• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERENTANAN SOSIAL PEMULUNG

7.1 Faktor Internal

Faktor internal kerentanan sosial seperti yang dibahas pada Bab V terdiri dari variabel kekerabatan dan keterampilan. Faktor internal yang terdiri dari kekerabatan dan keterampilan dijadikan faktor kerentanan sosial yang diadopsi dari teori trust Fukuyama (2007). Berdasarkan teori trust tersebut kekerabatan dan keterampilan dapat mempengaruhi kepercayaan seseorang kepada diri individu sehingga dapat menjadi daya dukung untuk bertahan dalam kehidupan individu ketika menghadapi suatu tekanan hidup.

Gambar 45 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Akumulasi Faktor Internal Kerentanan Sosial.

Penelitian ini menunjukkan bagaimana tingkat kekerabatan dan tingkat keterampilan pemulung yang diakumulasikan ke dalam faktor internal kerentanan sosial. Hasil pengakumulasian kekerabatan dan keterampilan responden dikategorikan menjadi sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Pada Gambar 45 menunjukkan bahwa persentase responden yang memiliki akumulasi faktor internal kerentanan sosial pada kategori rendah sebesar tiga per sen. Sedangkan persentase responden yang memiliki akumulasi faktor internal

Sangat Tinggi 24 68% Tinggi 8 23% Sedang 2 6% Rendah 1 3%

kerentanan sosial pada kategori sedang sebesar enam per sen, pada kategori tinggi sebesar 23 per sen dan pada kategori sangat tinggi sebesar 68 per sen.

Dominannya responden yang memiliki akumulasi faktor internal kerantanan sosial pada kategori sangat tinggi dikarenakan 68 per sen responden tersebut memiliki kekerabatan yang sangat rendah dan keterampilan yang juga sangat rendah. Kekerabatan responden yang sangat rendah lebih dikarenakan aktivitas komunikasi dan silaturahmi yang sangat rendah oleh responden kepada kerabatnya. Hal tersebut diperparah dengan kondisi kehidupan responden yang merantau ke Jakarta tanpa adanya dukungan kerabat di Jakarta. Selain itu keterampilan yang sangat rendah dimiliki responden karena kemampuan komunikasi responden dan kemampuan teknis yang sangat rendah. Sangat rendahnya kemampuan komunikasi dikarenakan kemampuan penguasaan Bahasa Indonesia dan bahasa daerah lain. Sehingga mengakibatkan daya dukung orang lain kepada responden sangat rendah. Begitu juga dengan sangat rendahnya keterampilan responden lebih dikarenakan responden tidak memiliki keterampilan lain selain memulung yang dapat dijadikan sumber mata pencaharian yang lebih menguntungkan.

7.2 Faktor Eksternal

Faktor eksternal kerentanan sosial seperti yang dibahas pada Bab VI terdiri dari variabel etnisitas dan kolektivitas. Sama halnya dengan faktor internal, faktor eksternal yang terdiri dari etnisitas dan kolektivitas juga dijadikan faktor kerentanan sosial yang diadopsi dari teori trust Fukuyama (2007). Berdasarkan teori trust tersebut etnisitas dan kolektivitas dapat mempengaruhi kepercayaan seseorang kepada diri individu sehingga dapat menjadi daya dukung untuk bertahan dalam kehidupan individu ketika menghadapi suatu tekanan hidup.

