• Tidak ada hasil yang ditemukan

Status dan Fungsi Manusia

Dalam dokumen Agama (Halaman 44-51)

Perspektif Tentang Hakikat Manusia

3.4 Status dan Fungsi Manusia

Status manusia di bumi ini selalu dikaitkan dengan konsep kehalifahan. Misalnya, Quraisy Shihab (1992) telah membahas ma- salah kekhalifaham ini. Menurut hasil penelitiannya, bahwa di dalam

al-Qur‘an terdapat kata khalifah dalam bentuk tunggal sebanyak dua

kali, yaitu dalam surat al-Baqarah ayat 30 dan shad ayat 26; dan dalam bentuk plural (jamak), yaitu khala‘if dan khulafa‘ yang masing-masing sebanyak empat kali dan tiga kali. Keseluruhan kata tersebut menu- rutnya berakar pada kata ―khulafa‖ yang pada mulanya berarti ―di

belakang‖. Dari sini, kata khalifah menurutnya sering kali diartikan

sebagai ―pengganti‖. Dalam uraian selanjutnya Quraish Shihab me- nyatakan segi penggunaan istilah-istilah tersebut. Dengan mengacu kepada ayat yang artinya: ―Dan Daud membunuh Jalut, Allah mem- berinya kekuasaan/ kerajaan dan hikmah serta mengajarkannya apa yang Dia kehendaki‖. Qurais Shihab menyatakan bahwa kekhalifahan yang dianugerahkan kepada Daud as, bertalian dengan kekuasaan mengolah wilayah tertentu. Hal ini diperolehnya berkat anugerah Illa- hi yang mengajarkan kepadanya al-hikmah dan ilmu pengetahuan se- bagaimana disebutkan itu memberikan petunjuk yang jelas tentang ad- anya kaitan yang erat antara pelaksanaan fungsi kekhalifahan dengan pendidikan dan pengajaran, yaitu untuk dapat melaksanakan fungsi kekhalifahan itu sebagai khalifah (wakil Tuhan), untuk melaksanakan segala yang diridhai Allah SWT.

Sebagai khalifah di atas bumi ini memiliki peranan untuk meng- kulturkan natur dan dalam waktu yang sama untuk meng-Islamkan kultur. (2:21; 6:165; 33:72; 35: 39; 2:30-34; 7:31; 16:12-14; 4:58;

45:12-13; 14: 32-34). Untuk memainkan perannya manusia diper- lengkapi Allah dengan pelbagai macam Hidayat (insting, indria, akal, agamadanhidayattaufiq). Kepadamanusiadianuhgerahkan beberapa kebebsan memiliki (limited free-will) (92: 4-11), dengam konsekuensi tanggungjawab (17 :17; 52:21; 74:38; 24:54) yang ditanggung secara individual pada Hari Akhirat (2:48), dimana segala indera dan alat badani lainnya dijadikan sebagai saksi (24 : 24). Baik yang berbuat kebajikan maupun yang berbuat kejahatan , bagaimana kecilpun, nis- cahya bakal dinampakkan (99 : 7-8). Disamping kedudukan sebagai khalifah (Wakil Allah), dalam waktu yang sama manusia itu sebagai Abdullah (Hamba/ Pengabdi Allah), dengan tugas melaksanakan iba- dah (pengabdian) dalam arti yang seluas-luasnya kepada Allah (51:56; 98:5; 2:21; 1:4; 18:110; 6:102).

Kedudukan lainnya dari manusia di alam ini sebagai Abdullah hamba yang harus beribadah kepada Allah (lihat QS. Adz-Dzariyat [51] : 56). Beribadah itu pada hakikatnya adalah dalam rangka melak- sanakan fungsi kekhalifahan dan kehambaannya. Sementara itu, Musa

Asy‘ari (1992; 20) menyatakan bahwa essensi ‗abd adalah ketaatan,

ketundukan, dan kepatuhan yang semuanya itu layak diberikan ke- pada Tuhan.

Ketika pengertian ibadah ini dihubungkan dengan pengertian khalifah, dapat diperoleh pemahaman bahwa kedudukan sebagian khalifah adalah sebagai pengganti, ia memegang kepemimpinan dan kekuasaan yang ada. Oleh karena itu, essensi seorang khalifah adalah kreatifitas.Sedangkankedudukanseorang‗abdadalahpengabdiannya, essensi seorang ‗abd adalah ketaatan dan kepatuhan. Dengan demiki- an kedudukan manusia di alam raya ini di samping sebagai khalifah yang memiliki kekuasaan untuk mengolah alam, dengan menggu- nakan segenap daya potensi yang dimilikinya, juga sekaligus sebagai

abd‘yangkeseluruhanusaha dankreatifitasnya ituharusdilaksanakan dalam rangka mengabdi kepada Allah.

