PAPUA BARAT
KAJIAN FISKAL REGIONAL
Tahun 2019
KEMENTERIAN KEUANGAN
...development is about transforming the lives of people, not just transforming economies....
i
Segala puji kami panjatkan kepada Tuhan
Yang Maha Esa atas karunia dan limpahan
rahmat-Nya, kami dapat menyusun Kajian Fiskal
Regional (KFR) Provinsi Papua BaratTahun 2019.
Penyusunan KFR yang merupakan bagian dari
tugas pokok dan fungsi Kantor Wilayah Ditjen
Perbendaharaan (Treasury Regional Office) ini, setidaknya melibatkan Development
Economics sebagai field study yang digunakan
dalam merekonstruksi metodologi sebagai
pendekatan akademik dalam melakukan
kajian kebijakan ekonomi pembangunan suatu
region.
Pengembangan budaya akademik dalam memahami fenomena pembangunan, dengan meletakkan basis research-based policy, pada
dasarnya merupakan bagian dari budaya kerja organisasi modern. Dengan melakukan
pendalaman permasalahan melalui riset,
diharapkan akan diperoleh suatu solusi yang
seimbang, objective dan komprehensif dalam pengambilan putusan. Perkembangan
pembangunan dan industrialisasi pada
negara-negara maju (developed countries)
mempengaruhi kajian akademik yang
direpresentasikan dengan kurikulum universitas
yang mengarah tema-tema research spesifik,
semisal urban economics, environment
economics, industrial economics, transportation
economics, logistic economics, regional
economics, dll. Kajian development economics
kurang menjadi fokus utama, karena era tersebuttelah dilalui dan menjadi bagian dari
sejarah panjang dialektika pembangunan
(development dialectics) negara-negara maju.
Sebagai branch dari economics yang
melakukan studi proses pembangunan pada
negara-negara yang berpendapatan rendah
(low-income countries), development
economics memfokuskan pada studi economic
development, economic growth, dan structural
change, dan lebih jauh lagi, juga
menempatkan fokus studi pada kependudukan
dari sudut pandang kesehatan (health), pendidikan (education), lapangan pekerjaan (job opportunity), baik di sektor publik maupun private dengan pendekatan quantitative
analysis, qualitative analysis dan mixed method antara keduanya. Dalam prakteknya, untuk
Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional
ii
Kajian Fiskal Regional Tahun 2019 Provinsi Papua Barat
Kata Pengantar
merancang (to devise) pembangunan ekonomi, development economics
mempertimbangkan faktor sosial, budaya,
legal, dan politik.
Kajian Fiskal Regional (Regional Fiscal Analysis) ini merupakan studi perkembangan ekonomi
pembangunan dari sudut pandang kebijakan
fiskal untuk wilayah Provinsi Papua Barat.
Variabel utama yang digunakan untuk
melakukan analisis pembangunan adalah dengan melakukan studi deskriptif kuantitatif
atas data penerimaan dan pengeluaran
negara. Dalam studi ini outlook pembangunan dalam satu tahun dengan memperhatikan
indikator-indikator pertumbuhan ekonomi
(consumption, investment, government
expenditure, net export) dan dampak yang
timbul, seperti indeks pembangunan manusia
(human development index), pemerataan
pendapatan (income equality), penanggulangan kemiskinan (poverty
alleviation), pengurangan pengangguran
(unemployment reduction) dan lain-lain. Pada
saat yang bersamaan, indikator makro ekonomi tersebut disandingkan dengan beberapa
perspektif yang merupakan constraint
pembangunan, antara lain: 1). Aspek budaya
(culture aspect) sebagai contoh adalah
eksistensi hak ulayat dalam kehidupan sosial
kemasyarakatan, 2). Aspek sosial
kemasyarakatan (sosiological aspect), sebagai contoh kerentanan sosial (social vulnerability) yang membuat stabilitas masyarakat
terganggu, 3). Aspek politik (political aspect), sebagai contoh pelaksanaan otonomi khusus
(special autonomy) yang belum menunjukkan
dampak positif terhadap pertumbuhan
pembangunan, 4). Aspek geografis
(geographical aspect), sebagai contoh kondisi
geografi yang belum terintegrasi secara
infrastruktur.
Dengan keterbatasan yang ada, kami
menyadari bahwa dalam penyusunan kajian ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan saran, masukan dan kritik yang
bersifat membangun untuk perbaikan ke arah
yang lebih baik. Akhirnya, kami berharap semoga kajian ini dapat memberikan manfaat
kepada semua pihak serta dapat menjadi tambahan pengetahuan dan wawasan bagi
pembaca semuanya.
Manokwari, 25 Februari 2019
Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan Provinsi Papua Barat
iii
Kajian Fiskal Regional Tahun 2019 Provinsi Papua Barat
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GRAFIK ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR BOKS ... xiv
EXECUTIVE SUMMARY ... xv
BAB I SASARAN PEMBANGUNAN DAN TANTANGAN DAERAH ... 1
A. TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH ... 1
A.1 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah ... 1
A.2 Rencana Kerja Pemerintah Daerah ... 4
B. TANTANGAN DAERAH. ... 5
B.1 Tantangan Ekonomi Daerah ... 6
B.2 Tantangan Sosial Kependudukan ... 10
B.3 Tantangan Geografi Wilayah... 15
BAB II PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL ... 19
A. INDIKATOR MAKROEKONOMI FUNDAMENTAL ... 19
A.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 20
A.2 Inflasi ... 20
A.3 Suku Bunga ... 27
A.4 Nilai Tukar ... 29
B. INDIKATOR KESEJAHTERAAN... 29
B.1 Indikator Pembangunan Manusia (IPM) ... 29
B.2 Kemiskinan ... 31
B.3 Ketimpangan ... 32
B.4 Ketenagakerjaan ... 33
C. EFEKTIVITAS KEBIJAKAN MAKROEKONOMI DAN PEMBANGUNAN REGIONAL ... 34
C.1 Kinerja Indikator Makroekonomi dan Pembangunan ... 34
C.2 Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kemiskinan: Pendekatan Model Data Panel ... 35
BAB III PERKEMBANGAN DAN ANALISIS APBN ... 39
A. APBN TINGKAT PROVINSI ... 39
B. PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT PROVINSI ... 40
B.1 Penerimaan Perpajakan Pemerintah Pusat ... 41
B.2 Penerimaan Negara Bukan Pajak Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi ... 43
B.3 Analisis Kontribusi Penerimaan Perpajakan dan PNBP Terhadap Perekonomian ... 43
C. BELANJA PEMERINTAH PUSAT TINGKAT PROVINSI ... 44
C.1 Perkembangan Pagu dan Realisasi Berdasarkan Organisasi (BA atau K/L) ... 45
iv
Kajian Fiskal Regional Tahun 2019 Provinsi Papua BaratC.3 Perkembangan Pagu dan Realisasi Berdasarkan Jenis Belanja ... 47
C.4 Analisis Belanja Pemerintah Pusat ... 47
D. ANALISIS CASH FLOW PEMERINTAH PUSAT ... 47
E. TRANSFER KE DAERAH ... 49
F. PENGELOLAAN BADAN LAYANAN (BLU) UMUM PUSAT ... 50
F.1 Profil dan Jenis Layanan Satker BLU Pusat ... 50
F.2 Perkembangan Pengelolaan Aset,PNBP,RM dan BLU Pusat ... 50
F.3 Kemandirian BLU ... 51
F.4 Potensi Satker PNBP Menjai Satker BLU ... 51
G. PENGELOLAAN MANAJEMEN INVESTASI PUSAT ... 51
G.1 Penerusan Pinjaman (Subsidiary Loan Agreement/SLA) ... 52
G.2 Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) ... 52
H. MANDATORY SPENDING, BELANJA INFRASTRUKTUR PUSAT DAN OUTPUT STRATEGIS LAINNYA ... 54
H.1 Output Strategis Bidang Infrastruktur ... 54
H.2 Output Strategis Bidang Pendidikan ... 55
H.3 Output Strategis Bidang Kesehatan ... 56
BAB IV PERKEMBANGAN DAN ANALISIS APBD ... 59
A. ANALISIS PENDAPATAN APBD ... 60
A.1 Analisis Ruang Fiskal Daerah ... 61
A.2 Analisis Kemandirian Daerah... 62
B. ANALISIS BELANJA APBD ... 62
B.1 Analisis Belanja Derah Berdasarkan Klasifikasi Fungsi ... 62
B.2 Analisis Belanja Daerah Menurut Jenis Belanja (Sifat Ekonomi) ... 63
C. PENGELOLAAN INVESTASI DEARAH ... 63
C.1 Bentuk Investasi Daerah... 63
C.2 Investasi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) ... 64
D. SILPA DAN PEMBIAYAAN ... 64
D.1 Perkembangan Defisit APBD ... 64
D.2 Pembiayaan Daerah ... 65
E. PENGELOLAAN BLU DAERAH ... 65
E.1 Profil dan Jenis Layanan Satker BLU Daerah ... 65
E.2 Pengelolaan Aset BLU Daerah ... 66
