• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR PUSTAKA

Bakornas PBP. 2002. Arahan kebijakan mitigasi bencana perkotaan di Indonesia. Jakarta [ID]: Bakornas PBP.

Bappenas, Bakornas PB. 2006. Rencana aksi nasional pengurangan risiko bencana 2006-2009. Jakarta [ID]: Perum Percetakan Negara RI

BNPB. 2008. Lampiran peraturan kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana tentang pedoman penyusunan rencana penanggulangan bencana. Jakarta [ID]: BNPB

BNPB. 2008. Peraturan kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana nomor 11 tahun 2008 tentang pedoman rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana. Jakarta [ID]: BNPB

Fukuyama, Francis. 2007. Trust (Kebijakan sosial dan penciptaan kemakmuran). Yogyakarta [ID]: Qalam.

Handayani, Ninik. 2009. Menyimak kehidupan keluarga “miskin”. Jurnal Analisis Sosial Vol 14 No.2 September 2009. Bandung [ID]: Yayasan Akatiga.

Hizbaron, Dyah R. 2008. Jurnal kebencanaan Indonesia: analisis kerentanan sosial lingkungan kota Jakarta. Yogyakarta [ID]: Pusat Studi Bencana Universitas Gadjah Mada. Vol 1 No 5 Hal: 354-373.

Horton, Paul B, dan Hunt. Chester L. 1999. Sosiologi. Jilid 1. Edisi keenam. Jakarta [ID]: Erlangga.

Hugo, Graeme J. 1985, Partisipasi kaum migran dalam ekonomi kota di Jawa Barat. Dalam buku urbanisasi, pengangguran, dan sektor informal di kota (Chris Manning dan Tadjuddin Noer Effendi). Jakarta [ID]: PT. Gramedia.

Ichlasary, Pramita Komala. 2010. Konsep penataan kawasan pemukiman kumuh di kelurahan kampung Makasar Timur dan Soasio kota Ternate [tesis]. Surabaya [ID]: ITS.

Jayanti, Utari. 2007. Pemaknaan masyarakat miskin mengenai kemiskinan dan keberhasilan program penanggulangan kemiskinan (Studi kasus dua kelompok penerima P2KP tahap I di Kelurahan Lemahputra, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur). Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Lestari, Forina. 2006. Tugas akhir: identifikasi tingkat kerentanan masyarakat permukiman kumuh perkotaan melalui pendekatan sustainable livelihood (SUL) (Studi Kasus: Kelurahan Tamansari, Bandung). Bandung [ID]: ITB.

Lewis, Oscar. 1988. Kisah lima keluarga. Telaah-telaah kasus orang Meksiko dalam kebudayaan kemiskinan. Jakarta [ID]: Yayasan Obor Indonesia.

Marzali, et al. 1989. Pola-pola hubungan sosial antar golongan etnik di Indonesia. Jakarta [ID]: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Musyarofah, Siti Anis. 2006. Strategi nafkah rumah tangga miskin perkotaan (Studi Kasus Kampung Sawah, Kelurahan Semper Timur, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara). Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Pertanian . Institut Pertanian Bogor.

Rahardjo, 1999. Pengantar sosiologi pedesaan dan pertanian. Yogyakarta [ID]: Gadjah Mada University Press.

Ramli, Rusli. 1992. Sektor informal perkotaan pedagang kaki lima di Indonesia. Jakarta [ID]: Penerbit Ind-Hill-Co.

Singarimbun, Masri dan Efendi, Sofian (ed.). 2008.Metode penelitian survei (cetakan kesembilanbelas). Jakarta [ID]: LP3ES.

Soetomo. 2010. Masalah sosial dan upaya pemecahannya. Yogyakarta [ID]: Pustaka Pelajar.

