• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAERAH:

Dalam dokumen KAJIAN FISKAL REGIONAL (Halaman 126-130)

BAB VI ANALISIS POTENSI DAN TANTANGAN EKONOMI REGIONAL

B. ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAERAH:

Salah satu keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah diantaranya dengan adanya integrasi ekonomi yang menyeluruh dan berkesinambungan di antara semua sektor produksi. Dalam sistem ekonomi pasar (market economy system), integrasi ekonomi terlihat ketika pelaku ekonomi melakukan jual beli input produksi. Namun suatu sektor ekonomi tidak bisa

berkembang mengandalkan kekuatannya

sendiri tanpa dukungan dari sektor lainnya. Sebagai contoh, seorang produsen roti membutuhkan input tepung sebagai bahan bakunya. Untuk itu produsen tersebut harus membelinya dari pabrik tepung. Sementara itu, pabrik tepung membutuhkan mesin-mesin untuk

memproduksi tepungnya dan begitu seterusnya sehingga sulit menemukan akhir dari interaksi ekonomi tersebut.

Salah satu model yang dapat menjelaskan interaksi diantara pelaku ekonomi adalah model input-output yang pertama kali dikenalkan oleh Wassily Leontief pada tahun 1930-an yang kemudian mendapatkan Nobel pada tahun 1973 (Miler dan Blair, 1985). Melalui input-output model dapat diketahui aliran keterkaitan

antarsektor dalam suatu perekonomian.

Misalkan input produksi dari sektor A merupakan output dari sektor B, dan sebaliknya input dari sektor B merupakan output dari sektor A yang pada akhirnya keterkaitan antarsektor akan

menyebabkan keseimbangan antara

penawaran dan permintaan dalam suatu perekonomian.

B.1 Konsep dan Definisi

Beberapa konsep penting dari variabel yang digunakan dalam analisis input output yaitu:

1. Output

Merupakan nilai dari seluruh faktor produksi yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi dengan memanfaatkan faktor produksi yang tersedia di suatu wilayah

2. Input Antara

Merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk barang dan jasa yang digunakan habis dalam proses produksi. Contohnya: bahan baku, bahan penolong, jasa perbankan dan sebagainya.

3. Input Primer

Merupakan input atau biaya yang timbul sebagai akibat dari pemakaian faktor produksi dalam suatu kegiatan ekonomi. Contohnya: upah/gaji, surplus usaha, penyusutan barang modal dan pajak tak langsung netto.

95

Kajian Fiskal Regional Tahun 2019 Provinsi Papua Barat Analisis Potensi dan Tantangan Ekonomi Regional

4. Permintaan Akhir

Merupakan permintaan atas barang dan jasa yang digunakan untuk konsumsi akhir, terdiri dari konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok dan ekspor-impor.

B.2 Metodologi Pengukuran

Menurut Badan Pusat Statistik, model input output pada dasarnya merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks (tabel) yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa serta saling keterkaitan antar satuan kegiatan ekonomi (sektor) dalam suatu wilayah pada suatu periode waktu tertentu. Isian sepanjang baris dalam matriks menunjukan bagaimana output suatu sektor ekonomi dialokasikan ke sektor-sektor lainnya untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir, sedangkan isian dalam kolom menunjukan pemakaian input antara dan input primer oleh suatu sektor dalam proses produksinya.

Terdapat 2 (dua) metode untuk menyusun suatu tabel Input-Output (I-O) yaitu metode panjang (long-way) dan metode pendek (short-cut) dengan penjelasan sebagai berikut.