Orang yang beriman memandang manusia sebagai makhluk yang mulia dan terhormat disisi Allah.

“We have honoured the sons of Adam : provided them with transport on land and sea; given them for sustenance thing good and pure; and conferred on them special favours, above a great part of our Creation.

Dan sesungguhnya Kami telah muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di darat dan di laut, Kami beri mereka rizki dari yang baik-baik, dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makluk-makhluk yang telah Kami ciptakan” (QS. Al-Isra, ayat 70).

Manusia diciptakan dengan bentuk yang sebaik-baiknya setelah kedalam jasadnya ditiupkan ruh ketuhanan maka para malaikat di per- intahkan untuk bersujud, menghormat, kepadanya, diberi ilmu dan kehendak, dijadikan khalifah di atas bumi yang merupakan central aktivitas alam raya semua yang di langit dan di bumi bekerja untuk kepentingan manusia. Seluruh mahluk di alam raya berhidmat kepada manusia, sedangkan Allah menciptakan manusia untuk berhidmat ke- pada Allah SWT. Kedaan ini telah di atur dalam rencana Allah sebagai manadinyatakandalamfirman-NyaQS.Al-Baqoroh:29(DialahAllah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu semuanya) dan QS adz-Dzariyat : 56 (Dan tidaklah Aku menciptakan Jin dan Manu- sia melainkan untuk menyembah-Ku). Dari ayat ini dapat dipahami bahwa kemuliaan manusia itu bukan karena entitas atau keberadaan wujud manusia tetapi karena fungsi atau relasi antar manusia dengan Allah, manusia dengan sesamanya, dan manusia dengan lingkungan- nya (hablum minallah,wa hablim minannas, dan hablum minal alam). Karena lingkungan diperuntukkan manusia maka relasi yang pokok dinyatakan dua saja yaitu relasi dengan Allah dan relasi dengan se- sama manusia. Bagi manusia yang tidak mampu menghubungkan ke- dua relasi ini mereka akan berada dalam kehinaan dan kerendahan, karena mereka mendustakan ayat-ayat Allah, mengingkari rencana Al- lah, melanggar program Allah. Allah menjelaskan keadaan ini dalam Firman-Nya (QS. Al- Baqoroh [2] : 61 sebagai berikut :

“… They were covered with humiliation and misery; they drew on themselves the wrath of Allah. This because they went on re- jecting the Signs of Allah and slaying His Messengers without just cause. This because they rebelled and went on transgressing”. Ditimpakan kepada mereka kehinaan, kerendahan (kenistaan), dan kemurkaan dari Allah, hal itu terjadi karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah, dan membunuh para Nabi yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu terjadi karena merka selalu durhaka dan melampaui batas.

Dan (QS. Ali-Imran [3] : 112) sebagai berikut :

Shame is pitched over them (Like a tent) wherever they are found, except when under a covenant (of protection) from Allah and from men; they draw on themselves wrath from Allah, and pitched over them is (the tent of) destitution. This because they rejected the Signs ofAllah, and slew the prophets in defiance of right; this because they rebelled and transgressed beyond bounds.

“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecu- ali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemakmuran dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu

disebabkan mereka durhaka dan malampaui batas”.

Dari ayat tersebut kita dapat memahami adanya tiga entitas yaitu Allah, manusia, dan ayat-ayat Allah yang terdiri dari ayat Tanziliyah

(Al-Qur‘an) dan ayat kauniah yaitu alam semesta. Manusia akan hina

dan rendah apabila tidak mampu menjalin hubungan (relasi) yang har- monis dengan ketiga entitas tersebut. Semua bentuk relasi manusia dengan ketiga entitas itu mempunyai dua kemungkinan, yaitu : Khae- run (baik) sesuai dengan program Allah, dan Syarrun (jelek) tidak se- suai dengan program Allah. Bila relasi itu didasarkan di diorientasikan terhadap Allah semata (berprilaku sesuai dengan hukum-hukum Allah) ikhlas sepenuhnya mengabdi kepada Allah (melaksanakan fungsi ke- hambaannya). Ini berarti sesuai dengan perintah Allah. Sebagaimana dinyatakan-Nya dalam AL-Qur‘an Surat Al-Bayyinah [98] ayat 5 se- bagai berikut :

And they have been commanded no more than this: To worship Allah, offering Him sincere devotion, being true (in faith); to es- tablish regular prayer; and to practise regular charity; and that is the Religion Right and Straight.

