• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aqidah Atau Iman

Dalam dokumen Agama (Halaman 77-82)

Kerangka Agama Islam

6.1. Aqidah Atau Iman

Aqidah atau keimanan adalah keyakinan seseorang yang diwu- judkan dengan membenarkan dengan hati, menyatakan dengan lisan dan membuktikannya dengan seluruh amal perbuatan. Menurut Q.S. Al-Hujurat ayat 15 orang yang benar-benar beriman itu adalah :

Only those are believers who have believed in Allah and His Mes- senger, and have never since doubted, but have striven with their belongings and their persons in the cause of Allah such are the sincare ones.

Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka ti- dak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mer- eka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.

Orang beiman itu adalah orang yang meyakini Allah dan Rasul- Nya kemudian tidak ragu-ragu untuk berjihad dengan harta dan diri di jalan Allah. Keyakinan kepada Allah dan Rasul sebagai utusannya yang menyampaikan segala risalah Allah telah membentuk kesada- ran diri, bahwa hidup manusia tidak akan bisa lepas dari rencana dan ketetapan Allah. Sistem kehidupan alam semesta raya ini ada karena ada yang mengadakan dengan rencana yang matang dan dengan se- gala ketentuan-ketentuan yang pasti. Dipelihara, dikontrol (di awasi) dicatat dievaluasi oleh petugas dan alat khusus yang telah diseting oleh penciptanya untuk mencapai tujuan penciptaannya. Oleh karena itu orang beriman wajib juga percaya kepada al-Qur‘an, Malaikan, hari akhir, dan qodlo dan qodar, semua itu merupakan perangkat da- lam seting kehidupan.

Orang beriman seyogiannya menyadari bahwa dalam ber- perilaku senantiasa dihadapkan kepada keuntungan atau kerugian, secara lahir dan batin, yang berakibat keuntungan lahiriah (materi) dan batiniah (pahala), maka setiap orang beriman adalah orang yang memiliki komitmen dan tekad yang bulat (commitment and determi- nation), untuk memperoleh keberuntungan dari pencipta kehdiupan, yakni Allah. Dan untuk itu Allah menjamin sebagaimana ketetapan- nya dalam Q.S. al-Muminuun [23] ayat 1:

The believers must (eventually) win through. Sungguh beruntung orang-orang yang beriman

Allah menetapkan sungguh beruntung orang-orang yang beri- man, karena itu orang beriman selalu optimis sebabnya selalu akan

memperoleh keberuntungan, ketika mendapat musibah ia bersabar karena yakin bahwa musibah adalah rencana Allah untuk meningkat- kan derajatnya, atau merupakan peringatan untuk perbaikan dirinya, rela menjalani musibah karena keberuntungan yang akan diraih, jika di andaikan dengan seorang pedagang yang sedang mencari keuntungan, ia rela mengeluarkan modal meski harus menjual apapun demi me- rauh keuntungan yang berlipat-lipat. Bila ia seorang Mahasiswa ia rela membayarkan uangnya untuk SPP, buku, dan biaya lainnya karena ia yakin akan memperoleh keberuntungan yang jauh lebih berharga yak- ni ilmu, ijazah, kesempatan kerja dan akhirnya bekerja memperoleh uang yang berlipat-lipat dari modal yang dikeluarkan sewaktu kuliah. Apalagi ketika mendapat kebaikan orang beriman bersyukur. Merasa beruntung, senang, nikmat, bahagia, dan ditambah kenikmatannya.

Kamaluddin, menyatakan : orang yang memiliki rasa optimis yang tinggi akan terus bergerak meskipun ribuan badai menyerang. Mereka terus melangkah kedepan saat kegagalan menyapa. Mereka senantiasa sabar menjaga impian, harapan dengan keyakinan. Bah- kan kerapkali kegagalan mereka pandang sebagai media untuk men- capai kesuksesan, dengan kegagalan atau musibah mereka mendapat feed back, umpan balik agar terhidar dari kegagalan berikutnya dan menentukan langkah-l;angkah keberuntungan. Kita sering mendengar adagium, ―kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda‖

