• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR EKSTERNAL KERENTANAN SOSIAL

6.1 Etnisitas Pemulung 1 Bahasa

6.1.2 Asal Daerah

Subbab ini akan memperlihatkan bagaimana frekuensi responden berkumpul dengan teman yang sedaerah dengannya. Frekuensi berkumpul dengan teman sedaerah asal atau sekampung diukur dari frekuensi responden berkumpul dengan teman sekampung untuk ‘ngobrol’, frekuensi berkumpul dengan teman sekampung untuk kegiatan yang menghibur dan frekuensi responden memilih berkumpul dengan teman sekampung dari pada berkumpul dengan yang tidak sedaerah asal.

Tabel 15 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Perilaku Berkumpul dengan Orang Sedaerah Asal, Kelurahan Grogol Selatan, Kec. Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, 2011

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase responden berdasarkan frekuensi berkumpul dengan teman sekampung untuk ‘ngobrol’ menunjukan persentase sebesar 77 per sen responden pada kategori sangat rendah. Sedangkan frekuensi berkumpul dengan teman sekampung untuk ‘ngobrol’ pada kategori sangat tinggi adalah sebesar 23 per sen. Adapun frekuensi berkumpul dengan teman sekampung untuk ‘ngobrol’pada kategori rendah, sedang dan tinggi tidak ditemukan seperti yang tampak pada Tabel 15. Dominannya responden dengan frekuensi yang sangat rendah pada berkumpul dengan teman sekampung untuk ‘ngobrol’, dikarenakan sebagian besar responden tidak hidup berkelompok dengan sesama teman sekampung. Terlebih responden tidak terlalu memiliki waktu untuk sekedar ‘ngobrol’, sebagian besar waktunya dihabiskan untuk mencari sampah yang laku dijual.

Asal Daerah

Kategori Sangat

Rendah

Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Berkumpul dengan teman

sekampung untuk 'ngobrol' 27 77 0 0 0 0 0 0 8 23 Berkumpul dengan teman

sekampung untuk kegiatan

yang menghibur 30 86 0 0 2 6 0 0 3 8 Memilih berkumpul dengan

teman sekampung dari pada berkumpul dengan yang tidak sedaerah asal

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa persentase responden berdasarkan frekuensi berkumpul dengan teman sekampung untuk kegiatan yang menghibur menunjukan persentase sebesar 86 per sen responden pada kategori sangat rendah. Sedangkan frekuensi berkumpul dengan teman sekampung untuk kegiatan yang menghibur pada kategori sedang adalah sebesar enam per sen dan kategori sangat tinggi adalah sebesar delapan per sen seperti tampak pada Tebel 15. Dominannya responden dengan frekuensi yang sangat rendah pada aktivitas berkumpul dengan teman sekampung untuk kegiatan yang menghibur, dikarenakan sebagian besar responden hidup berkelompok yang terdiri dari berbagai latarbelakang daerah asal. Terlebih responden tidak terlalu memiliki waktu untuk sekedar menghibur diri, sebagian besar waktunya dihabiskan untuk mencari sampah yang laku dijual.

Berdasarkan Tabel 15 juga dapat dilihat bahwa persentase responden berdasarkan frekuensi keputusan responden memilih berkumpul dengan teman sekampung daripada berkumpul dengan yang tidak sedaerah asal menunjukan persentase sebesar 97 per sen responden pada kategori sangat rendah. Sedangkan frekuensi keputusan responden memilih berkumpul dengan teman sekampung daripada berkumpul dengan yang tidak sedaerah asal pada kategori sangat tinggi adalah sebesar tiga per sen. Dominannya responden dengan frekuensi yang sangat rendah pada keputusan responden memilih berkumpul dengan teman sekampung dari pada berkumpul dengan yang tidak sedaerah asal, dikarenakan sebagian besar responden hidup berkelompok yang terdiri dari berbagai latarbelakang daerah asal. Sehingga sebagian besar responden merasa tidak perlu untuk membeda- bedakan teman berdasarkan asal daerah. Bapak BD mengungkapkan bahwa di Jakarta ia adalah pendatang begitu juga dengan teman-teman sesama pemulung yang lain maka tidak seharusnya memilih-milih teman berdasarkan asal daerah. Namun yang menarik yaitu terdapat seorang responden yang memiliki frekuensi yang sangat tinggi pada frekuensi memilih berkumpul dengan teman-teman sedaerah daripada dengan yang berbeda daerah asal. Responden tersebut adalah Ibu MS yang mengaku bahwa ia lebih percaya dengan teman sedaerah asal dibanding berkumpul dengan teman yang berbeda daerah asal.

