksi penjualan atau pembelian. Beberapa cara untuk melakukan hedging adalah melalui forward contract, future contract dan option and swap.

Debertin (1986), menyatakan strategi-strategi yang bisa diterapkan oleh petani adalah sebagai berikut :

a. Asuransi Pertanian

Sumber risiko dapat dikurangi dengan cara pembelian polis asuransi. Seseorang membeli asuransi kebakaran, bukan berarti bahwa mereka berharap terjadi kebakaran pada sesuatu yang telah diasuransikan. Hal tersebut dilakukan karena biaya asuransi lebih rendah dibandingkan dengan kemungkinan biaya yang harus ditanggung jika terjadi kebakaran.

b. Kontrak

Sistem kontrak adalah mekanisme untuk mengurangi atau menghilangkan risiko dan ketidakpastian harga dengan penentuan harga yang harus dibayar setelah panen atau pada saat hasil panen tersebut siap untuk dijual. The future market merupakan salah satu kontrak yang dilakukan oleh petani selama penjualan komoditas yang spesifik berada pada harga yang spesifik pula untuk pengiriman waktu yang akan datang.

c. Fasilitas dan Perlengkapan yang Fleksibel

Fasilitas akan memungkinkan petani memiliki perencanaan jangka panjang. Petani lebih memilih untuk membangun fasilitas dan perlengkapan yang disesuaikan dengan penggunaannya untuk mencegah timbulnya ketidakpastian. d. Diversifikasi

Diversifikasi adalah strategi yang digunakan petani dengan mengusahakan beberapa macam komoditas. Diversifikasi bertujuan untuk menghindari kerugian yang ditimbulkan dari jenis usaha/komoditas lainnya.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

PT. Istana Alam Dewi Tara merupakan perusahaan yang bergerak dibidang tanaman hias dan bibit tanaman buah dengan lahan seluas + 3 Ha yang digunakan untuk memproduksi berbagai jenis tanaman hias dan bibit tanaman buah. PT. Istana Alam Dewi Tara menghadapi risiko dalam menjalankan usahanya, terutama dalam kegiatan produksi. Risiko produksi tersebut dapat disebabkan karena adanya perubahan cuaca atau iklim dan kelembaban yang sulit untuk diprediksi dan dikendalikan, terserang hama dan penyakit, kurang terampilnya tenaga kerja dalam melakukan kegiatan perbanyakan tanaman pada proses produksi serta kondisi peralatan dan bangunan yang kurang memadai.

Risiko produksi yang ditimbulkan menyebabkan hasil produksi serta kualitas tanaman hias dan bibit tanaman buah menjadi rendah, seperti pada tanaman hias quisqualis dan mandevilla serta bibit tanaman buah lengkeng dan rambutan. Indikasi adanya risiko produksi pada Istana Alam Dewi Tara dilihat dari adanya fluktuasi produksi. Adanya fluktuasi produksi ini akan berpengaruh terhadap penerimaan dan pendapatan yang diperoleh perusahaan. Maka dari itu, perlu dilakukan upaya untuk mengatasi risiko produksi. Upaya untuk mengatasi risiko tersebut adalah dengan melakukan strategi pengelolaan risiko untuk memperkecil terjadinya risiko produksi dengan.

Penelitian ini mengkaji analisis risiko produksi yang dilakukan oleh PT. Istana Alam Dewi Tara, yaitu dengan pendekatan diversifikasi untuk menganalisis risiko lebih dari satu komoditas. Komoditas yang dikaji terdiri dari empat komoditas yaitu tanaman hias quisqualis, mandevilla dan bibit tanaman buah lengkeng, rambutan. Penelitian ini akan mengkaji penyebab terjadinya risiko

produksi, kemudian menganalisis risiko produksi untuk mengetahui tingkat risiko pada spesialisasi dan diversifikasi dengan menggunakan variance, standard deviation, dan coefficient variation. Hasil analisis akan digunakan untuk mencari alternatif manajemen risiko yang dapat dijadikan pertimbangan dalam mengatasi risiko pada PT. Istana Alam Dewi Tara. Hasil analisis tersebut juga digunakan untuk mencari strategi agar dapat meminimalkan risiko produksi yang disebabkan oleh sumber-sumber risiko yang ada. Alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Alur Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Risiko Produksi Tanaman Hias dan Bibit Tanaman Buah pada PT Istana Alam Dewi Tara Sawangan Depok

Alternatif strategi manajemen risiko Tujuan PT. Istana Alam Dewi Tara : memaksimumkan keuntungan dan meminimalkan risiko

Risiko Produksi tanaman hias dan tanaman buah “PT Istana Alam Dewi Tara”

Fluktuasi/variasi Produksi

Identifikasi Sumber Risiko Produksi:

• Cuaca atau klim

• Hama dan penyakit

• Tenaga Kerja

• Teknologi

Analisis Risiko Spesialisasi dan Portofolio dengan pendekatan kuantitatif:

Variance, Standard Deviation, Coefficient Variation

IV METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Perusahaan Istana Alam Dewi Tara