Suharto, Edi. 2009. Kemiskinan dan perlindungan sosial di Indonesia (Menggagas model jaminan sosial Universitas Bidang Kesehatan). Bandung [ID]: Alfabeta. Suparlan, Parsudi. 2003. Etnisitas dan potensinya terhadap disintegrasi sosial di Indonesia dalam INIS XLI konflik komunal di Indonesia saat ini. Jakarta INIS Universitas Lides dan PBB. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Suparlan, Parsudi. 1984. Gelandangan: sebuah konsekuensi perkembangan kota. dalam buku gelandangan. Pandangan ilmuwan sosial. Jakarta [ID]: LP3ES.

Suparlan, Parsudi. 1984. Kemiskinan di perkotaan. Jakarta [ID]: Penerbit Sinar Harapan dan Yayasan Obor Indonesia.

Todaro, Michael P. dan Jerry Stilkind. 1985. Dilema urbanisasi. Dalam buku urbanisasi. Pengangguran, dan sektor informal di kota (Chris Manning dan Tadjuddin Noer Effendi). Jakarta [ID]: PT. Gramedia.

KERENTANAN SOSIAL PEMULUNG ASAL DESA

DI JAKARTA

Oleh:

Lukman Hakim

I34070039

DEPARTEMEN SAINS

KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

ABSTRACT

LUKMAN HAKIM Social Vulnerability of Rural Originated Scavengers in Jakarta. Supervised by IVANOVICH AGUSTA

The research was conducted on urban poor, who ara rural originated scavengers in Grogol Selatan, Sub District of Kebayoran Lama, District of Jakarta Selatan, DKI Jakarta. This study has three objectives: 1) to know the life of the urban poor, 2) to measure influence of sosial vulnerability to urban poor’s standard of living, 3) to measure the level of social vulnerability in the urban poor. These three research objectives can be answered by quantitative research methods and supported by qualitative methods. The method is carried out by questionnaire, direct observation, indepth interviews and document serches. Quantitative approach is addressed to 35 respondents. Respondents obtained by incidental sampling. Respondents are urban poor who work as scavengers. Incidental sampling method was conducted in Grogol Selatan. Precisely in Stasiun Kebayoran, Pasar Bata Putih and under of Simprug’s Bridge. The results showed urban poor’s standard of living are very low level. The levels of urban poor’s social vulnerability is very high. In this study proved that kinship (objective), skills (objective), ethnicity (perception), collectivity (the perception of attitude) and collectivity (the perception of the total) have a negative influence on economic conditions. Besides kinship (perception), skills (perception), ethnicity (objective) and collectivity (objective) has a positive effect on economic conditions. In this study also proved that the kinship (objective), skills (objective), ethnicity (perception) and collectivity (the perception of attitude) negatively affect the accessibility of basic needs. Besides kinship (perception), skills (perception), collectivity (objective) and collectivity (the perception of the total) have a positive influence on the accessibility of basic needs. And this study also proves that the kinship (objective), skills (objective), skills (perception), ethnicity (perception) and collectivity (the perception of the total) has a positive effect on participation. Besides kinship (perception), ethnicity (objective), collectivity (objective) and collectivity (perception attitudes) have a negative influence on participation. Key words: social vulnerability, standard of living, kinship, skills, ethnicity, urban poor groups, scavengers, economic conditions, accessibility of basic needs and participation

