• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT PROVINSI

Dalam dokumen KAJIAN FISKAL REGIONAL (Halaman 66-70)

BAB III PERKEMBANGAN DAN ANALISIS APBN

B. PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT PROVINSI

Pendapatan pemerintah pusat di Provinsi Papua Barat terdiri dari penerimaan perpajakan dan penerimaan bukan pajak. Pada tahun 2019, realisasi pendapatan pemerintah pusat di Provinsi Papua Barat sebesar Rp2.945,09 miliar atau naik 18,1 persen dari tahun sebelumnya. Beberapa faktor utama yang mempengaruhi pencapaian realisasi pendapatan tersebut diantaranya:

1. Kondisi perekonomian nasional yang tidak terpengaruh dan tetap tumbuh meskipun terdapat ketidakopastian global dan

perang dagang AS-Tiongkok.

Perekonomian regional yang didorong sektor migas memberikan dampak yang baik terhadap penerimaan negara di Provinsi Papua Barat. Terjadi peningkatan persentase realisasi penerimaan terhadap target yang telah ditetapkan akibat multiplier effect dari migas terhadap industri lainnya;

2. Meskpiun ketergantungan penerimaan negara terhadap sumber daya alam (natural resources) memberikan risiko tingkat penerimaan yang rendah, namun harga pasar komoditas yang fluktuatif mempengaruhi peningkatan penerimaan; 3. Pelaksanaan proses produksi masih belum

mendapatkan inovasi sehingga bergantung pada ekspor bahan baku (raw material) dan tenaga kerja padat karya sehingga

41

Kajian Fiskal Regional Tahun 2019 Provinsi Papua Barat Perkembangan dan Analisis APBN

sedikit memberikan kontribusi bagi kenaikan penerimaan negara.

B.1 Penerimaan Perpajakan Pemerintah Pusat Penerimaan perpajakan pemerintah pusat tingkat provinsi terdiri atas penerimaan pajak dalam negeri dan pajak perdagangan internasional. Penerimaan pajak dalam negeri di Provinsi Papua Barat terdiri dari PPh Perseorangan, PPh Badan, PBB, PPN dan Pajak Lainnya. Sementara itu, di Provinsi Papua Barat tidak memiliki penerimaan negara berupa pajak perdagangan internasional. Berikut ini target dan realisasi penerimaan perpajakan pemerintah pusat di Provinsi Papua Barat tahun 2018 – 2019:

Realisasi penerimaan perpajakan pemerintah pusat di Provinsi Papua Barat mengalami peningkatan sebesar 20,85 persen yaitu dari Rp2.193,62 miliar pada tahun 2018 menjadi Rp2.651,04 miliar pada tahun 2019. Hal ini disebabkan oleh kenaikan realisasi pada jenis pajak PPN Dalam Negeri dan PPh non migas lainnya. Penerimaan kedua jenis pajak tersebut sangat ditentukan oleh kondisi perekonomian dimana pada tahun 2019 tetap tumbuh

meskipun berada pada ketidakpastian global. Dari keseluruhan jenis pajak pemerintah pusat yang ada di Provinsi Papua Barat, PPN Dalam Negeri masih mendominasi jumlah penerimaan pajak tahun 2019 mencapai Rp 1.322,53 miliar atau 50,69 persen dari total penerimaan pajak pemerintah pusat. Kemudian diikuti PPh perseorangan sebesar Rp849,35 miliar atau 32,55 persen dari total penerimaan pajak pemerintah pusat dengan kontribusi terbesar berasal dari penerimaan PPh Pasal 21 dan PPh Final.

Apabila dilihat per daerah, realisasi penerimaan pajak tertinggi pada tahun 2019 yaitu Kab. Manokwari dan Kota Sorong masing-masing sebesar Rp803,07 miliar dan Rp731,92 miliar. Hal ini disebabkan kedua daerah tersebut merupakan pusat perekonomian di Provinsi Papua Barat yang memiliki potensi penerimaan pajak yang lebih besar dibandingkan daerah lainnya. Adapun realisasi penerimaan pajak terendah yaitu Kab. Pegunungan Arfak dan Kab. Tambrauw masing-masing sebesar Rp16,06 miliar dan Rp20,99 miliar disebabkan kedua Tabel 3.2

Penerimaan Perpajakan Pemerintah Pusat di Provinsi Papua Barat Tahun 2018 – 2019 (miliar Rp)

Jenis Pajak Per Akun

2018 2019

Target Realisasi Target Realisasi PPh Non Migas 1,482.61 899.43 1,062.94 1,055.82 PPN dan

