BAB VII ANALISIS TEMATIK
A. PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING
Percepatan pencegahan stunting merupakan
pendekatan program (programmatic
approach) pertama yang dilakukan dengan menyeluruh dan terintegrasi yang dilakukan mulai dari hulu hingga ke hilir, yang ditunjukkan oleh tingginya komitmen pemerintah (Presiden dan Wakil Presiden, Menteri/ Pimpinan Lembaga, Gubernur, Bupati/Walikota, dan Kepala Desa/Lurah).
Pemerintah telah menetapkan Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 yang mengatur mengenai Pelaksanaan Gerakan Nasional
Percepatan Perbaikan Gizi. Peta jalan
percepatan perbaikan gizi terdiri dari empat komponen utama yang meliputi advokasi, penguatan lintas sektor, pengembangan
program spesifik dan sensitif, serta
pengembangan pangkalan data. Intervensi gizi baik yang bersifat langsung (spesifik) dan tidak langsung (sensitif) perlu dilakukan secara bersama-sama oleh kementerian/lembaga,
pemerintah daerah, serta pemangku
kepentingan lainnya.
Penanganan stunting tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri (scattered) karena tidak akan memiliki dampak yang signifikan. Upaya pencegahan stunting harus dilakukan secara terintegrasi dan konvergen dengan pendekatan non-sektoral. Untuk itu, pemerintah dalam hal ini pusat dan daerah harus memastikan bahwa seluruh Kementerian Negara/Lembaga (K/L), Organisasi Perangkat Daerah (OPD), serta mitra
105
Kajian Fiskal Regional Tahun 2019 Provinsi Papua Barat Analisis Tematikpembangunan, akademisi, organisasi profesi, organisasi masyarakat madani, perusahaan swasta, dan media dapat bekerjasama
bahu-membahu dalam upaya percepatan
pencegahan stunting. Tidak hanya di tingkat pusat, integrasi dan konvergensi upaya pencegahan stunting juga harus terjadi secara komprehensif di tingkat daerah sampai dengan tingkat desa.
Sebagai langkah awal, pada tahun 2018 sebanyak 100 kabupaten/kota dan 1000 desa lingkup nasional telah terpilih sebagai fokus area intervensi. Selanjutnya, untuk tahun 2019, 60
kabupaten/kota dan 600 desa telah
ditambahkan sebagai area fokus intervensi pencegahan stunting terintegrasi. Dari sisi anggaran, Baik itu pemerintah pusat maupun pemerintah daerah telah mengalokasikan anggaran yang relatif besar untuk berbagai program yang berkontribusi kepada penurunan stunting, di beberapa K/L dan OPD. Selain itu,
alokasi penurunan stunting tambahan juga diberikan oleh pemerintah pusat kepada daerah dalam bentuk Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) antara lain melalui: (1) DAK Fisik bidang Kesehatan, Air Minum, dan Sanitasi; (2) DAK Non Fisik Bantuan Operasional Kesehatan dan Bantuan Operasional Keluarga Berencana (BOK dan BOKB), (3) Dana Desa yang digunakan oleh desa (kampung) sesuai dengan bidang penggunaan, serta (4) Dana Otonomi Khusus.
A.1 Kebijakan Pencegahan
Kebijakan penanganan stunting di Provinsi Papua Barat tahun 2019 diarahkan sesuai dengan strategi percepatan penurunan stunting
dengan memperluas cakupan intervensi
stunting. Arah cakupan intervensi tersebut diimplementasikan ke seluruh kabupaten/kota, dan tidak hanya fokus pada dua daerah yang menjadi lokus prioritas penurunan stunting (Kab. Tambraw, Kab. Sorong Selatan). Selain itu, untuk
Pilar 4
Ketahanan Pangan dan Gizi
Pilar 1
Komitmen dan Visi Kepemimpinan Pilar 2 Kampanye Nasional dan Perubahan Perilaku Pilar 3 Konvergensi Program Pusat, Daerah, dan
Desa
Pilar 5
Pemantauan dan Evaluasi
Gizi Spesifik
Tablet tambah darah (ibu hamil dan remaja)
Promosi dan konseling menyusui Promosi dan konseling PMBA Suplemen gizi makro (PMT) Tata laksana gizi buruk Pemantauan dan promosi
pertumbuhan Suplementasi kalsium Suplementasi vitamin A Suplementasi Zinc untuk diare Pemeriksaan kehamilan Imunisasi
Suplemen gizi mikro setelah taburia
Manajemen Terpadu Balita Sakit
Konsumsi Gizi
Gizi Sensitif
• Air bersih dan sanitasi • Bantuan pangan non-tunai Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN)
• Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
• Program Keluarga Harapan (PKH)
• Bina Keluarga Balita (BKB) • Kawasan Rumah Pangan
Lestari (KRPL) • Fortifikasi Pangan Pola Asuh Pelayanan Kesehatan Kesehatan Lingkungan Perbaikan Asupan Gizi Penurunan Infeksi Prevalensi Stunting Peningkatan cakupan intervensi pada sasaran 1.000 HPK Anemia BBLR ASI Eksklusif Diare Kecacingan Gizi Buruk Gambar 7.1
Kerangka Hasil Percepatan Penurunan Stunting
5 PILAR PERCEPATAN
PENCEGAHAN STUNTING INTERVENSI OUTPUT
INTERMEDIATE
OUTCOME DAMPAK
Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional
106
Analisis Tematik
Kajian Fiskal Regional Tahun 2019 Provinsi Papua Barat mengakselerasi penurunan stunting maka arah
kebijakan pemerintah daerah adalah sebagai berikut:
1. Optimalisasi pemanfaatan anggaran
program penurunan stunting yang ada saat ini melalui implementasi perencanaan dan penganggaran dengan penilaian kinerja untuk monitoring dan evaluasi penggunaan anggaran dan capaian program.