E.3 Analisis Legal ... 67
F. ANALISIS APBD LAINNYA ... 67
F.1 Analisis Horizontal ... 67
F.2 Analisis Vertikal ... 67
F.3 Analisis Kapasitas Fiskal Daerah ... 69
G. INDEKS KESEHATAN KEUANGAN DAERAH ... 70
G.1 Solvabilitas Anggaran ... 72
G.2 Kemandirian Keuangan ... 73
v
Kajian Fiskal Regional Tahun 2019 Provinsi Papua Barat
G.4 Solvabilitas Layanan ... 76
G.5 Indeks Kesehatan Keuangan ... 77
H. BELANJA WAJIB DAERAH ... 79
H.1 Belanja Daerah Bidang Pendidikan ... 79
H.2 Belanja Daerah Bidang Kesehatan... 80
H.3 Belanja Daerah Bidang Infrastruktur ... 81
BAB V PERKEMBANGAN DAN ANALISIS ANGGARAN KONSOLIDASIAN ... 82
A. LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KONSOLIDASIAN ... 82
B. PENDAPATAN KONSOLIDASIAN ... 82
B.1 Analisis Proporsi dan Perbandingan ... 82
B.2 Analisis Perubahan ... 83
B.3 Rasio Pajak (Tax Ratio) ... 83
C. BELANJA KONSOLIDASIAN... 85
C.1 Analisis Proporsi dan Perbandingan ... 86
C.2 Analisis Perubahan ... 86
C.3 Analisi Rasio Belanja Operasi Konsolidasian Terhadap Total Belanja Konsolidasian ... 86
C.4 Rasio Belanja Konsolidasian Terhadap Jumlah Penduduk ... 87
C.5 Analisis Belanja ... 88
D. SURPLUS/ DEFISIT... 89
E. ANALISIS KONTRIBUSI BELANJA PEMERINTAH TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB). ... 89
BAB VI ANALISIS POTENSI DAN TANTANGAN EKONOMI REGIONAL ... 91
A. ANALISIS POTENSI PAJAK DEARAH: Pendekatan Masfield-Wirasasmita Model... 91
A.1 Landasan Teori ... 91
A.2 Hasil Estimasi ... 92
A.3 Implikasi Kebijakan ... 93
B. ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAERAH: Pendekatan Input-Output Model ... 94
B.1 Konsep dan Definisi ... 94
B.2 Metodologi Pengukuran ... 95
B.3 Hasil dan Pembahasan ... 96
B.4 Implikasi Kebijakan ... 98
C. ANALISIS TANTANGAN EKONOMI REGIONAL ... 98
C.1 Kutukan Kepemilikan Sumber Daya Alam (Natural Resource Curse) ... 99
C.2 Pengembangan Kapasitas SDM... 99
C.3 Pengembangan Potensi Pariwisata (Tourism) ...100
C.4 Tantangan Kondisi Geografis dan Sarana Infrastruktur ...100
C.5 Stabilitas Sosial Politik ...101
C.6 Penegakkan Hukum (Law Enforcement) ...101
vi
Kajian Fiskal Regional Tahun 2019 Provinsi Papua BaratBAB VII ANALISIS TEMATIK ... 103
A. PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING ... 104
A.1 Kebijakan Pencegahan ... 105
A.2 Sasaran Program ... 106
B. PENANGANAN STUNTING OLEH PEMERINTAH ... 107
B.1 Belanja K/L dalam APBN... 107
B.2 Belanja DAK Fisik dan Dana Desa ... 108
B.2 Belanja APBD... 109
B.2 Belanja Sinkronisasi Program Pencegahan Stunting... 111
C. TANTANGAN PENANGANAN STUNTING ... 112
BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 113
A. KESIMPULAN ... 114
B. REKOMENDASI ... 115
DAFTAR PUSTAKA ... 118
vii
Kajian Fiskal Regional Tahun 2019 Provinsi Papua Barat
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Tujuan dan Sasaran Pembangunan dalam RPJMD Provinsi Papua Barat
Tahun 2017-2021 ... 3
Tabel 1.2 Misi dan Tujuan Pembangunan dalam RKPD Provinsi Papua Barat Tahun 2019 ... 4
Tabel 1.3 Target Indikator Makro dan Kesejahteraan dalam RKPD Provinsi Papua Barat ...5
Tabel 1.4 PDRB per Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat Tahun 2019 (miliar) ...7
Tabel 1.5 Perkembangan Realisasi Investasi di Provinsi Papua Barat Tahun 2019 ...7
Tabel 1.6 Rasio Elektrifikasi Provinsi Papua Barat Tahun 2019 (persen) ...8
Tabel 1.7 Struktur Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat (jiwa) ...9
Tabel 1.8 Tingkat Kriminalitas di Provinsi Papua Barat ...10
Tabel 1.9 Kepadatan Penduduk per Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat Tahun 2019...10
Tabel 1.10 Rasio Dokter terhadap Penduduk di Provinsi Papua Barat ...12
Tabel 1.11 AHH per Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat ...13
Tabel 1.12 Pendidikan Tertinggi Penduduk Usia >10 Tahun di Provinsi Papua Barat (persen) ...13
Tabel 1.13 Pola Kepemilikan Tanah di Provinsi Papua Barat ...14
Tabel 1.14 Komposisi Luas Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat Tahun 2019 ...15
Tabel 1.15 Ketinggian Wilayah per Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat ...16
Tabel 1.16 Jumlah Kampung Berdasarkan Topografi Wilayah di Provinsi Papua Barat ...16
Tabel 1.17 Luas Wilayah Berdasarkan Kelerengan di Provinsi Papua Barat ...17
Tabel 1.18 Penggunaan Lahan Provinsi Papua Barat Tahun 2019 ...17
Tabel 1.17 Risiko Bencana per Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat...17
Tabel 2.1 Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Pengeluaran Provinsi Papua Barat Tahun 2019 (persen) ... 24
Tabel 2.2 Kinerja Indikator Makroekonomi dan Pembangunan Provinsi Papua Barat Tahun 2019 ... 34
Tabel 2.3 Ringkasan Hasil Ujian Hausman ...36
Tabel 2.4 Ringkasan Hasil Regresi Data Panel ...37
Tabel 3.1 Pagu dan Realisasi APBN Lingkup Provinsi Papua Barat Tahun 2018 dan 2019 (miliah Rp) ...39
Tabel 3.2 Penerimaan Perpajakan Pemerintah Pusat di Provinsi Papua Barat Tahun 2018- 2019 (miliar Rp) ...41
Tabel 3.3 Penerimaan PNBP Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi Provinsi Papua Barat Tahun 2019 (miliar Rp) ...43
Tabel 3.4 Tax Ratio dan PNBP Ratio Kabupaten/ Kota di Provinsi Papua Barat Tahun 2019 (persen) ...44
Tabel 3.5 Pajak dan PNBP Perkapita Provinsi Papua Barat Tahun 2019 (rupiah) ...44 Tabel 3.6 Perkembangan Pagu dan Realisasi Berdasarkan Bagian Anggaran di
viii
Kajian Fiskal Regional Tahun 2019 Provinsi Papua BaratProvinsi Papua Barat Tahun 2018-2019 (miliar Rp) ... 45
Tabel 3.7 Pagu dan Realisasi Belanja APBN Berdasarkan Fungsi di Provinsi Papua Barat Tahun 2018-2019 (miliar Rp) ... 46
Tabel 3.8 Pagu dan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Berdasarkan Jenis di Provinsi Papua Barat Tahun 2019 (miliar Rp) ... 47
Tabel 3.9 Cash Flow Pemerintah Pusat di Provinsi Papua Barat Tahun 2019 (miliar Rp) ... 48
Tabel 3.10 Pagu dan Realisasi dana Transfer Tahun 2018-2019 Provinsi Papua Barat (miliar Rp) ... 49
Tabel 3.11 Perkembangan Nilai Aset dan Rasio Kemandirian Satker PNBP yang Berpotensi Menjadi Satker BLU ... 51
Tabel 3.12 Profil Penerusan Pinjaman Provinsi Papua Barat ... 52
Tabel 3.13 Kewajiban Pembayaran Pokok Debitur Penerusan Pinjaman di Provinsi Papua Barat ... 52
Tabel 3.14 Penyaluran KUR di Provinsi Papua Barat Berdasarkan Bank Penyalur s.d. Tahun 2019 ... 53
Tabel 3.15 Penyaluran KUR di Provinsi Papua Barat Berdasarkan Skema s.d. Tahun 2019 ... 53
Tabel 3.16 Penyaluran KUR di Provinsi Papua Barat Berdasarkan Sektor Lapangan Usaha s.d. Tahun 2019 ... 54
Tabel 3.17 Output Strategis Bidang Infrastruktur di Provinsi Papua Barat Tahun 2019 ... 55
Tabel 3.18 Output Strategis Bidang Pendidikan di Provinsi Papua Barat Tahun 2019 ... 55
Tabel 3.19 Output Strategis Bidang Kesehatan di Provinsi Papua Barat Tahun 2019 ... 56
Tabel 4.1 Profil APBD Seluruh Pemerintah Daerah se-Provinsi Papua Barat Tahun 2019 (miliar Rp) ... 59
Tabel 4.2 Pendapatan APBD Seluruh Pemerintah Daerah se-Provinsi Papua Barat Tahun 2019 (miliar Rp) ... 61
Tabel 4.3 Ruang Fiskal Pemerintah Daerah se-Provinsi Papua Barat Tahun 2018 – 2019 (miliar Rp)... 61
Tabel 4.4 Belanja APBD Seluruh Pemerintah Daerah se-Provinsi Papua Barat Tahun 2019 Berdasarkan Jenisnya (miliar Rp) ... 63
Tabel 4.5 Realisasi Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah se- Provinsi Papua Barat Tahun 2019 (Rupiah) ... 64
Tabel 4.6 SLA BUMD di Propinsi Papua Barat per Tahun 2019 (Rupiah)... 64
Tabel 4.7 Rasio Defisit APBD Provinsi Papua Barat ... 64
Tabel 4.8 Rasio Keseimbangan Umum dan Primer Provinsi Papua Barat ... 65
Tabel 4.9 Profil Anggaran RSUD Manokwari ... 66
Tabel 4.10 Jumlah Pasien RSUD Manokwari Tahun 2019 Berdasarkan Jenis Perawatan ... 66
Tabel 4.11 Profil Aset RSUD Manokwari Tahun 2019 ... 67