Artinya : “padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya mey- embah Allah dengan memurnikan keta‟atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendiri- kan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah

agama yang lurus”.

Perilaku yang demikian disebut beriman dan beramal shaleh yaitu amalnya orang yang baik dan akan diberi hadiah (pahala) oleh Allah berupa jannah (syurga) yang mengalir di bawahnya sungai-sun- gai yang kekal di dalamnya dan mereka senantiasa ridla kepada Allah dan di ridla Allah, mereka itulah yang digolongkan oerang yang takut kepada Allah. Sebagaimana dinyatakan Allah dalam QS. Al Bayyinah [98] :7 dan 8 sebagai berikut :

Those who have faith and do righteous deeds,- they are the best of creatures( ). Their reward is with Allah: Gardens of Eternity, beneathwhichriversflow;theywilldwellthereinforever;Allah well pleased with them, and they with Him: all this for such as fear their Lord and Cherisher.

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan

amal saleh mereka itu adalah sebaik-baik mahluk( ). Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga‟Aden yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-la- manya. Allah ridla terhadap mereka danpun ridla kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut ke- pada Tuhannya”.

Sedangkan segala bentuk relasi yang tidak didasarkan dan diori- entasikan terhadap Allah disebut kufur, dan relasi yang beroreinentasi kepada Allah tetapi berorientasi juga kepada yang lain, tidak ikhlas semata-mata kepada Allah syirik orang yang melakukannya disebut Musyrik. Yang demikian itu merupakan relasi yang jelek (Syarrun) merekalah orang yang tersasar menyimpang dari aturan yang dipro- gramkan Allah. Hal ini dinyatakan Allah dalam QS. Al-Bayyinah [98] : 6

Those who reject (Truth), among the People of the Book and among the Polytheists, will be in Hell-Fire, to dwell therein (for aye). They are the worst of creatures.

Sesungguhnyaorang-orangkafiryakniahliKitabdanorang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk mahluk.

Inilah dua jalan yang ditunjukan Allah sebagaimana Firman- Nya, dalam QS. Al Balad [90] : 10 yang artinya : ― Dan Kami telah menunjukan kepadanya dua jalan‖, yakni jalan orang yang beriman dan jalan orang kafir. Manusia diberi kemerdekaan untuk memilih- nya, mau mempertahankan kemuliaannya atau mau hina, dua jalan itu sudah jelas akibatnya dan Allah tidak akan memaksa manusia untuk memilih jalan agama-Nya sebagaimana dinyatakan dalam Firman-Nya QS Al-Baqarah [2] : 256 yang artinya sebagai berikut :

Let there be no compulsion in religion: Truth stands out clear from Error: whoever rejects evil and believes in Allah hath grasped the most trustworthy hand-hold, that never breaks. And Allah heareth and knoweth all things.

Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesung- guhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beri- man kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang ke-

pada buhul tali yang amat kuat tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Dan Allah jugaberfirman : ―Sesungguhnya Kamitelah menun- jukinyajalanyanglurus;adayangbersyukurdanadapulayangkafir. Dengan memperhatikan uraian di atas maka fungsi manusia adalah malaksanakan aturan-aturan Allah baik ia sebagai Khalifah maupun sebagai hamba dengan seikhlas-ikhlasnya dengan menghilan- gkan pamrih kepada yang lain, pamrih dari segala perbuatan hanya semata-mata kepada Allah.

Dalam relasi antara manusia dengan manusia harus dalam kon- tek melaksanakan aturan Allah, itu berarti hidup sesuai dengan agama Islam karena hanya Islam yang di ridla Allah. Orang yang hidupnya sesuai dengan agama Islam itu adalah orang yang bersyukur dan orang yang meninggalkan aturan Islam disebut orang kufur (menutupi ajaran Islam dengan yang lain) misalnya dengan materi, hawa nafsu, jabatan dan lain-lainnya. Hidup teratur ini merupakan suatu keutamaan manu- sia, karena itu manusia harus memelihara keharmonian antara aturan dan perilaku.

Dalam dokumen Agama (Halaman 44-51)