RINGKASAN

LUKMAN HAKIM. Kerentanan Sosial Pemulung Asal Desa di Jakarta. (Dibimbing Oleh IVANOVICH AGUSTA)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kehidupan kelompok miskin perkotaan di Kelurahan Grogol Selatan, Kecamatan Kebayoran Lama. Selain itu juga mengetahui sampai mana pengaruh tingkat kerentanan sosial terhadap taraf hidup kelompok miskin perkotaan dan sampai mana tingkat kerentanan sosial pada kelompok miskin perkotaan. Ketiga tujuan penelitian ini dapat dijawab dengan metode penelitian kuantitatif menggunakan kuesioner didukung dengan data kualitatif melalui observasi, wawancara mendalam dan penelusuran dokumen yang terkait dengan penelitian ini. Pendekatan kuantitatif ditujukan kepada 35 responden yang diperoleh secara incidental sampling. Responden yang dicari adalah kelompok miskin perkotaan yang berprofesi sebagai pemulung. Metode incidental sampling ini dilakukan di kawasan Kelurahan Grogol Selatan seperti di Stasiun Kebayoran, Pasar Bata Putih dan kolong Jembatan Simprug.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemulung di Jakarta hidup menggelandang. Pemulung tidur pada tempat yang relatif tetap seperti di kolong Jembatan Simprug, Stasiun Kebayoran, di bawah pepohonan dengan terpal sebagai atap dan di pinggir rel kereta api. Sebanyak 97 per sen responden hidup menggelandang dan hanya tiga per sen responden yang tinggal mengontrak. Selain itu pemulung memiliki penghasilan yang relatif tetap yang berarti setiap harinya mereka dapat memperoleh penghasilan dengan menjual barang pulungannya. Sebesar 80 per sen pemulung memiliki pendapatan sangat rendah (< Rp 20.000) dan 20 per sen memiliki pendapatan rendah (Rp 20.000 – Rp 43.000). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pemulung di Jakarta memiliki aksesibilitas kebutuhan dasar (pendidikan, kesehatan dan modal) yang sebagian besar pada tingkatan sangat rendah. Terdapat 86 per sen responden tidak memiliki kemampuan untuk mengakses kebutuhan dasar mereka, sebesar sebelas per sen responden kurang mampu mengakses kebutuhan dasar dan hanya tiga per sen

reponden cukup mampu mengakses kebutuhan dasarnya. Terakhir yang menggambarkan kehidupan pemulung di Jakarta adalah tingkat partisipasi yang sangat rendah atas kegiatan-kegiatan sosial. Sebesar 100 per sen responden memiliki partisipasi yang sangat rendah. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar responden hidup menggelandang sehingga kesempatan untuk menghadiri, bersumbangsih pemikiran dan kritik sangat rendah dalam kegiatan kemasyarakatan.

Dalam penelitian ini terbukti bahwa kekerabatan (objektif), keterampilan (objektif), etnisitas (persepsi), kolektivitas (persepsi sikap) dan kolektivitas (persepsi total) berpengaruh negatif terhadap kondisi ekonomi. Selain itu kekerabatan (persepsi), keterampilan (persepsi), etnisitas (objektif) dan kolektivitas (objektif) berpengaruh positif terhadap kondisi ekonomi. Dalam penelitian ini juga terbukti bahwa kekerabatan (objektif), keterampilan (objektif), etnisitas (persepsi) dan kolektivitas (persepsi sikap) berpengaruh negatif terhadap aksesibilitas kebutuhan dasar. Selain itu kekerabatan (persepsi), keterampilan (persepsi), kolektivitas (objektif) dan kolektivitas (persepsi total) berpengaruh positif terhadap aksesibilitas kebutuhan dasar. Dan penelitian ini juga membuktikan bahwa kekerabatan (objektif), keterampilan (objektif), keterampilan (persepsi), etnisitas (persepsi) dan kolektivitas (persepsi total) berpengaruh positif terhadap partisipasi. Selain itu kekerabatan (persepsi), etnisitas (objektif), kolektivitas (objektif) dan kolektivitas (persepsi sikap) berpengaruh negatif terhadap partisipasi.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pemulung di Jakarta memiliki tingkat kerentanan sosial yang sangat tinggi. Sebesar 63 per sen responden memiliki kerentanan sosial yang sangat tinggi, 31 per sen responden memiliki kerentanan sosial yang tinggi, tiga per sen responden memiliki kerentanan sosial yang sedang dan tiga per sen responden memiliki kerentanan sosial yang rendah. Tinggi rendahnya kerentanan sosial pemulung diukur dari kekerabatan, keterampilan, etnisitas dan kolektivitas.

KERENTANAN SOSIAL PEMULUNG ASAL DESA

DI JAKARTA

Oleh:

Lukman Hakim

I34070039

SKRIPSI