Tabel 4.12 Analisis Legal Aspek Pengelolaan BLU Daerah RSUD ... 67
Tabel 4.13 Analisis Horizontal APBD 2019 Provinsi Papua Barat (triliun Rp) ... 68
Tabel 4.14 Analisis Vertikal Pendapatan APBD 2019 Provinsi Papua Barat (persen) ... 68
ix
Kajian Fiskal Regional Tahun 2019 Provinsi Papua Barat
Tabel 4.16 Analisis Fiskal APBD 2019 Provinsi Papua Barat (miliar Rp)...69
Tabel 4.17 Kuadran Kapasitas Fiskal Pemerintah Daerah di Provinsi Papua Barat Tahun 2019...70
Tabel 4.18 Rasio Solvabilitas Anggaran ...72
Tabel 4.19 Rasio Solvabilitas Anggaran Kabupaten/ Kota di Provinsi Papua Barat Tahun 2018-2019 ...73
Tabel 4.20 Rasio Kemandirian Keuangan ...73
Tabel 4.21 Kriteria Kemandirian Keuangan Pemerintah Daerah Menurut TIM KKD FE UGM ...74
Tabel 4.22 Rasio Kemandirian Keuangan Kabupaten/ Kota di Provinsi Papua Barat Tahun 2018-2019 ...74
Tabel 4.23 Rasio Fleksibilitas Keuangan ...75
Tabel 4.24 Rasio Fleksibilitas Keuangan Kabupaten/ Kota di Provinsi Papua Barat Tahun 2018-2019 ...75
Tabel 4.25 Rasio Solvabilitas Layanan ...76
Tabel 4.26 Rasio Solvabilitas Layanan Kabupaten/ Kota di Provinsi Papua Barat Tahun 2018-2019 (juta Rp) ...76
Tabel 4.27 Bobot Dimensi Penyusun Indeks Kesehatan Keuangan ...77
Tabel 4.28 Kuadran Indeks Kesehatan Keuangan (fiscal health index) Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat Tahun 2019 ... 79
Tabel 4.29 Output Prioritas Bidang Pendidikan pada APBD di Provinsi Papua Barat Tahun 2019...79
Tabel 4.30 Output Prioritas Bidang Kesehatan pada APBD di Provinsi Papua Barat Tahun 2019...80
Tabel 4.31 Output Prioritas Bidang Infrastruktur pada APBD di Provinsi Papua Barat Tahun 2019...79
Tabel 5.1 Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Provinsi Papua Barat Tahun 2019 (miliar Rp) ...82
Tabel 5.2 Perbandingan Realisasi Pendapatan Perpajakan Konsolidasian Provinsi Papua Barat Tahun 2018-2019 (miliar Rp) ...83
Tabel 5.3 Rasio Pajak Konsolidasian terhadap PDRB Provinsi Papua Barat Tahun 2018 dan 2019 ... 84
Tabel 5.4 Realisasi Penerimaan Perpajakan per Kabupaten/ Kota di Provinsi Papua Barat Tahun 2019 (miliar Rp) ...84
Tabel 5.5 Realisasi Penerimaan Perpajakan perkapita per Kabupaten/ Kota di Provinsi Papua Barat Tahun 2019 (miliar Rp) ...85
Tabel 5.6 Realisasi Pendapatan Konsolidasian di Provinsi Papua Barat Tahun 2018 dan 2019 ...85
Tabel 5.7 Rasio Belanja Operasi Provinsi Papua Barat Tahun 2018 dan 2019 ...87
Tabel 5.8 Belanja Pemerintah Konsolidasian Per Jiwa Tahun 2019 (miliar Rp) ...87
Tabel 5.9 Rasio Dana Kelolaan Belanja Non Pegawai Tahun 2019 (miliar Rp) ... 88
Tabel 5.10 Rasio Dana Kelolaan Belanja Modal Tahun 2019 ... 88 Tabel 5.11 Rasio Belanja Konsolidasian Terhadap Populasi Provinsi Papau Barat
x
Kajian Fiskal Regional Tahun 2019 Provinsi Papua BaratTahun 2019 ... 88 Tabel 5.12 Rasio Surplus/ Defisit Konsolidaian terhadap PDRB pada Provinsi Papua Barat
Tahun 2019 ... 89 Tabel 5.13 Kontribusi Pemerintah terhadap PDRB Provinsi Papua Barat Tahun 2019 ... 90 Tabel 6.1 Pajak Daerah dan PDRB per Kapita Kab/Kota se-Provinsi Papua Barat
Tahun 2019 (juta Rp) ... 92 Tabel 6.2 Struktur Permintaan dan Penawaran Berdasarkan Sektor Ekonomi Terbesar
Provinsi Papua Barat Tahun 2013 (juta Rp) ... 96 Tabel 6.3 Angka Pengganda (Multiplier) Sepuluh Sektor Ekonomi Provinsi Papua Barat
Tahun 2019 Metode Modified RAS ... 96 Tabel 6.4 Nilai keterkaitan Antar Sektor Ekonomi Provinsi Papua Barat Tahun 2019
Metode Modified RAS ... 97 Tabel 7.1 Jumlah dan Kelompok Penduduk di Provinsi Papua Barat
Tahun 2019 (jiwa) ... 106 Tabel 7.2 Rumah Tangga, Akses Air Minum dan Sanitasi per Kabupaten/Kota di Provinsi
Papua Barat Tahun 2019 (persen) ... 107 Tabel 7.3 Penggunaan APBN pada Pencegahan Stunting di Provinsi Papua Barat
Tahun 2019 ... 108 Tabel 7.4 Penggunaan DAK Fisik dan Dana Desa pada Pencegahan Stunting di Provinsi
Papua Barat Tahun 2019 ... 109 Tabel 7.5 Penggunaan Dana APBD (Otsus dan BOK PMK) pada Pencegahan Stunting di
Provinsi Papua Barat Tahun 2019 ... 110 Tabel 7.6 Komposisi Penggunaan Dana Pencegahan Stunting di Provinsi Papua Barat
xi
Kajian Fiskal Regional Tahun 2019 Provinsi Papua Barat
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 Kondisi Jalan di Provinsi Papua Barat ... 8
Grafik 1.2 Struktur Jalan di Provinsi Papua Barat ... 8
Grafik 1.3 Penyakit Endemik di Provinsi Papua Barat Tahun 2019 ... 12
Grafik 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Negara di Dunia Tahun 2019 ... 19
Grafik 2.2 Pertumbuhan Ekonomi Nasional dan Papua Barat Tahun 2016-2019 (persen) ... 20
Grafik 2.3 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua Barat Tahun 2019 Menurut Lapangan Usaha (persen) ... 20
Grafik 2.4 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Provinsi Papua Barat Tahun 2019 Menurut Pengeluaran (persen) ... 21
Grafik 2.5 Kontribusi Komponen Pembentuk PDRB Sisi Permintaan Provinsi Papua Barat Tahun 2019 (persen) ... 21
Grafik 2.6 Perkembangan ICOR Provinsi Papua Barat 2014-2019 ... 22
Grafik 2.7 Perkembangan Ekspor Provinsi Papua Barat Tahun 2019 (US$ juta) ... 23
Grafik 2.8 Perkembangan Impor Provinsi Papua Barat Tahun 2019 (US$ juta) ... 23
Grafik 2.9 Kontribusi Sektoral terhadap PDRB Provinsi Papua Barat Tahun 2019 (persen) ... 24
Grafik 2.10 Perkembangan PDRB per Kapita Provinsi Papua Barat Tahun 2015-2019 (juta Rp/tahun) ... 24
Grafik 2.11 Pergerakan Laju Inflasi Provinsi Papua Barat dan Nasional Tahun 2015-2019 ... 25
Grafik 2.12 Perkembangan BI 7-Day Repo Rate Tahun 2019 (persen) ... 27
Grafik 2.13 Perkembangan Rata-rata Suku Bunga Pinjaman Pada Lembaga Keuangan Nasional Tahun 2019 (persen)... 28
Grafik 2.14 Perkembangan Rata-rata Suku Bunga Simpanan pada Lembaga Keuangan Nasional Tahun 2019 (persen)... 28
Grafik 2.15 Tren Pergerakan Kurs Rupiah terhadap Dollar AS Tahun 2019 ... 29
Grafik 2.16 Perkembangan Nilai IPM Papua Barat dan Nasional Tahun 2011-2018 ... 30
Grafik 2.17 Tingkat Kemiskinan Papua Barat dan Nasional Tahun 2016-2019... 31
Grafik 2.18 Tingkat Kemiskinan Pedesaan dan Perkotaan Provinsi Papua Barat Tahun 2016- 2019 ... 32
Grafik 2.19 Tingkat Kemiskinan Kabupaten/ Kota di Provinsi Papua Barat Tahun 2019 ... 32
Grafik 2.20 Perkembangan Gini Ratio Provinsi Papua Barat dan Nasional Tahun 2016-2019 ... 32
Grafik 2.21 TPAK Provinsi Papua Barat Tahun 2016 - 2019 ... 33
Grafik 2.22 Jumlah dan Tingkat Pengangguran Terbuka Papua Barat Tahun 2015-2019 ... 33
Grafik 3.1 Realisasi Penerimaan Pajak Tahun 2019 per Kabupaten/Kota di Papua Barat (miliar Rp) ... 41
Grafik 3.2 Realisasi Penerimaan Pajak Tahun 2019 per Sektor di Papua Barat (miliar Rp) ... 41
xii
Kajian Fiskal Regional Tahun 2019 Provinsi Papua BaratGrafik 3.3 Perkembangan Tax Ratio Provinsi Papua Barat Tahun 2017-2019 (persen) ... 42 Grafik 3.4 Kementerian Negara/Lembaga di Provinsi Papua Barat dengan
Alokasi APBN Terbesar T.A. 2019 ... 46 Grafik 3.5 Komposisi TKDD Provinsi Papua Barat Tahun 2019... 49 Grafik 3.6 Perkembangan Nilai Aset Satker Poltekpel Sorong
Tahun 2017-2019 (miliar Rp) ... 50 Grafik 3.7 Perkembangan Pagu PNBP BLU Satker Poltekpel Sorong
Tahun 2017-2019 (miliar Rp) ... 50 Grafik 3.8 Perkembangan Rasio Kemandirian Poltekpel Sorong Tahun 2017-2019... 51 Grafik 3.9 Jumlah Debitur KUR per Kab/Kota Provinsi Papua Barat Tahun 2019 ... 52 Grafik 3.10 Jumlah penyaluran KUR per Kab/Kota di Porvinsi Papua Barat
Tahun 2019 (miliar Rp) ... 53 Grafik 4.1 Rasio Kemandirian Pemerintah Daerah se-Provinsi Papua Barat
Tahun 2019 (persen) ... 62 Grafik 4.2 Total Alokasi APBD Seluruh Pemerintah Daerah se-Provinsi Papua Barat
Tahun 2019 per Fungsi (miliar Rp) ... 63 Grafik 4.3 Indeks Kesehatan Keuangan (Fisccal Health Index) Kab/Kota se-Provinisi
Papua Barat Tahun 2018-2019 ... 78 Grafik 5.1 Perbandingan Penerimaan Pemerintah Pusat dan Daerah terhadap