1. Metode Panjang (Long-Way)

Metode ini biasanya dikenal sebagai metode survei (survey method). Metode ini dimaksudkan untuk membangun tabel I-O dari tahap nol (tabel I-O belum ada) sampai tabel I-O tersebut menjadi ada, dengan menggunakan data secara lengkap, baik data yang sudah tersedia atau pun data yang diperoleh melalui penyelenggaraan berbagai survei, dan melalui rekonsiliasi atau siklus iterasi yang dilakukan berkali-kali. Oleh karena itu, metode ini disebut sebagai metode panjang (long-way) karena membutuhkan suatu proses yang lama dan panjang yang membutuhkan data kompleks

hasil dari berbagai survei. Misalnya data mengenai output, input antara yang dihasilkan atau yang digunakan oleh berbagai kegiatan ekonomi, data mengenai impor input antara, data mengenai impor pengeluaran konsumsi rumah tangga, data mengenai pengeluaran

pemerintah, data mengenai Anggaran

Pengeluaran dan Belanja Negara (APBN), data mengenai investasi, data struktur produksi dalam menghasilkan output, data mengenai pajak tidak langsung dan subsidi, dan sebagainya. 2. Metode Pendek (short-cut)

Metode kedua adalah metode pendek (short-cut) atau biasa juga disebut sebagai metode bukan-survei (non-survey method). Metode ini tidak melakukan penyusunan tabel I-O seperti

metode panjang (long-way), tetapi

menggunakan tabel I-O yang telah tersedia yaitu dengan cara melakukan proses updating data terbaru namun sifatnya terbatas dengan tetap menggunakan koefisien-koefisien input yang sama karena diasumsikan bahwa tidak terdapat perubahan teknologi selama periode waktu tertentu atau dengan melakukan perbaikan terhadap koefisien-koefisien input berdasarkan data atau informasi terakhir yang diterima.

Pada analisis ini yang digunakan sebagai dasar perhitungan yaitu tabel I-O Provinsi Papua Barat tahun 2013 dengan 40 klasifikasi sektor dari padi sampai jasa lainnya. Dari tabel I-O tersebut dilakukan updating menggunakan metode modified RAS (Ratio Allocation System) model

Miller dan Blair (1985), yaitu dengan

memperbaharui satu atau beberapa koefisien input kegiatan produksi tertentu berdasarkan data yang diperoleh atau studi yang tersedia, dan kemudian melakukan proses iterasi terhadap kuadran 1 dan kuadran 3 setelah data

Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional

96

Analisis Potensi dan Tantangan Ekonomi Regional

Kajian Fiskal Regional Tahun 2019 Provinsi Papua Barat kuadran 3 (permintaan akhir) diperbaharui.

Dari 40 klasifikasi sektor pada tabel I-O Provinsi Papua Barat kemudian dipilih 10 sektor terbesar yang dihitung dari transaksi total produsen. Sepuluh sektor tersebut sebagai berikut.

B.3 Hasil dan Pembahasan

Aplikasi yang digunakan untuk memperoleh tabel I-O updating dalam analisis ini yaitu Aplikasi Input Output Regional kerjasama antara Pusat Antar Universitas (PAU) Studi Ekonomi UGM, Edocon dan Bappenas. Aplikasi tersebut merupakan aplikasi yang dikembangkan dari model input output Miller dan Blair untuk perencanaan ekonomi daerah secara sektoral. B.3.1 Analisis Pengganda (Multiplier)

Analisis ini digunakan untuk menilai dampak perubahan variabel eksogen (permintaan akhir) suatu sektor terhadap penciptaan output, pendapatan dan kesempatan kerja. Hasil dari

perhitungan masing-masing pengganda

(multiplier) dapat dilihat pada tabel berikut ini.

B.3.1.1 Pengganda Output

Dari hasil perhitungan pada tabel 6.3 terlihat bahwa sektor dengan nilai pengganda output terbesar yaitu industri pengolahan migas dengan nilai sebesar 1,7085. Nilai tersebut menunjukan bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir pada sektor ini sebesar Rp1

juta, sementara sektor lain diasumsikan tetap, maka akan meningkatkan output seluruh sektor di dalam perekonomian sebesar Rp1,7085 juta. Setelah industri pengolahan migas, sektor dengan angka pengganda output terbesar yaitu sektor ikan dengan nilai sebesar 1,4130. B.3.1.2 Pengganda Pendapatan