PPnBM 1,096.43 1,116.00 1,236.31 1,332.53

Pendapatan

atas PL & PIB 40.35 21.17 29.60 64.48

PBB dan BPHTB 132.85 121.82 125.03 155.80

PPh Migas 0 0,22 0 0,59

Cukai 0 0,19 0 0,36

Bea Masuk 1,01 34,79 1,06 41,49

TOTAL 2,752.25 2,193,62 2,453.88 2,651,04

Sumber: KPP Pratama Sorong dan Manokwari (data diolah)

731.92 317.83 201.42 129.06 126.68 64.94 46.22 45.64 21.80 21.52 20.99 16.06 0.00 200.00 400.00 600.00 800.00 MANOKWARI KOTA SORONG TELUK BINTUNI SORONG FAK FAK KAIMANA RAJA AMPAT SORONG SELATAN TELUK WONDAMA MAYBRAT MANOKWARI SELATAN TAMBRAUW PEGUNUNGAN ARFAK Grafik 3.1

Realisasi Penerimaan Pajak Tahun 2019 Per Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat (miliar Rp)

Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional

42

Perkembangan dan Analisis APBN

Kajian Fiskal Regional Tahun 2019 Provinsi Papua Barat daerah tersebut masih menggali

sumber-sumber penerimaan perpajakan lainnya. Jika dilihat per sektor, realisasi penerimaan pajak terbesar Provinsi Papua Barat pada tahun 2019 berasal dari sektor konstruksi sebesar Rp1.069,28 miliar atau 41,01 persen dari realisasi seluruh penerimaan pajak. Adapun dari 10 sektor penerimaan pajak terbesar di Papua Barat, realisasi penerimaan pajak terkecil berasal dari sektor real estate sebesar Rp1,89 miliar atau hanya 0,07 persen dari realisasi seluruh penerimaan pajak. Hal ini dapat dilihat pada grafik berikut.

Selanjutnya untuk melihat kinerja perpajakan pada suatu daerah maka digunakan tax ratio. Ukuran tersebut merupakan perbandingan antara jumlah penerimaan pajak di suatu daerah dibandingkan dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) daerah tersebut. Tax ratio menunjukkan kemampuan pemerintah dalam

mengumpulkan penerimaan pajak dan

kepatuhan pembayaran pajak oleh

masyarakat. Apabila tax ratio suatu daerah

semakin besar dapat diartikan bahwa

pemerintah lebih leluasa dalam

menyelenggarakan pemerintahan.

Tax ratio Provinsi Papua Barat mengalami kenaikan dari 3,02 persen pada tahun 2018 menjadi 3,09 persen pada tahun 2019. Nilai tax ratio sebesar 3,09 persen tersebut dapat

dikategorikan rendah jika dibandingkan

dengan tax ratio nasional sebesar 11,5 persen. Penurunan tersebut mengindikasikan bahwa

semakin berkurangnya potensi dan

kemampuan pemerintah dalam memungut pajak. Beberapa hal lainnya yang turut menyumbang rendahnya tax ratio di Provinsi Papua Barat diantaranya adalah telah berakhirnya program tax amnesty dan belum adanya program unggulan lainnya dalam meningkatkan penerimaan pajak sehingga optimalisasi penerimaan perpajakan belum maksimal.

Rendahnya tax ratio di Papua Barat juga dipengaruhi oleh meningkatnya besaran restitusi pajak yang terjadi pada tahun 2019 yang mengakibatkan pemerintah harus membayar kepada wajib pajak kelebihan 1,069.28 453.18 201.25 186.33 150.75 147.99 118.19 114.84 91.54 73.96 0.00 Konstruksi Administrasi Pemerintahan dan

Jaminan Sosial Wajib Sektor lainnya Industri Pengolahan Pertambangan dan Penggalian Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan…

Kegiatan Jasa Lainnya Jasa Keuangan dan Asuransi Transportasi dan Pergudangan Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan

Grafik 3.2

Realisasi Penerimaan Pajak Tahun 2019 per Sektor di Provinsi Papua Barat (miliar Rp)

Sumber: KPP Pratama Sorong dan Manokwari (data diolah)

1.38% 1.26% 1.25% 1.80% 1.56% 1.58% 0.03% 0.03% 0.08% 0.20% 0.17% 0.18% 0.00% 0.50% 1.00% 1.50% 2.00% 2017 2018 2019 Grafik 3.3

Perkembangan Tax Ratio Provinsi Papua Barat Tahun 2017 – 2019 (persen)

PPh Non Migas PPN dan PPnBM

Pendapatan atas PL dan PIB PBB dan BPHTB

43

Kajian Fiskal Regional Tahun 2019 Provinsi Papua Barat Perkembangan dan Analisis APBN

pembayaran pajak. Selain itu, rendahnya tingkat kesadaran wajib pajak di Provinsi Papua Barat untuk memenuhi kewajibannya turut mendorong penurunan tax ratio. Keadaan yang demikian memerlukan upaya lebih dari pemerintah dalam meningkatkan edukasi ke wajib pajak.