Penerimaan Konsolidasian Provinsi Papua Barat Tahun 2019 ... 83 Grafik 5.2 Perbandingan Belanja Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
di Provinsi Papua Barat Tahun 2019 (miliar Rp) ... 86 Grafik 5.3 Perbandingan Realisasi Belanja Konsolidasian Provinsi Papua Barat
Tahun 2018-2019 (miliar Rp) ... 86 Grafik 6.1 Perkembangan Jumlah Kriminalitas Provinsi Papua Barat
Tahun 2015 - 2019 ... 101 Grafik 6.2 Tingkat Penyelesaian Kejahatan Provinsi Papua Barat
xiii
Kajian Fiskal Regional Tahun 2019 Provinsi Papua Barat
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Penjabaran Visi RPJMD Provinsi Papua Barat 2017-2021 ... 2 Gambar 2.1 Komponen Pembentuk IPM dan Klasifikasi Capaian IPM ... 30 Gambar 2.2 IPM Kab/Kota di Provinsi Papua Barat tahun 2017 berdasarkan
Klasifikasi UNDP ... 30 Gambar 2.3 Lingkaran Kemiskinan Nurkse ... 35 Gambar 4.1 Dimensi Penyusun Indeks Kesehatan Keuangan ... 72 Gambar 5.1 Pengaruh Kenaikan Pengeluaran Pemerintah terhadap Output Menurut
Perpotongan Keynesian ... 68 Gambar 6.1 Technological Discontinuity Curve ... 102 Gambar 7.1 Kerangka Hasil Percepatan Penurunan Stunting ... 105
xiv
Kajian Fiskal Regional Tahun 2019 Provinsi Papua BaratDAFTAR BOKS
Boks 3.1 Pemberdayaan UMKM Papua Barat Melalui Pembiayaan Kredit Usaha
xv
Executive Summary
Sasaran Pembangunan dan Tantangan Daerah
Pembangunan Provinsi Papua Barat yang memiliki 13 Kabupaten/Kota dijalankan dengan visi
“Menuju Papua Barat yang Aman, Sejahtera dan Bermartabat“sebagaimana tertuang dalam
RPJMD Provinsi Papua Barat 2017-2021. Visi pembangunan ini dijiwai oleh semangat Otonomi Khusus yang menjadi roh sekaligus paradigma pembangunan dalam mewujudkan perencanaan. Semangat tersebut didasari oleh 4 (empat) nilai yang tertuang dalam ketentuan Otonomi Khusus, meliputi Perlindungan, Penghormatan, Keberpihakan dan Pemberdayaan Orang Asli Papua (OAP).
Pembangunan Papua Barat sebagai wilayah otonomi khusus, didominasi oleh pengaruh faktor ekonomi dengan kekayaan alam (minyak bumi dan gas alam) yang melimpah menjadi modal utama. Keberadaan faktor ekonomi ini membuat perekonomian terpusat dan didominasi oleh 3 kabupaten/kota (Kota Sorong, Kab. Manokwari dan Kab. Teluk Bintuni) sebagai lokasi pertambangan dan perindustrian. Kesenjangan ekonomi yang terjadi menyebabkan tidak meratanya kapasitas dan kualitas infrastruktur baik itu jalan, listrik, fasilitas perdagangan, fasilitas kesehatan, maupun fasilitas pendidikan dan membuat tingginya biaya koleksi dan distribusi. Selain infratruktur, keterbatasan lain yang ada di Provinsi Papua Barat adalah rendahnya kualifikasi tingkat pendidikan yang dimiliki angkatan kerja yang sebagian besar adalah lulusan SD (34,5 persen).
Jumlah penduduk Provinsi Papua Barat tercatat sebesar 959.617 jiwa dengan luas wilayah sebesar 102.955,15 km, sehingga membentuk kepadatan penduduk 9,32 jiwa/km² dengan kepadatan tertinggi berada di Kota Sorong sebagai kota terbesar dan Kab. Manokwari sebagai ibukota provinsi. Kondisi topografi Provinsi Papua Barat sangat bervariasi, terletak pada ketinggian 0-2.940 mdpl dengan sebagian besar merupakan wilayah perbukitan (49,21%) dan daerah dataran rendah (39,74%), serta daerah pegunungan (11,05%). Kondisi wilayah ini membuat Provinsi Papua Barat sangat berpotensi (kelas risiko tinggi) terhadap bencana kebakaran lahan dan hutan, gempa tektonik serta gelombang tsunami, namun dengan kapasitas penanggulangan yang sedang.
Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional
Perekonomian Provinsi Papua Barat pada tahun 2019 tumbuh tertahan pada level 2,66 persen setelah sempat tumbuh signifikan tahun sebelumnya yang mencapai level 6,24 persen. Pertumbuhan ekonomi regional tersebut lebih rendah dari pertumbuhan nasional yang stagnan pada level 5,02 persen. Seluruh sektor lapangan usaha mencatatkan pertumbuhan positif dimana pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor informasi dan komunikasi sebesar 11,51 persen, serta jasa keuangan dan asuransi mencapai 9,33 persen. Sebaliknya industri pengolahan dan sektor pertambangan-penggalian mencatatkan pertumbuhan yang melambat sebesar 0,99 dan -0,34 persen.
Laju inflasi Provinsi Papua Barat tahun 2019 mencapai 1,93 persen, jauh lebih rendah dari inflasi tahun sebelumnya sebesar 5,21 persen dan inflasi nasional sebesar 2,72 persen. Pencapaian tersebut berada di atas target inflasi yang ditetapkan dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Papua Barat Tahun 2017-2021 dimana ditetapkan pada angka 4,08 persen.
Dari sisi kesejahteraan, terjadi peningkatan kualitas hidup masyarakat di Provinsi Papua Barat yang tercermin dari pencapaian IPM yang menunjukan kenaikan menjadi 63,74, tingkat kemiskinan yang mengalami penurunan menjadi sebesar 21,51 persen seiring laju inflasi yang terkendali, peningkatan belanja pemerintah pada sektor pendidikan dan kesehatan. Namun, tingkat
Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional
xvi
Kajian Fiskal Regional Tahun 2019 Provinsi Papua Barat
Executive Summary
pengangguran yang meningkat menjadi 6,24 persen menunjukkan bahwa upaya peningkatan sektor tersebut masih belum optimalnya.
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua Barat memiliki tingkat sensitifitas yang rendah terhadap tingkat kemiskinan. Hal ini terlihat dari nilai elastisitas seluruh pengeluaran tersebut di bawah satu persen atau bersifat inelastis. Artinya jika terjadi kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar satu persen, maka penurunan tingkat kemiskinan di bawah satu persen. Sebagai salah satu komponen pertumbuhan ekonomi, pengeluaran pemerintah di Provinsi Papua Barat harus lebih fokus ke daerah pedesaan dan remote area. Hal ini didasarkan fakta bahwa 90 persen jumlah penduduk miskin di Provinsi Papua Barat sebagian besar berada di daerah pedesaan.
Perkembangan dan Analisis APBN
Target pendapatan negara tahun 2019 di Provinsi Papua Barat mengalami penurunan sebesar 11,6 persen dibandingkan target tahun 2018, yaitu dari Rp3.032,05 miliar menjadi Rp2.068,42 miliar. Penurunan target tersebut didasarkan pada asumsi bahwa kondisi perekonomian pada tahun 2019 masih dalam tahap ketidakpastian. Tantangan dan dinamika yang cukup berat mengingat volatilitas harga komoditas internasional seperti minyak dan gas bumi turut mempengaruhi target penerimaan pajak di Papua Barat.
Sementara itu, dari aspek belanja negara terdapat kenaikan pagu tahun 2019 sebesar 42,7 persen dibandingkan pagu tahun 2018, yaitu dari Rp24.231,17 miliar menjadi Rp34.577,11 miliar. Tercermin dari kenaikan yang cukup signifikan pada pagu TKDD sebesar 52,23 persen dari Rp17.001,64 miliar menjadi Rp25.880,91 miliar. Pagu belanja pegawai naik sebesar 19,53 persen yaitu dari Rp1.567,41 miliar pada tahun 2018 menjadi Rp1.873,46 miliar pada tahun 2019. Sementara belanja barang meningkat sebesar 12,24 persen yaitu dari Rp2.918,17 miliar pada tahun 2018 menjadi Rp3.275,4 miliar pada tahun 2019. Terdapat peningkatan yang cukup signifikan pada pagu belanja modal dari Rp2.705,07 miliar pada tahun 2018 menjadi Rp3.518,07 miliar pada tahun 2019 atau naik sebesar 30,05 persen.
Sampai dengan akhir tahun 2019, realisasi pendapatan APBN di Provinsi Papua Barat mencapai 98,96 persen, sedangkan realisasi belanja APBN mencapai 91,75 persen. Dengan membandingkan antara realisasi penerimaaan dan belanja APBN tahun 2019, terdapat defisit anggaran sebesar Rp29.070,81 miliar. Hal ini disebabkan oleh target penerimaan yang tidak tercapai dengan optimal meskipun target tersebut telah direncanakan secara realistis, disamping adanya kebijakan defisit APBN dalam mewujudkan capaian prioritas nasional.