Gambar 35 Jumlah dan Persentase Persepsi Responden Terhadap Frekuensi Berkumpul dengan Teman Sekampung untuk ‘ngobrol’

Penelitian ini juga memperlihatkan persepsi responden terhadap frekuensi berkumpul dengan teman sedaerah asal. Persepsi responden terhadap frekuensi berkumpul dengan teman sedaerah asal tersebut dikategorikan menjadi lima, yaitu sangat sering, sering, cukup, jarang dan tidak pernah. Responden yang memiliki persepsi terhadap frekuensi berkumpul dengan teman sekampung untuk ‘ngobrol’ pada kategori sangat sering sebesar enam per sen. Selain itu pada kategori sering sebesar 20 per sen, kategori cukup sebesar sembilan per sen, kategori jarang sebesar 14 per sen dan kategori tidak pernah sebesar 51 persen seperti tampak pada Gambar 35. Dominannya responden yang merasa tidak pernah berkumpul dengan teman sekampung untuk ‘ngobrol, dikarenakan sebagian besar responden sangat sulit untuk menemukan teman sekampung di Jakarta. Terlebih hanya sekedar untuk kegiatan ‘ngobrol’ seperti yang diungkapkan sebelumnya bahwa kehidupan pemulung sebagian besar waktunya dihabiskan untuk mencari sampah yang laku dijual.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa responden yang memiliki persepsi terhadap frekuensi berkumpul dengan teman sekampung untuk kegiatan yang menghibur pada kategori sangat sering sebesar lima per sen. Selain itu pada kategori sering sebesar enam per sen, kategori cukup sebesar enam per sen dan kategori tidak pernah sebesar 83 per sen seperti tampak pada Gambar 36. Dominannya responden yang merasa tidak pernah berkumpul dengan teman sekampung untuk kegiatan yang menghibur karena pada umumnya sebagian besar

Sangat Sering 2 6% Sering 7 20% Cukup 3 9% Jarang 5 14% Tidak Pernah 18 51%

waktu responden dihabiskan untuk bekerja. Terlebih responden kesulitan untuk menemukan teman sekampung di Jakarta.

Gambar 36 Jumlah dan Persentase Persepsi Responden Terhadap Frekuensi Berkumpul dengan Teman Sekampung untuk Kegiatan Hiburan

Gambar 37 Jumlah dan Persentase Persepsi Responden Terhadap Frekuensi Memutuskan Untuk Berkumpul dengan Teman Sekampung daripada Berkumpul

dengan yang Berbeda Daerah Asal

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa responden yang memiliki persepsi terhadap frekuensi memutuskan untuk berkumpul dengan teman sekampung daripada berkumpul dengan yang berbeda daerah asal pada kategori sering sebesar sembilan per sen. Selain itu pada kategori cukup sebesar tiga per sen, kategori jarang sebesar sebelas per sen dan kategori tidak pernah sebesar 77

Sangat Sering 2 5% Sering 2 6% Cukup 2 6% Tidak Pernah 29 83% Sering 3 9% Cukup 1 3% Jarang 4 11% Tidak Pernah 27 77%

per sen seperti tampak pada Gambar 37. Dominannya responden yang merasa tidak pernah memutuskan untuk berkumpul dengan teman sekampung daripada berkumpul dengan yang berbeda daerah asal karena pada umumnya sebagian besar waktu responden hidup berkelompok dengan berbagai latar belakang daerah asal. Sehingga sebagian besar responden merasa tidak perlu untuk membeda-bedakan teman berdasarkan asal daerah.

6.1.3 Perilaku

Subbab ini akan memperlihatkan bagaimana frekuensi responden melakukan pola perilaku yang menunjukkan kebersamaan dengan orang yang sedaerah dengan responden. Frekuensi perilaku responden yang menunjukan kebersamaan atau solidaritas dengan orang lain yang sedaerah dengannya diukur dari frekuensi responden membela teman sekampung yang bermasalah dengan orang lain yang tidak sedaerah dan frekuensi responden mendapatkan pertolongan dari teman sekampung ketika menghadapi masalah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase responden berdasarkan frekuensi membela teman sekampung yang sedang bermasalah dengan orang yang berbeda daerah asal menunjukan persentase sebesar 97 per sen responden pada kategori sangat rendah. Sedangkan frekuensi membela teman sekampung yang sedang bermasalah dengan orang yang berbeda daerah asal pada kategori sangat tingggi adalah sebesar tiga per sen. Adapun frekuensi membela teman sekampung yang sedang bermasalah dengan orang yang berbeda daerah asal pada kategori rendah, sedang dan tinggi tidak ditemukan seperti yang tampak pada Tabel 16. Dominannya responden dengan frekuensi yang sangat rendah pada perilaku membela teman sekampung yang sedang bermasalah dengan orang yang berbeda daerah asal, dikarenakan sebagian besar responden tidak mau mencampuri urusan orang lain meskipun orang tersebut adalah teman sekampung. Salah satu responden bernama Bapak BD mengungkapkan tidak berani mengurusi atau mencampuri urusan orang lain karena takut dirinya akan terlibat masalah temannya.