B.2 Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi

Selain dari sektor perpajakan, penerimaan negara yang bersumber dari bukan pajak saat ini juga telah mulai diperhitungkan untuk dijadikan andalan dalam memaksimalkan penerimaan negara. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) adalah semua penerimaan Pemerintah Pusat yang diterima dalam bentuk

penerimaan dari sumber daya alam,

Penerimaan bagian laba BUMN, PNBP lainnya serta Penerimaan BLU. Berdasarkan jenisnya, PNBP dapat dibedakan menjadi empat yaitu: penerimaan Sumber Daya Alam, Bagian Pemerintah atas Laba BUMN, Penerimaan Bukan Pajak Lainnya serta Pendapatan BLU. Penerimaan PNBP Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi di Provinsi Papua Barat tahun 2019 dapat dilihat pada tabel 3.3.

Dari tabel tersebut di atas, realisasi PNBP pemerintah pusat Provinsi Papua Barat tahun 2019 sebesar Rp294,04 miliar atau turun 1,99

persen dari realisasi PNBP tahun sebelumnya yang berjumlah Rp300,01 miliar. PNBP Lainnya memiliki kontribusi tertinggi dengan nilai Rp282,2 miliar atau 95,97 persen dari keseluruhan realisasi PNBP pemerintah pusat di Provinsi Papua Barat. Adapun kontribusi terkecil berasal dari Pendapatan BLU sebesar Rp11,84 miliar dikarenakan hanya berasal dari Penerimaan jasa pelayanan pendidikan yang dihasilkan oleh satker Balai Pendidikan dan Pelatihan Ilmu Pelayaran (BP2IP). Selain itu, faktor penetapan satker BP2IP sebagai instansi pemerintah yang menerapkan Pengelolaan Keuangan BLU oleh Menteri Keuangan masih tergolong baru yaitu 30 September 2016.

B.3 Analisis Kontribusi Penerimaan Perpajakan dan PNBP Terhadap Perekonomian

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi kemampuan fiskal pemerintah pusat di Provinsi Papua Barat pada tahun 2019 terhadap perekonomian yaitu dengan cara membandingkan penerimaan pajak dan PNBP pemerintah pusat terhadap PDRB dan jumlah populasi tiap daerah.

Hampir seluruh pemerintah daerah di Provinsi Papua Barat memiliki tax ratio yang kecil yaitu di bawah angka 8 persen kecuali Kab. Manokwari sebesar 8,07 persen. Daerah dengan nilai tax ratio terkecil yaitu Kab. Teluk Bintuni yang hanya mencapai 1,04 persen. Padahal Kab. Teluk Bintuni merupakan daerah yang memiliki PDRB terbesar di Provinsi Papua Barat namun tidak

mampu mengoptimalkan penerimaan

perpajakannya. Adapun untuk PNBP ratio, semua daerah di Provinsi Papua Barat memiliki nilai di bawah 1 persen kecuali Kab. Manokwari yang mencapai 1,857 persen. Selanjutnya tax ratio dan PNBP ratio Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat Tahun 2019 dapat dilihat pada Tabel 3.3

Penerimaan PNBP Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi di Provinsi Papua Barat Tahun 2019 (miliar Rp) Penerimaan PNBP Target 2018 Realisasi 2018 Target 2019 Realisasi 2019 SDA - - - - Bag. Pemerintah

atas Laba BUMN - - - -

PNBP Lainnya 278,80 290,24 225,49 282,20 Pendapatan

BLU 0 9,77 0 11,84

Total 278,80 300,01 225,49 294,04

Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional

44

Perkembangan dan Analisis APBN

Kajian Fiskal Regional Tahun 2019 Provinsi Papua Barat tabel 3.4.

Kemudian untuk melihat kontribusi masing-masing penduduk terhadap penerimaan digunakan rasio antara pajak dan PNBP terhadap jumlah populasi pada tiap daerah. Pada tahun 2019, penerimaan pajak perkapita terbesar di Provinsi Papua Barat adalah Kab. Manokwari Selatan dengan nilai Rp8,89 juta/ orang. Kemudian diikuti oleh Kab. Teluk Bintuni dan Kab. Manokwari masing-masing sebesar Rp4,93 juta/ orang dan Rp4,58 juta/ orang. Sementara itu, daerah dengan PNBP per kapita tertinggi yaitu Kab. Manokwari dan Kab. Sorong masing-masing sebesar Rp1,05 juta/ orang dan Rp0,11 juta/ orang. Hal ini sebagaimana terlihat pada tabel 3.5.

C. BELANJA PEMERINTAH PUSAT TINGKAT

Dalam dokumen KAJIAN FISKAL REGIONAL (Halaman 66-70)