Pemerintah pusat berupaya mendorong laju perekonomian Provinsi Papua Barat melalui penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR). Sampai dengan akhir tahun 2019 jumlah penyaluran KUR di Provinsi Papua Barat sebesar Rp1.697,8 miliar yang diberikan kepada 51.622 debitur. Daerah dengan jumlah penyaluran KUR terbesar yaitu Kota Sorong sebesar Rp570,02 milar dengan jumlah debitur sebanyak 16.903 nasabah. Selanjutnya, daerah dengan penyaluran KUR terbesar kedua yaitu Kab. Manokwari sebesar Rp487,1 miliar yang diberikan kepada 14.542 debitur. Hal ini mengindikasikan bahwa persebaran KUR di Provinsi Papua Barat sebagian besar berada di daerah yang kondisi perekonomiannya relatif lebih maju. Perdagangan merupakan sektor yang memiliki jumlah penyaluran KUR terbesar. Sampai dengan tahun 2019, penyalurannya sebesar Rp1.194,05 miliar dengan jumlah debitur sebanyak 35.551.
Perkembangan dan Analisis APBD
Dari sisi pelaksanaan APBD, sampai dengan akhir tahun 2019, total pendapatan APBD seluruh pemerintah daerah se- Provinsi Papua Barat mencapai Rp26.314,45 miliar atau naik 30,92 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp20.100 miliar pendapatan dari komponen PAD mengalami penurunan 9 persen dari Rp937,4 miliar menjadi Rp853,08 miliar. Sementara itu, dari aspek belanja terdapat kenaikan realisasi sebesar 12 persen yaitu dari Rp21.254,51 miliar pada tahun 2018 menjadi Rp23.803,87 miliar pada tahun 2019. Banyak faktor yang mempengaruhi pencapaian realisasi pendapatan dan belanja tersebut. Diantara faktornya yaitu perkembangan perekonomian dunia dan nasional, pertumbuhan ekonomi, pelaksanaan berbagai kebijakan fiskal yang dilaksanakan serta beberapa tantangan terhadap perekonomian Provinsi Papua Barat.
xvii
Kajian Fiskal Regional Tahun 2019 Provinsi Papua Barat Executive SummaryPerkembangan dan Analisis Anggaran Konsolidasian
Total realisasi pendapatan konsolidasian pemerintah pusat dan pemerintah daerah tahun 2019 adalah sebesar Rp5.441,42 miliar atau naik 4,9 persen. Dari jumlah tersebut 54 persen merupakan pendapatan pemerintah pusat dan 46 persen adalah pendapatan pemerintah daerah. Realisasi belanja dan transfer konsolidasian mencapai Rp31.692,57 miliar dimana 75 persen bersumber dari anggaran pemerintah daerah dan sisanya dari anggaran pemerintah pusat.
Keunggulan dan Potensi Ekonomi serta Tantangan Fiskal Regional
Dengan menggunakan pendekatan Mansfield – Wirasasmita Model, ditemukan bahwa elastisitas penerimaan pajak daerah di Provinsi Papua Barat terhadap PDRB per kapita bersifat elastis. Selain itu didapatkan nilai koefisien bouyancy pajak daerah relatif kecil yang menunjukan tingkat kesulitan pemungutan pajak daerah relatif tinggi.
Berdasarkan tabel input output Provinsi Papua Barat tahun 2013 yang kemudian dilakukan
updating menggunakan metode modified RAS (Ratio Allocation System) model Miller dan Blair
(1985), diperoleh hasil bahwa sektor dengan nilai pengganda output terbesar yaitu industri pengolahan migas dan perikanan. Adapun sektor dengan pengganda pendapatan tertinggi yaitu sektor jasa pendidikan dan sektor administrasi pemerintahan & jaminan sosial. Sementara itu sektor dengan pengganda tenaga kerja tertinggi yaitu industri lainnya dan industri makanan & minuman.
Dari sisi keterkaitan antar sektor, sektor yang memiliki keterkaitan ke depan (forward linkage) terbesar yaitu industri lainnya dan industri makanan-minuman. Adapun sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) terbesar yaitu industri pengolahan migas dan perikanan.
Analisis Tematik
Selama tahun 2019, dana APBN berupa belanja K/L yang telah digunakan dalam program pencegahan stunting sebesar Rp104,48 miliar. Penggunaan dana terbesar sesuai dengan prioritas percepatan pencegahan yakni untuk kegiatan intervensi sensitif (Kementerian Kesehatan) sebesar Rp19,28 miliar dan intervensi spesifik (lintas K/L) sebesar Rp76,78 miliar, serta sebesar Rp8,42 miliar untuk kegiatan pendampingan, koordinasi dan dukungan teknis (lintas K/L). Penggunaan dana tersebut, terbesar direalisasikan untuk kegiatan intervensi sensitif terutama pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) berbasis masyarakat dengan pendanaan sebesar Rp43,53 miliar.
Pembiayaan program penurunan stunting juga dilakukan dengan memanfaatkan dana tambahan dari pemerintah pusat dalam bentuk DAK Fisik dan Dana Desa (DFDD). Dana DFDD tahun 2019 yang telah digunakan dalam program stunting sebesar Rp113,48 miliar, terdiri dari DAK Fisik sebesar Rp67,06 miliar dan Rp46,42 miliar berupa Dana Desa. Penggunaan DFDD terbesar adalah pembiayaan kegiatan intervensi sensitif sebesar Rp113,48 miliar, sedangkan intervensi spesifik sebesar Rp16,6 miliar. Realisasi terbesar dialokasikan untuk perluasan/peningkatan SPAM sebanyak 5.765 sambungan rumah (SR) dengan penggunaan DAK Fisik sebesar Rp25,62 miliar. Sementara penggunaan Dana Desa terbesar diperuntukkan bagi pembangunan sumber air bersih milik desa pada 1.041 titik dengan dana sebanyak Rp17,52 miliar.
Selain APBN dan DFDD, dana APBD juga dimanfaatkan untuk membiayai kegiatan intervensi spesifik sebesar Rp9,39 miliar, dan sebesar Rp48,05 miliar untuk kegiatan intervensi sensitif. Penggunaan dana tersebut bagian terbesar diperuntukkan bagi penyediaan akses JKN Orang Asli Papua (OAP) sebesar Rp28.82 miliar. Penggunaan dana yang besar lainnya adalah untuk penyediaan akses air minum yang aman dan pemberian makanan tambahan pemulihan bagi anak gizi kurang akut dengan realisasi berturut-turut sebesar Rp11,8 miliar dan Rp5,66 miliar.
#DJPbKawalAPBN
SASARAN
PEMBANGUNAN DAERAH
1
Sasaran Pembangunan dan Tantangan Daerah
embangunan Provinsi Papua Barat berhubungan erat dengan capaian sasaran pembangunan nasional sehingga memiliki tingkat urgensi yang tinggi untuk segera diwujudkan, serta memiliki daya ungkit yang tinggi bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan di wilayah bagian (paling) timur Indonesia. Pelaksanaan pembangungan daerah ini didasarkan pada prioritas tertentu yang menjadi fokus atau objek utama pembangunan dan tersinkronisasi dengan prioritas nasional sebagai kerangka kebijakan fiskal terintegrasi antara pusat dan daerah. Prioritas pembangunan menjadi bagian dari perencanaan pembangunan yang akan
menetapkan kegiatan-kegiatan
pembangunan sosial-ekonomi, fisik (infrastruktur), untuk dilaksanakan secara terpadu oleh sektoral, publik, dan swasta (Mahi dan Trigunarso, 2017). Perumusan prioritas pembangunan di Provinsi Papua Barat secara teknis dilakukan dengan mengevaluasi pelaksanaan program, kegiatan dan capaian kinerja pembangunan, serta identifikasi atas permasalahan-permasalahan yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Selanjutnya, dihubungkan dengan visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan daerah yang tercantum dalam Rancangan Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) pada tahun rencana, serta mempertimbangkan prioritas yang tertuang dalam Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
A. TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH
Tujuan dan sasaran pembangunan dirumuskan untuk memberikan arah terhadap program pembangunan daerah serta dalam rangka memberikan kepastian operasionalisasi dan keterkaitan antara misi dengan program pembangunan sehingga memberikan gambaran yang jelas tentang ukuran-ukuran terlaksananya misi dan tercapainya visi. Tujuan dan sasaran pembangunan menunjukkan tingkat prioritas tertinggi dalam perencanaan pembangunan jangka menengah yang selanjutnya akan menjadi dasar dalam mengukur kinerja pembangunan secara keseluruhan.
A.1 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Tahun 2019 merupakan tahun ketiga dari pelaksanaan RPJMD Provinsi Papua Barat 2017-2021. Dokumen ini merupakan jangkar bagi Pemerintah Daerah di lingkup Provinsi Papua Barat untuk menetapkan kebijakan-kebijakan dalam mencapai sasaran/target
P
BAB I
Sasaran Pembangunan dan
Tantangan Daerah
Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional
2
Kajian Fiskal Regional Tahun 2019 Provinsi Papua Barat
Sasaran Pembangunan dan Tantangan Daerah
pembangunan selama lima tahun ke depan dan dijabarkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) setiap tahunnya. Sebagai satu kesatuan perencanaan daerah yang utuh, penetapan arah pembangunan dalam RPJMD dilakukan dengan memperhatikan prioritas pembangunan nasional dalam RPJMN sekaligus RPJMD daerah sekitar yang terdekat (Provinsi Papua). Hal ini untuk menjamin terciptanya sinkronisasi dan sinergi kebijakan, program dan kegiatan pembangunan Pemerintah Provinsi Papua Barat dengan kebijakan pembangunan wilayah Pulau Papua dan nasional.