Dari hasil perhitungan pada tabel 6.3 terlihat bahwa sektor dengan pengganda pendapatan tertinggi yaitu sektor jasa pendidikan sebesar Tabel 6.2

Struktur Permintaan dan Penawaran Berdasarkan Sektor Ekonomi Terbesar Provinsi Papua Barat Tahun 2013

(juta Rp) Kode

I-O Sektor

Permintaan / Penawaran

15 Industri Pengolahan Migas 37.054.834 14 Pertambangan dan Penggalian 14.354.088

23 Konstruksi 8.346.502

21 Industri Lainnya 6.908.640

17 Industri Makanan dan Minuman 4.647.288 37 Administrasi Pemerintahan dan Jaminan Sosial 4.419.085

25 Perdagangan 4.102.431

11 Ikan 2.039.327

34 Keuangan 1.994.373

38 Jasa Pendidikan 1.968.256

Sumber : BPS Provinsi Papua Barat dan Bappeda Provinsi Papua Barat (data diolah)

Tabel 6.3

Angka Pengganda (Multiplier) Sepuluh Sektor Ekonomi Provinsi Papua Barat Tahun 2019 Metode Modified RAS

Sektor

Multiplier

Output Income Employment

Industri Pengolahan Migas 1.7085 0.2001 0.0003 Pertambangan dan Penggalian 1.1740 0.1675 0.0004 Konstruksi 1.1747 0.4002 0.0003 Industri Lainnya 1.1711 0.3232 0.0145 Industri Makanan dan Minuman 1.1185 0.2932 0.0122 Administrasi Pemerintahan dan Jaminan Sosial 1.0000 0.7160 0.0001 Perdagangan 1.3108 0.2851 0.0006 Ikan 1.4130 0.2118 0.0050 Keuangan 1.1052 0.3053 0.0008 Jasa Pendidikan 1.3490 0.8161 0.0002

Sumber: Hasil Olah Data Aplikasi Input Output PAU UGM – Bappenas

97

Kajian Fiskal Regional Tahun 2019 Provinsi Papua Barat Analisis Potensi dan Tantangan Ekonomi Regional

0,8161. Artinya, jika terjadi peningkatan permintaan akhir pada sektor ini sebesar Rp1 juta, sementara sektor lain diasumsikan tetap,

maka akan meningkatkan pendapatan

masyarakat pada seluruh sektor di dalam perekonomian sebesar Rp816 ribu. Setelah jasa pendidikan, sektor dengan angka pengganda pendapatan terbesar yaitu sektor administrasi pemerintahan dan jaminan sosial dengan nilai sebesar 0,7160.

B.3.1.3 Pengganda Tenaga kerja

Dari hasil perhitungan pada tabel 6.3 terlihat bahwa sektor dengan pengganda tenaga kerja tertinggi yaitu industri lainnya sebesar 0,0145. Artinya, jika terjadi peningkatan permintaan akhir pada sektor ini sebesar Rp1 juta, sementara sektor lain diasumsikan tetap, maka akan meningkatkan kesempatan kerja seluruh sektor ekonomi sebanyak 14 orang. Yang dimaksud industri lainnya yaitu semua industri yang tidak termasuk ke dalam industri pengolahan migas, industri pengolahan ikan, industri makanan, industri barang kayu, industri kertas dan industri semen. Setelah industri lainnya, sektor dengan angka pengganda tenaga kerja terbesar yaitu industri makanan dan minuman dengan nilai sebesar 0,0168.

B.3.2 Analisis Keterkaitan Antar Sektor Ekonomi Melalui model I-O dapat diidentifikasi sektor – sektor yang mampu mendorong pertumbuhan sektor lainnya dengan cepat atau sering juga disebut sebagai sektor unggulan. Untuk menentukan sektor unggulan tersebut dapat menggunakan metode pengukuran keterkaitan antar sektor (industrial linkage analysis) oleh Chenery-Watanabe (1958) yang membagi ke dalam dua bagian yaitu keterkaitan ke belakang (backward linkage) dan keterkaitan ke depan (forward linkage). Rasmussen

sebagaimana dalam Hirschman (1958)

berpendapat lain dimana keterkaitan antar sektor terbagi menjadi dua yaitu dampak langsung (direct effect) dan dampak tidak langsung (indirect effect).