Dalam al-Qur‘an surat at-Tahrim ayat 6, di jelaskan bahwa orang yang beriman diperintahkan untuk ; ―jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka‖. Ayat ini menekankan orang yang beriman untuk ber- tanggung jawab pada diri dan keluarga dari kerugian yang akan men- impa berupa harta dan pahala. Orang yang bertanggung jawab akan senantiasa memelihara diri sebagai sumber daya utama atau modal utama, dengan cara mawas diri (Desire for responsibility). Dan selalu mencari peluang dengan keyakinan bahwa seluruh yang ada di langit dan di bumi, di antara langit dan bumi amat kaya oleh peluang ke- beruntungan. Keyakinan itu membentuk rasa percaya diri ―self con-

fidence‖, yang selanjutnya membentuk etos kerja yang merupakan pancaran dari kesabaran, yakni : ulet, tekun, bekerja keras, tidak ta- kut menghadapi resiko. Etos kerja tersebut mendorong untuk bersikap toleran terhadap segala perbedaan pandangan dan segala resiko, dari ketidak pastian hasil usahanya, ia yakin kepada kehendak pengatur kehidupan (Allah). Karena itu orang beriman seyogiannya senantiasa mengembangkan sikap ―tolerance for risk, ambiguity, and uncertain-

ty‖. karena ia mempunyai penjamin kualitas (quality assurance) san- daran keyakinan yang tidak mungkin dapat disaingi oleh siapapun, ia merasa aman bersamaNya. Orang beriman selalu rindu, cinta, senang bersama Allah, ia selalu melatih diri untuk selalu membesarkan-Nya dengan shalat yang khusuk, tahajud di dua pertiga malam merupakan target mencapai ―maqomam mahmuda‖ tempat yang terpuji, asyik berdialog dengan Allah senang bersamanya. Jangankan bersama Al- lah di panggil Presiden ke istana saja rasanya bangga dan berharga. Bagaimana dengan Allah penguasa seluruh jagat raya. Tapai ironisnya kebanyakan manusia tidak merasa senang dan bangga bersama Al- lah. Dengan rasa bangga dan berharga bersama Allah, ia akan selalu menjaga dirinya dan keluarganya dari segala kerugian dan kemurkaan Allah.

Untuk memelihara diri dan keluarga dan untuk memudahkan, meringankan kehidupan, Islam memiliki syariat atau jalan hidup di antaranya adalah menegakan shalat. Rasulullah menyatakan bahwa shalat itu adalah tiang agama, maka barang siapa yang menegakan- nya ia menegakan agama, barang siapa yang meninggalkannya, ia meruntuhkan agama. Dalam sabda yang lain Rasulullaah Saw., juga

menyatakan batas keimanan seseorang dengaan kekafirannya adalah

meninggalkan shalat. Dalam kehidupan dunia kini shalat merupakan penentu, yaakni orang yang dapat shalat dengan khusuk, tawadlu, dalam membesarkan Allah selama melaksanakan shalat, maka makna (isi) shalat yakni ingat kepada Allah dan membesarkan-Nya akan selalu tegak dalam kehdiupan sehari-hari setiap saat dalam berbagai kondisi dan situasi, sehingga mencapai apa yang diharapkan Allah yakni :

Man who celebrate the praises of Allah, standing, sitting, and lying down and their sides

(Q.S. Ali Imran [3] ayat 191)

Yakni selalu mengingat Allah dalam kondisi berdiri, duduk, atau berbaring, sehingga tidak pernah lepas dalam hidupnya dari membe- sarkan Allah sebagai summumbounum ( nilai tertinggi) yang selalu diperjuangkan dalam kehidupan dunia kini dan sebagai bentuk keka- yaan, kesuksesan, dan kesejahteraan dalam alam kenikmatan disemb- rang dunia sana. Orang yang memelihara diri dengan shalat juga akan memperoleh inspirasi berupa kekuatan untuk menarik manfaat dari segala ciptaan Allah, karena itu ia akan memikirkan segala sesuatu yang Allah ciptakan yang ada di langit, di bumi, hingga mampu me- nemukan bahwa segala apa yang Allah ciptakan itu tidak ada yang sia-sia, selalu mengandung manfaat dalam hidupnya. Pemikirannya sampai kepada apa yang Allah tetapkan yakni :

And contemplate the (wonders of) ceation in the heavens and the earth, (with the throught) : “ Our Lord not for nought hast thou created (all) this !

Gemar merenungkan (memikirkan) apa yang Allah telah ciptakan di langit dan di bumi, inilah kegemaran ilmuan yakni mencari ilmu, yang merupakan kewajiban bagi setiap muslim laki-laki maupum muslim permpuan (muslimat), dengan ilmunya itu men- getahuai bahwa segala sesuatu itu bermanfaat tidak ada yang sia-sia atau bathil. Dengan pengetahuannya itu ia takjub akan

kebesaran Allah dengan menssucikan-Nya (bertasbih) dan takut akan ketentuan-ktentuan buruk dari Allah sehingga ia berlind- ung kepada Allah dan memohon di jauhkan dari siksa api neraka. Sebagaiman Allah menjelaskan dalam lanjutan ayat tersebut :

Glorytothee!Giveussalvationfromthepenaltyofthefire. (Maha suci Engkau Maka kami berlindung dari siksa api Neraka)

Dalam dokumen Agama (Halaman 77-82)