Hasil sinkronisasi dan sinergi tersebut pada akhinya membentuk sebuah visi pembangunan Pemerintah Provinsi Papua Barat yaitu “Menuju Papua Barat yang Aman, Sejahtera dan Bermartabat“ dan diwujudkan dalam 8 (delapan) misi pembangunan.
Misi 1: Menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik berbasis aparatur yang bersih dan berwibawa serta otonomi khusus yang efektif.
Misi 2: Mewujudkan pengelolaan lingkungan dan sumber daya alam yang berkeadilan dan berkelanjutan.
Misi 3: Meningkatkan kualitas pelayanan dasar pendidikan dan kesehatan.
Misi 4: Meningkatkan kapasitas infrastruktur wilayah.
Misi 5: Meningkatkan daya saing perekonomian dan investasi daerah berbasis pariwisata.
Misi 6: Membangun pertanian yang mandiri dan berdaualat.
Misi 7: Memperkuat pemberdayaan masyarakat, perempuan dan perlindungan anak berbasis masyarakat berketahanan sosial.
Misi 8: Memperkuat Kerukunan umat beragama dan Kondusivitas Daerah. Misi yang tertuang dalam RPJMD secara nyata dijabarkan dalam berbagai strategi dan arah kebijakan dalam rangka pencapaian target kinerja yang direncanakan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun. Perencanaan jangka menengah ini ditetapkan dalam Peraturan Daerah Provinsi Papua Barat Nomor 4 Tahun 2017 tentang RPJMD Provinsi Papua Barat tahun 2017-2021 dan menjadi sebuah ketentuan bagi Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di lingkup Provinsi Papua Barat dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.
Setiap tahunnya, dilakukan penentuan prioritas pembangunan Provinsi Papua Barat yang diselaraskan dengan RPJMD untuk menghasilkan perencanaan yang nantinya akan menjadi acuan bagi Pemerintah Daerah. Prioritas pembangunan tersebut membentuk target kinerja pembangunan dengan fokus pada penyelesaian beberapa isu strategis, sebagai berikut:
a. Rendahnya persentase angka partisipasi sekolah pada jenjang pendidikan menengah. Visi Misi 1 Misi 2 Misi 3 Misi 4 Misi 5 Misi 6 Misi 7 Misi 8 Gambar 1.1
3
Kajian Fiskal Regional Tahun 2019 Provinsi Papua Barat Sasaran Pembangunan dan Tantangan Daerahb. Rendahnya angka rata-rata lama sekolah. c. Tingginya angka kemiskinan.
d. Masih rentannya ketahanan pangan.
e. Masih tingginya kesenjangan
pendapatan/penghasilan masyarakat. f. Belum optimalnya upaya pengentasan
kemiskinan.
g. Kurangnya pemerataan fasilitas kesehatan Tabel 1.1
Tujuan dan Sasaran Pembangunan dalam RPJMD Provinsi Papua Barat Tahun 2017-2021 Misi Tujuan Sasaran
Misi 1 Meningkatkan kinerja penyelenggaraan
otonomi khusus Meningkatnya kinerja penyelenggaraan otonomi khusus
Meningkatnya kualitas Manajemen penyelenggaraanpemerintahan, sinergitas kebijakan pembangunan, dan pelayanan publik serta efektivitas
Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan serta koordinasi kebijakan daerah
Meningkatnya kualitas perencanaan pembangunan daerah Optimalnya sistem pengawasan daerah
Meningkatnya kualitas sumberdaya aparatur
Meningkatnya kreativitas dan inovasi dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah
Meningkatnya akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah Terwujudnya pengelolaan data dan informasi
layanan publik yang terintegrasi dan berbasis IT Terwujudnya koneksitas jaringan komunikasi dan pelayanan informasi publik berbasis IT Meningkatnya ketersediaan data sebagai basis kebijakan
pembangunan daerah
Optimalnya pemanfaatan dan pengelolaan persandian daerah Meningkatnya budaya baca masyarakat
Meningkatnya tata kelola administrasi kearsipan daerah
Misi 2 Terwujudnya pengembangan dan
pembangunan daerah yang berwawasan lingkungan
Meningkatnya pencegahan pencemaran dan perusakan lingkungan serta pengendalian pembangunan berwawasan lingkungan yang berkelanjutan
Meningkatnya kelestarian pengelolaan hutan secara terpadu Meningkatnya koordinasi dan penyelenggaraan tertib administrasi pertanahan wilayah dan penataan wilayah
Meningkatnya konservasi sumber daya alam Misi 3 Terwujudnya sumberdaya manusia yang
cerdas, sehat,dan berdaya saing Meningkatnya aksesibilitas, kualitas dan manajemen pendidikan Meningkatnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan Meningkatnya prestasi dan kreativitas pemuda dan olahraga
Misi 4 Terwujudnya pemerataan pembangunan
infrastruktur dasar dan layanan publik Meningkatnya interkoneksi antar wilayah, ketersediaan layanan dasar infrastruktur daerah dan kualitas pengelolaan tata ruang daerah Meningkatnya layanan kebutuhan dasar perumahan dan kawasan permukiman wilayah perkotaan dan perdesaan
Optimalnya pemanfaatan sumberdaya alam dan ketersediaan energi baru dan terbarukan
Misi 5 Meningkatnya perekonomian daerah yang
didukung oleh pemanfaatan potensi sumberdaya lokal lintas sektor
Meningkatnya daya saing investasi daerah
Meningkatnya daya saing tenaga kerja serta kesempatan dan perluasan kesempatan kerja
Meningkatnya ekonomi kerakyatan berbasis industri kreatif dan potensi daerah
Meningkatnya akses, tata niaga, dan infrastruktur perdagangan antar wilayah dan antar daerah
Meningkatnya pengembangan dan daya saing industri pengolahan berbasis potensi daerah
Optimalnya sinergitas pengembangan dan penataan kawasan terpadu di wilayah transmigrasi
Terwujudnya daya dukung dan daya tarik
pariwisata terpadu berskala internasional Meningkatnya keterpaduan dan daya saing pariwisata daerah Meningkatnya pengembangan seni budaya dan kelestarian tradisi kehidupan masyarakat dalam mendukung pariwisata daerah Misi 6 Terwujudnya kedaulatan pangan dan revolusi
pembangunan pertanian dalam arti luas sebagai daya ungkit pertumbuhan ekonomi daerah
Meningkatnya produktivitas, tata kelola, dan dan pertumbuhan sektor pertanian dalam arti luas
Misi 7 Terwujudnya masyarakat berketahanan sosial Menurunnya penyandang Masalah kesejahteraan sosial Meningkatnya kapasitas masyarakat kampung
Meningkatnya partisipasi Perempuan dalam membangun, kualitas kesetaraan gender, dan perlindungan perempuan dan anak Meningkatnya kinerja penataan penduduk dan
pelayanan hak kependudukan masyarakat Optimalnya pengendalian penduduk dan pelayanan keluarga berencana Meningkatnya tertib administrasi kependudukan masyarakat Misi 8 Meningkatnya stabilitas wilayah dan daya
tahan masyarakat Optimalnya kerjasama pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha untuk menjaga keamanan dan ketertiban umum Sumber: RPJMD Provinsi Papua Barat (data diolah)
Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional
4
Kajian Fiskal Regional Tahun 2019 Provinsi Papua Barat
Sasaran Pembangunan dan Tantangan Daerah
di kabupaten/kota.
h. Kurangnya pemerataan dan kualitas sumber daya manusia bidang kesehatan.
i. Kurangnya ketersediaan air bersih. j. Rendahnya rasio elektrifikasi.
k. Kurang optimalnya reformasi birokrasi dan pelaksanaan otsus.
l. Masih rendahnya daya saing daerah A.2 Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Semangat Otonomi Khusus dalam kerangka pembangunan di Provinsi Papua Barat menjadi roh sekaligus paradigma pembangunan khususnya dalam mewujudkan perencanaan. Semangat tersebut didasari oleh 4 (empat) nilai yang tertuang dalam ketentuan Otonomi Khusus, meliputi Perlindungan, Penghormatan, Keberpihakan dan Pemberdayaan Orang Asli Papua (OAP). Dalam konteks kekhususan nilai tersebut telah diletakkan oleh Provinsi Papua Barat sebagai nilai rujukan deskriptif dan sekaligus sebagai nilai rujukan preskriptif, serta menjadi dasar kebijakan dalam menentukan prioritas.