2. Memperkuat konvergensi program/kegiatan hingga di level kampung (desa), melalui
peningkatan sinergi dan koordinasi
kabupaten dan kampung dalam
perencanaan dan penganggaran program serta konvergensi pelaksanaan intervensi prioritas pada 1.000 HPK dari seluruh rumah tangga sasaran yang ada di tingkat kampung.
3. Meningkatkan kualitas dan efektivitas pelaksanaan program yang telah ada saat ini, antara lain melalui peningkatan kualitas SDM pelaksana program (misalnya tenaga pendidik PAUD dan penyuluh kesehatan masyarakat) serta penguatan monitoring dan evaluasi agar dapat mengukur pencapaian kinerja.
4. Memperluas cakupan kebijakan yang lebih luas dan tidak terbatas bidang kesehatan,
seperti peningkatan kualitas program
perlindungan sosial khususnya bantuan pangan, PKH, dan JKN. Selain itu, program-program sektor pertanian, pendidikan, infrastruktur (penyediaan air bersih dan sanitasi) dan pemberdayaan perempuan yang secara tidak langsung mendukung pencapaian target perbaikan gizi.
A.2 Sasaran Program
Wilayah Provinsi Papua Barat dihuni oleh kurang
lebih 959.617 jiwa, dan tersebar di 13 kabupaten/kota. Sebesar 10,74 persen (103.062 jiwa) dari keseluruhan penduduk adalah bayi berusia 0-48 bulan. Sementara itu, sebanyak 45.256 jiwa adalah remaja putri, dan sebanyak 199.926 jiwa merupakan wanita usia subur (WUS) berusia 15-39 tahun. Diantara kelompok inilah yang menjadi sasaran prioritas dan sasaran penting dalam upaya percepatan pencegahan stunting.
Gangguan pertumbuhan di Provinsi Papua Barat sebagian besar terjadi pada anak berusia 0-23 bulan. Kondisi ini dapat terjadi disebabkan oleh pemberian ASI, makanan, dan pola asuh pada
periode tersebut tidak tepat sehingga
mengganggu tumbuh kembang anak. Tercatat, rata-rata lama pemberian ASI di Provinsi Papua Barat hanya selama 9,89 bulan saja, dan bahkan masih terdapat bayi yang tidak pernah diberi ASI (±5.400 orang).
Selain pemahaman terhadap pola asuh yang kurang, peningkatan prevalensi stunting juga turut disebabkan oleh keadaan lingkungan pendukung yang tidak memadai. Berdasarkan data BPS (2018) persentase rumah tangga yang memiliki akses kepada air minum bersih di Provinsi Papua Barat hanya sekitar 70,18 persen. Sedangkan akses terhadap sanitasi pribadi rata-rata sebesar 72,62 persen dan 4,74 persen dari keseluruhan rumah tangga tidak memiliki fasilitas
Tabel 7.1
Jumlah dan Kelompok Penduduk di Provinsi Papua Barat Tahun 2019 (jiwa)
Kelompok Laki-laki Wanita
Jumlah Penduduk 505.239 454.378
Penduduk Usia 0-4 52.848 50.254
Penduduk Usia 5-9 49.917 47.755
Penduduk Usia 10-14 48.250 45.256
Penduduk Usia 15-39 222.658 199.926
Bayi (0-5 th) imunisasi lengkap 22.370 19.996 Sumber: BPS Provinsi Papua Barat (data diolah)
107
Kajian Fiskal Regional Tahun 2019 Provinsi Papua Barat Analisis Tematiksama sekali. Kombinasi dari keadaan-keadaan tersebut berpotensi dalam menghambat upaya percepatan pencegahan stunting, sehingga kebijakan dan pelaksanaan program perlu menyasar pada kelompok prioritas dan perbaikan lingkungan pendukung.
B. PENANGANAN STUNTING OLEH