Keterkaitan ke belakang (backward linkage) adalah dampak dari suatu kegiatan produksi terhadap permintaan barang dan jasa sebagai input yang diperoleh dari sektor lain atau dapat disebut juga sebagai daya penyebaran. Sedangkan keterkaitan ke depan (forward linkage) adalah dampak yang ditimbulkan karena penyediaan hasil produksi suatu sektor terhadap penggunaan input oleh sektor lain atau disebut juga sebagai derajat kepekaan. Berdasarkan perhitungan keterkaitan antar sektor di Provinsi Papua Barat pada tabel 6.4, sektor yang memiliki keterkaitan ke depan (forward linkage) terbesar yaitu industri lainnya dan industri makanan-minuman dengan nilai

Tabel 6.4

Nilai keterkaitan Antar Sektor Ekonomi Provinsi Papua Barat Tahun 2019 Metode Modified RAS

Sector Linkages

Backward Forward

Industri Pengolahan Migas 1.7085 0.1255 Pertambangan dan

Penggalian 1.1740 0.4390

Konstruksi 1.1747 0.1353

Industri Lainnya 1.1711 0.9016

Industri Makanan dan

Minuman 1.1185 0.6752

Administrasi Pemerintahan

dan Jaminan Sosial 1.0000 0.2126

Perdagangan 1.3108 0.0000

Ikan 1.4130 0.1701

Keuangan 1.1052 0.4114

Jasa Pendidikan 1.3490 0.1552

Sumber: Hasil Olah Data Aplikasi Input Output PAU UGM – Bappenas

Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional

98

Analisis Potensi dan Tantangan Ekonomi Regional

Kajian Fiskal Regional Tahun 2019 Provinsi Papua Barat masing-masing sebesar 0,9016 dan 0,6752.

Sementara itu, sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) terbesar yaitu industri pengolahan migas dan ikan dengan nilai masing-masing sebesar 1,7085 dan 1,4130. B.4 Implikasi Kebijakan

Dari hasil perhitungan di atas kebijakan pengembangan sektoral yang dapat ditempuh pemerintah daerah Provinsi Papua Barat diantaranya:

1. Apabila dalam proses pembangunan lebih mengutamakan pertumbuhan ekonomi yang mantap, sebaiknya pemerintah daerah di Provinsi Papua Barat lebih berfokus untuk mendorong industri pengolahan migas dan sektor perikanan dikarenakan memiliki pengganda output terbesar.

2. Apabila sasaran utama dari proses

pembangunan adalah peningkatan

pendapatan masyarakat, maka kebijakan pemerintah daerah di Provinsi Papua Barat sebaiknya lebih fokus untuk mendorong sektor jasa pendidikan dikarenakan memiliki pengganda pendapatan terbesar.

3. Apabila fokus pembangunan daerah adalah peningkatan kesempatan kerja, maka kebijakan pemerintah daerah di

Provinsi Papua sebaiknya lebih

mengutamakan industri lainnya dan industri makanan-minuman dikarenakan memiliki pengganda tenaga kerja terbesar.

4. Sektor kunci yang dapat dijadikan unggulan oleh pemerintah daerah di Provinsi Papua Barat yaitu industri lainnya dan industri makanan-minuman dikarenakan memiliki derajat kepekaan tertinggi. Sementara itu industri pengolahan migas dan sektor ikan dapat dijadikan sektor kunci karena memiliki daya penyebaran terbesar.

C. Analisis Tantangan Ekonomi Regional

Dalam dokumen KAJIAN FISKAL REGIONAL (Halaman 126-130)