Prioritas pembangunan pada tahun 2019, disusun dengan mengacu pada kebijakan mandatory dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2019, tujuan dan sasaran dalam RPJMD (tahun ketiga), tanpa melupakan filosofi otonomi khusus yang menjadi dasar. Perencanaan ditekankan pada penyelesaian permasalahan dan isu-isu strategis yang berkembang di tingkat provinsi, wilayah dan nasional dengan tetap memperhatikan pokok-pokok pikiran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Prioritas pembangunan Papua Barat tahun 2019 menjadi sebuah arahan dan acuan dalam melaksanakan program dan kegiatan, dengan rincian sebagai berikut:
a. Peningkatan kualitas pelayanan dasar dan
kualitas hidup masyarakat. (P1)
b. Peningkatan investasi daerah melalui pemanfaatan sumber daya yang berkelanjutan dan berkeadilan. (P2)
c. Peningkatan infrastruktur wilayah untuk mengurangi kemiskinan dan kesenjangan antarwilayah. (P3)
d. Pengoptimalan pelaksanaan reformasi birokrasi, ketentraman dan ketertiban umum serta kinerja otonomi khusus. (P4)
Tabel 1.2
Misi dan Tujuan Pembangunan dalam RKPD Provinsi Papua Barat Tahun 2019
Prioritas Misi Tujuan
P1 Meningkatkan kualitas
pelayanan dasar
pendidikan dan kesehatan
Mewujudkan sumber daya manusia yang cerdas,sehat dan berdaya saing
Meningkatkan kapasitas
infrastrukur dasar Terwujudnya pemerataan pembangunan infrastruktur dasar dan layanan publik
Memperkuat pemberdayaan masyarakat,perempuan dan perlindungan anak berbasis masyarakat berketahanan sosial
Mewujudkan masyarakat berketahanan sosial
Meningkatnya kinerja penataan penduduk dan pelayanan hak Kependudukan masyarakat
P2 Mewujudkan pengelolaan
lingkungan dan sumber daya alam yang berkeadilan dan berkelanjutan
Mewujudkan pengembangan dan pembangunan daerah yang berwawasan lingkungan Meningkatkan daya saing
perekonomian dan investasi daerah berbasis pariwisata
Meningkatkan perekonomian daerah yang didukung oleh pemanfaatan potensial sumberdaya lokal lintas sektor Terwujudnya daya dukung dan daya tarik pariwisata terpadu berskala internasional Membangun pertanian
yang mandiri dan berdaulat
Terwujudnya kedaulatan pangan dan revolusi pembangunan pertanian dalam arti luas sebagai daya ungkit
pertumbuhan ekonomi daerah
P3 Meningkatkan kapasitas
infrastruktur dasar Terwujudnya pemerataan pembangunan infrastruktur dasar dan layanan publik
P4 Menciptakan tata kelola
pemerintahan yang baik berbasis aparatur yang bersihdan berwibawa (good and clean
governance) serta otonomi khusus yang efektif
Meningkatkan kinerja penyelenggaraan otonomi khusus Meningkatnya Kualitas Manajemen Penyelenggaraan Pemerintahan, Sinergitas Kebijakan Pembangunan, Dan Pelayanan Publik Serta Efektivitas Pelaksanaan Kebijakan Otonomi Khusus
Terwujudnya Pengelolaan Data Dan Informasi Layanan Publik Yang Terintegrasi Dan Berbasis IT Memperkuat kerukunan
umat beragama dan kondisivitas daerah
Meningkatnya stabilitas wilayah dan daya tahan masyarakat Sumber: RKPD Provinsi Papua Barat (data diolah)
5
Kajian Fiskal Regional Tahun 2019 Provinsi Papua Barat Sasaran Pembangunan dan Tantangan DaerahDari 4 (empat) prioritas pembangunan Provinsi Papua Barat tersebut, di trajectory-kan dalam 9 misi yang mengarah pada 13 tujuan yang akan dicapai melalui berbagai macam sasaran-sasaran pembangunan dengan beragam indikator sebagai ukuran. Selain itu, sebagai
gambaran pencapaian sasaran
pembangunan dan efektivitas kebijakan fiskal secara umum, dalam RKPD tahun 2019 juga ditetapkan target indikator-indikator makro dan kesejahteraan sebagai ukuran keberhasilan sebagaiman tahun-tahun sebelumnya. Penggunaan indikator makro dan kesejahteraan setidaknya mampu menangkap gambaran sejauh mana pembangunan di Provinsi Papua Barat berhasil dilaksanakan dan memberi pengaruh bagi perekonomian masyarakat.
RKPD yang telah ditetapkan melalui Peraturan Gubernur (Pergub) menjadi dokumen dasar dari Kebijakan Umum APBD (KUA) dan penentuan Prioritas dan Pagu Anggaran Sementara (PPAS) dalam membiayai pembangunan daerah dalam satu tahun.
Melalui pembiayaan pembangunan yang bersumber dari APBD dan didukung oleh APBN dengan kewenangan Dekonsentrasi (DK) dan Tugas Pembantuan (TP), program dan kegiatan dapat dilaksanakan dan sasaran/target pembangunan daerah diupayakan untuk dicapai.
Pemanfaatan anggaran dalam pelaksanaan program dan kegiatan oleh OPD, tertuang dalam Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) sebagai penjabaran teknis, serta pedoman kegiatan yang harus dilaksanakan. Atas dasar RKA, OPD mendapatkan anggaran yang ditetapkan batasan alokasinya dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) sebagai dasar optimalisasi sumber daya yang dimiliki dalam mencapai output yang ditargetkan.
B. TANTANGAN DAERAH
Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini dengan memperhitungkan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sendiri (World Commission on Environment and Development, 1990). Prinsip pembangunan berkelanjutan merupakan prinsip keseimbangan pembangunan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan (Kates, et al. 2005). Ide pembangunan berkelanjutan mengandung tiga tujuan pembangunan, yaitu kekuatan ekonomi, tanggung jawab terhadap ekologi, dan keadilan sosial untuk mencapai tujuan pembangunan jangka pendek dengan tidak mengorbankan tujuan pembangunan jangka panjang.
Pelaksanaan pembangunan berkelanjutan dalam wujud implementasi RKPD (jangka pendek) dan RPJMD (jangka menengah) oleh Tabel 1.3
Target Indikator Makro dan Kesejahteraan dalam RKPD Provinsi Papua Barat
Indikator Target 2017 2018 2019
Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,00 7,00 7,00
Laju Inflasi Tahunan (%) 3,28 4,08 3,66
Indeks Pembangunan Manusia (Angka)
62,32 63,21, 63,64
Rasio Gini (Angka) 0,37 0,38 0,37
Persentase Tingkat Kemiskinan (%)
25,10 24,27 23,29
Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 7,52 6,45 6,42 Indeks Kesenjangan Wilayah/Indeks Williamson (Angka) 0,45 0,43 0,42
Pengeluaran per kapita per bulan (Rp juta)
1,10 1,20 1,30
Produktivitas total daerah (Rp juta)
167,00 167,50 170,00
Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional
6
Kajian Fiskal Regional Tahun 2019 Provinsi Papua Barat
Sasaran Pembangunan dan Tantangan Daerah
pemerintah daerah dalam bingkai otonomi daerah harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi daerah pada saat pembuatan dan pengembangan kebijakan. Kebijakan pembangunan harus peka terhadap potensi dan hambatan daerah dalam hal kondisi perekonomian masyarakat, sosial kependudukan dan geografi wilayah (Zumaeroh, 2011).
B.1 Tantangan Ekonomi Daerah
Pembangunan Provinsi Papua Barat sebagai wilayah otonomi khusus, selama ini didominasi oleh pengaruh faktor ekonomi. Kekayaan alam yang melimpah berupa hutan, mineral tambang, maupun kelautan ditambah dengan tenaga kerja menjadi sumber daya yang tersedia untuk dapat dimanfaatkan menjadi modal utama perekonomian. Menurut Sukirno (2011), ketersediaan tenaga kerja mampu mempengaruhi pembangunan ekonomi daerah dalam mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastuktur lebih banyak tersedia, perusahaan semakin banyak, dan semakin berkembang, taraf pendidikan semakin tinggi dan teknologi semakin meningkat.
B.1.1 Kesenjangan
Perekonomian Provinsi Papua Barat sangat bertumpu pada sektor pertambangan, dengan dua kabupaten/kota yang menjadi penggerak utama yaitu Kota Sorong dan Kab. Manokwari. Kota Sorong merupakan pusat kegiatan bagi regional Papua Barat karena memiliki simpul transportasi yang sangat strategis sebagai gerbang tranportasi Provinsi Papua Barat, sekaligus menjadi pusat kegiatan jasa dan perdagangan. Kondisi ini telah ada sejak zaman pendudukan Belanda akibat adanya kegiatan pengolahan dan perdagangan bahan hasil
pertambangan. Wilayah lainnya yang tergolong memiliki jenis layanan lengkap kepada masyarakat adalah Kabupaten Manokwari sebagai ibukota provinsi. Sementara wilayah lainnya sebagai daerah otonomi baru, fungsi-fungsi layanan yang semestinya ada masih belum didirikan. Pola struktur ruang wilayah-wilayah tersebut saat ini masih linier yaitu mengikuti pola jaringan jalan arteri, belum berkembang dan melebar seperti halnya Kota Sorong dan Kab. Manokwari.
Kesenjangan yang terjadi antara Kota Sorong dan Kab. Manokwari dengan kabupaten lainnya dipengaruhi oleh beberapa sektor, yaitu konstruksi, informasi dan komunikasi, dan transportasi dan pergudangan yang menjadi engine growth, selain pertambangan dan industri yang telah memajukan Kota Sorong. Sedangkan sektor real estate, konstruksi, dan administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib menjadi pendorong Kab. Manokwari. Pada kabupaten/kota lainnya, didorong oleh sektor pertanian, kehutanan, perikanan, dan kelautan dengan nilai produksi yang relatif kecil. Secara keseluruhan, pergerakan perekonomian Provinsi Papua Barat masih didominasi oleh sektor migas, dibandingkan industri pengolahan non-migas. Pemeran utama sektor pertambangan adalah industri minyak bumi yang berada di Kota Sorong dan Kab. Sorong, serta industri Liquid Natural Gas (LNG) di Kab. Teluk Bintuni. Meskipun dominan, kontribusi sektor industri pengolahan (migas) terus mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir disebabkan oleh menurunnya harga minyak dan gas di pasar internasional. Berdasarkan kontribusi terbesar terhadap PDRB, terlihat bahwa setiap tahunnya didominasi oleh
7
Kajian Fiskal Regional Tahun 2019 Provinsi Papua Barat Sasaran Pembangunan dan Tantangan Daerahkabupaten/kota yang sama yaitu Kab. Teluk Bintuni, Kab. Sorong, dan Kota Sorong sebagai lokasi pertambangan. Perekonomian Provinsi Papua Barat berada di sekitaran sektor migas (pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, konstruksi) sementara sektor pertanian, kehutanan, perikanan, dan kelautan belum mampu berkontribusi banyak meskipun Provinsi Papua Barat memiliki lahan non-pemukiman dan non-industri yang luas mencapai 99,65 persen dari total wilayah. B.1.2 Infrastruktur
Kebijakan Pemerintah Provinsi Papua Barat yang memprioritaskan peningkatan investasi dan pembangunan infrastruktur diharapkan dapat mengurangi kesenjangan antar wilayah dan antar sektor. Peningkatan investasi di sektor pertanian, kehutanan, perikanan, dan kelautan akan mendorong wilayah lain yang tidak memiliki pertambangan untuk dapat meningkatkan produktivitas.