Tabel 16 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Perilaku Kedekatan Etnis, Kelurahan Grogol Selatan, Kec. Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, 2011

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa persentase responden berdasarkan frekuensi mendapatkan pertolongan dari teman sekampung ketika menghadapi masalah menunjukan persentase sebesar 86 per sen responden pada kategori sangat rendah. Sedangkan frekuensi mendapatkan pertolongan dari teman sekampung ketika menghadapi masalah pada kategori rendah adalah sebesar tiga per sen, dan kategori sedang adalah sebesar sebelas per sen seperti tampak pada Tebel 16. Dominannya responden dengan frekuensi yang sangat rendah mendapatkan pertolongan dari teman sekampung ketika menghadapi masalah, dikarenakan sebagian besar responden tidak memiliki teman sekampung di Jakarta. Sebenarnya sebagian besar responden mengaku sering memberikan pertolongan atau mendapatkan pertolongan dari teman sesama pemulung meski tidak sedaerah asal dengannya. Sebagai gambaran bahwa Bapak BD mengaku sering berbagi makanan dengan teman-temannya sesama pemulung di kolong jembatan Simprug. Selain itu Bapak BD juga sering mendapatkan pemberian makanan dari teman sesama pemulung ketika ia kelaparan. Gambaran ini lebih tepat dikaitkan dengan kolektivitas yang akan dibahas pada subbab selanjutnya.

Penelitian ini juga memperlihatkan persepsi responden terhadap frekuensi membela teman sekampung yang sedang bermasalah dengan orang yang berbeda daerah asal. Persepsi responden terhadap frekuensi membela teman sekampung yang sedang bermasalah dengan orang yang berbeda daerah asal tersebut dikategorikan menjadi lima, yaitu sangat sering, sering, cukup, jarang dan tidak pernah. Responden yang memiliki persepsi terhadap frekuensi membela teman

Perilaku

Kategori Sangat

Rendah

Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Membela teman sekampung

yang sedang bermasalah dengan orang yang berbeda daerah asal

34 97 0 0 0 0 0 0 1 3

Mendapatkan pertolongan dari teman sekampung ketika menghadapi masalah

sekampung yang sedang bermasalah dengan orang yang berbeda daerah asal pada kategori sangat sering sebesar tiga per sen. Selain itu pada kategori sering sebesar tiga per sen, kategori cukup sebesar tiga per sen, kategori jarang sebesar 17 per sen dan kategori tidak pernah sebesar 74 persen seperti tampak pada Gambar 38. Dominannya responden yang merasa tidak pernah membela teman sekampung yang sedang bermasalah dengan orang yang berbeda daerah asal, dikarenakan sebagian besar responden tidak ingin mencampuri urusan orang lain meski kepada teman sekampungnya sendiri.

Gambar 38 Jumlah dan Persentase Persepsi Responden Terhadap Frekuensi Membela Teman Sekampung Ketika Bermasalah dengan Orang yang Berbeda

Daerah Asal

Gambar 39 Jumlah dan Persentase Persepsi Responden Terhadap Frekuensi Mendapatkan Pertolongan dari Teman Sekampung Ketika Mendapatkan Masalah

Sangat Sering 1 3% Sering 1 3% Cukup 1 3% Jarang 6 17% Tidak Pernah 26 74% Sangat Sering 1 3% Sering 4 11% Cukup 1 3% Jarang 9 26% Tidak Pernah 20 57%

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa responden yang memiliki persepsi terhadap frekuensi mendapatkan pertolongan dari teman sekampung ketika mendapatkan masalah pada kategori sangat sering sebesar tiga per sen. Selain itu pada kategori sering sebesar sebelas per sen, kategori cukup sebesar tiga per sen, kategori jarang sebesar 26 per sen dan kategori tidak pernah sebesar 57 per sen seperti tampak pada Gambar 39. Dominannya responden yang merasa tidak pernah mendapatkan pertolongan dari teman sekampung ketika mendapatkan masalah karena sebagian besar responden sulit menemui teman sekampung di Jakarta. Namun sebagian besar responden mengaku saerin mendapatkan pertolongan dari teman-temannya sesama pemulung meski dengan latarbelakang daerah asal yang berbeda.