Sejauh ini penanaman modal di Provinsi Papua Barat telah berhasil meningkat khususnya pada sektor tanaman pangan, perkebunan, dan
peternakan melalui Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) senilai Rp255,46 miliar (tahun 2019), namun investasi tersebut hanya tersentralisasi di Kab. Manokwari. Hal yang sama juga terjadi di sektor transportasi, gudang dan telekomunikasi dengan investasi yang berlokasi di seputaran 4 (empat) kabupaten/kota utama di Provinsi Papua Barat. Sedangkan Penanaman Modal Asing (PMA) lebih banyak berkutat di sektor pariwisata (Hotel dan Restoran) di Kab. Raja Ampat dan perindustrian di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sorong yang menjadi unggulan pemerintah pusat dan daerah sehingga memiliki insentif investasi.
Prioritas pemerintah daerah pada pembangunan infrastruktur berupa jalan dilakukan dalam rangka membuka aksesibilitas antar wilayah. Selama ini kondisi jalan di Provinsi Papua Barat hanya 34,53 persen dari 8.672,52 km yang berada dalam kondisi baik, sisanya dalam kondisi sedang (25,81 persen), rusak (18,08 persen) dan rusak berat (21,57 persen).
Tabel 1.5
Perkembangan Realisasi Investasi di Provinsi Papua Barat Tahun 2019 Sektor 2018 2019 Proyek Nilai (juta Rp) Proyek Nilai (juta Rp) Tanaman Pangan, Perkebunan, dan Peternakan 1 47,903.70 7 255,458.30 Industri 4 2,501.60 5 14,255.00 Konstruksi - - 2 348.80 Perdagangan dan Reparasi 2 454.90 5 219.90 Hotel dan Restoran - - 1 300.00 Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi - - 5 98,876.50 Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran - - 1 10,601.40 Jasa Lainnya - - 2 180.00
Sumber: BKPM (data diolah) Tabel 1.4
PDRB per Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat Tahun 2019 (miliar)
Kabupaten/Kota PDRB %
Kontribusi
Kab. Fakfak 5,303.71 6.29% Kab. Kaimana 2,791.43 3.31% Kab. Teluk Wondama 1,580.39 1.87% Kab. Teluk Bintuni 30,465.84 36.12% Kab. Manokwari 9,948.72 11.79% Kab. Sorong Selatan 1,922.66 2.28% Kab. Sorong 11,130.59 13.20% Kab. Raja Ampat 2,913.39 3.45% Kab. Tambraw 228.51 0.27% Kab. Maybrat 718.35 0.85% Kab. Manokwari Selatan 823.36 0.98% Kab. Pegunungan Arfak 201.07 0.24% Kota Sorong 16,317.30 19.35% Sumber: BPS Provinsi Papua Barat (data diolah)
Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional
8
Kajian Fiskal Regional Tahun 2019 Provinsi Papua Barat
Sasaran Pembangunan dan Tantangan Daerah
Ditambah dengan kontur jalan yang hanya 65 persen telah diaspal, sedangkan sisanya masih berupa tanah, batu/kerikil, dan rerumputan. Kondisi ini menghambat perekonomian karena jalan telah menjadi tulang punggung pergerakan/perpindahan barang dan manusia, serta menjadi penghubung utama antar wilayah di Provinsi Papua Barat yang memiliki jarak antar kabupaten/kota yang sangat jauh. Bahkan dari Kota Sorong menuju Kab. Manokwari ditempuh selama 16-18 jam tergantung cuaca, dan hanya bisa dilalui dengan kendaraan penggerak 4 roda.
Selain jalan, pembangunan infrastruktur untuk mengurangi kesenjangan antar wilayah dan antar sektor adalah dengan mengatasi defisit
pasokan energi listrik. Sistem kelistrikan di Provinsi Papua Barat saat ini dapat dikatakan masih terisolasi, karena unit pembangkit listrik yang ada masih belum merata atau cenderung terpusat di Kota Sorong, Kab. Sorong, Kab. Teluk Bintuni dan Kab. Manokwari. Wilayah Provinsi Papua Barat secara keseluruhan memiliki masih rasio elektrifikasi yang rendah karena luas wilayahnya dan jarak antar rumah tangga cukup jauh sehingga masih banyak rumah tangga dengan sumber penerangan listrik non PLN dan menggunakan pelita/senter. Padahal dorongan terhadap perekonomian sudah seharusnya diselaraskan dengan angka rasio elektrifikasi yang lebih tinggi dari nasional (≥98,86 persen).
Keterbatasan kapasitas infrastruktur Provinsi Papua Barat berpengaruh pada peningkatan biaya koleksi dan distribusi yang pada gilirannya memperburuk daya saing produk yang dihasilkan. Keterbatasan dan rendahnya kualitas infrastruktur jalan dan listrik merupakan faktor penyebab utama tingginya biaya ekonomi. Ditambah lagi dengan terbatasnya Aspal 65% Tidak diaspal 30% Lainnya 5% Grafik 1.2
Struktur Jalan di Provinsi Papua Barat
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat (data diolah)
Tabel 1.6
Rasio Elektrifikasi Provinsi Papua Barat Tahun 2019 (persen)
Kabupaten/Kota Rasio
Kab. Fakfak 70.77 Kab. Kaimana 68.68 Kab. Teluk Wondama 67.42 Kab. Teluk Bintuni 76.65 Kab. Manokwari 98.90 Kab. Sorong Selatan 87.85 Kab. Sorong 89.78 Kab. Raja Ampat 68.52 Kab. Tambraw 65.82 Kab. Maybrat 64.92 Kab. Manokwari Selatan 67.25 Kab. Pegunungan Arfak 62.39 Kota Sorong 99.39 Sumber: BPS Provinsi Papua Barat (data diolah) Baik 34% Sedang 26% Rusak 18% Rusak Berat 22% Grafik 1.1
Kondisi Jalan di Provinsi Papua Barat
9
Kajian Fiskal Regional Tahun 2019 Provinsi Papua Barat Sasaran Pembangunan dan Tantangan Daerahinfrastruktur pelabuhan laut (pelabuhan besar hanya berada di Kab. Fakfak, Kab. Manokwari dan Kota Sorong) dan pelabuhan udara (bandara besar hanya berada di kab. Manokwari dan Kota Sorong) membuat biaya produksi, biaya koleksi dan biaya distribusi di Provinsi Papua Barat semakin meningkat. Biaya-biaya ekonomi yang membebani ini harus ditanggung oleh para pelaku ekonomi sehingga secara langsung berpengaruh pada tingginya harga barang, serta kurangnya minat berinvestasi.
B.1.3 Ketenagakerjaan
Selain upaya untuk mengoptimalkan SDA melalui peningkatan kapasitas infrastruktur, pembangunan Provinsi Papua Barat sebagai wilayah otonomi khusus juga memperhatikan SDM sebagai bagian dari faktor ekonomi. Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam ketenagakerjaan adalah rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki angkatan kerja. Dari keseluruhan penduduk yang bekerja, sebagian besar memiliki kualifikasi tamatan SD sebanyak
34,5 persen (150.680 jiwa), sedangkan 24,6 persen (107.420 jiwa) memiliki ijazah SMA, dan 15,59 persen (68.066 jiwa) telah tamat SMP. Tenaga kerja tersebut banyak bekerja di sektor pertanian, kehutanan, perikanan, dan kelautan. Sektor ini merupakan tulang punggung utama perekonomian masyarakat, serta menjadi sumber pangan utama Provinsi Papua Barat.
Pada tenaga kerja dengan kualifikasi Universitas, sebagian besar adalah pendatang yang bermigrasi dan bukan OAP. Para tenaga kerja ini lebih banyak bekerja di sektor pertambangan dan industri kabupaten/kota besar yang ada di Provinsi Papua Barat. Kondisi ini menunjukkan bahwa kualitas dan produktivitas tenaga kerja di Provinsi Papua Barat perlu untuk ditingkatkan baik itu melalui peningkatan akses pendidikan maupun pemberian pelatihan khusus agar dapat berpartisipasi penuh dalam perekonomian. B.1.4 Keamanan
Ketenteraman, ketertiban umum dan perlindungan masyarakat merupakan salah satu hal penting yang perlu dijaga untuk memperlancar pembangunan (UU No. 32 Tahun 2004). Untuk menciptakan kondisi tersebut maka perkembangan angka kriminalitas dan risiko tindak pidana kriminalitas harus terus dipantau. Angka kriminalitas merupakan angka yang biasa digunakan untuk menukur tindak kejahatan pidana. Secara umum angka kriminalitas di Provinsi Papua Barat cenderung fluktuatif. Pada tahun 2017 hingga 2019 terjadi kenaikan angka kriminalitas dari 2.262 kasus menjadi 3.621 kasus, namun pada tahun 2018 sempat turun menjadi 2.137 kasus. Jumlah ini termasuk dengan gangguan keamanan yang diberikan oleh kelompok Tabel 1.7
Struktur Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat (jiwa)
Kategori 2018 2019
Penduduk Usia Kerja (>15th) 56,517 667,110
Angkatan Kerja 445,630 461,061 Bekerja 417,544 436,739 Tamat SD Kebawah 146,368 150,680 Tamat SMP 61,916 68,066 Tamat SMA 99,220 107,420 Tamat SMK 34,622 32,127
Tamat Diploma I/II/III 13,945 16,364
Tamat Universitas 61,473 62,082
Pengangguran 28,086 28,086
Bukan Angkatan Kerja 210,887 206,049
Sekolah 77,322 77,322
Mengurus Rumah Tangga 116,418 116,417
Lainnya 17,147 17,147