Penelitian ini menunjukkan bagaimana tingkat etnisitas dan tingkat kolektivitas pemulung yang diakumulasikan ke dalam faktor eksternal kerentanan sosial. Hasil pengakumulasian etnisitas dan kolektivitas responden dikategorikan menjadi sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Pada Gambar 46 menunjukkan bahwa persentase responden yang memiliki akumulasi faktor eksternal kerentanan sosial pada kategori sedang sebesar 17 per sen. Sedangkan

persentase responden yang memiliki akumulasi faktor eksternal kerentanan sosial pada kategori tinggi sebesar 34 per sen dan pada kategori sangat tinggi sebesar 49 per

Gambar 46 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Akumilasi Faktor Eksternal Kerentanan Sosial

Dominannya responden yang memiliki akumulasi faktor eksternal kerantanan sosial pada kategori sangat tinggi dikarenakan 49 per sen responden tersebut memiliki etnisitas yang rendah dan kolektivitas yang juga rendah. Etnisitas responden yang rendah lebih dikarenakan sulitnya responden menemui teman yang sekampung sehingga aktivitas penggunaan bahasa daerah asal menjadi jarang digunakan dan aktivitas berkumpul dengan sesama teman sekampung menjadi sulit dilakukan. Selain itu kolektivitas yang rendah dimiliki responden karena kesempatan responden untuk melakukan kegiatan kepentingan bersama sangat jarang terjadi bahkan tidak mungkin dilakukan oleh 97 per sen responden yang hidup menggelandang. Selain itu pendapatan responden yang tergolong rendah sehingga sulit untuk memberikan sebagian pendapatan untuk menolong teman yang kesulitan ekonomi. Namun yang menarik adalah terdapat enam per sen responden memiliki akumulasi faktor eksternal kerantanan sosial pada kategori tinggi. Hal tersebut dikarenakan responden tersebut memiliki rasa solidaritas yang tinggi kepada sesama pemulung dan juga didukung dengan pemahaman responden terhadap Bulan Ramadhan untuk saling memberi dan mengasihi. Sangat Tinggi 17 49% Tinggi 12 34% Sedang 6 17%

7.3 Kerentanan Sosial

Kerentanan sosial dalam penelitian ini adalah akumulasi dari faktor internal dan faktor eksternal. Menurut Bakornas PB (2002) bahwa kerentanan sosial adalah ketidakmampuan individu dalam menghadapi suatu tekanan. Selain itu Fukuyama (2007) mengungkapkan bahwa sesorang akan mampu bertahan dan mendapatkan daya dukung dari orang lain jika memiliki kekerabatan, keterampilan, etnisitas dan kolektivitas yang tinggi. Sehingga dalam penelitian ini kerentanan sosial diukur dari akumulasi kekerabatan, keterampilan, etnisitas dan kolektivitas responden. Adapun jika kekerabatan dan keterampilan digolongkan ke dalam faktor internal serta etnisitas dan kolektivitas digolongkan ke dalam faktor eksternal maka kerentanan sosial dapat diukur dengan mengakumulasikan faktor internal dan faktor eksternal.

Gambar 47 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Indeks Kerentanan Sosial

Hasil penelitian ini menunjukkan indeks kerentanan sosial setiap responden yang dikategorikan sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah seperti tampak pada Tabel 19. Persentase responden yang memiliki indeks kerentanan sosial pada kategori sangat tinggi sebesar 63 persen, pada ketegori tinggi sebesar 31 per sen, pada ketegori sedang sebesar tiga per sen dan pada

Sangat Tinggi 22 63% Tinggi 11 31% Sedang 1 3% Rendah 1 3%

ketegori rendah sebesar tiga per sen seperti tampak pada Gambar 47. Hasil penelitian ini sesuai dengan yang diungkapkan Hizbaron (2008) bahwa kerentanan sosial sering kali muncul di perkotaan yang terdiri dari masyarakat yang heterogen.

Tabel 19 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Kategori Faktor Internal, Faktor Eksternal dan Indeks Kerentanan Sosial, Kelurahan Grogol Selatan, Kec. Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, 2011

Faktor Internal Faktor Eksternal

Indeks Kerentanan

Sosial

Jumlah %

Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi 15 43 Sangat Tinggi Tinggi Sangat Tinggi 6 17 Tinggi Tinggi Tinggi 5 15 Sangat Tinggi Sedang Tinggi 2 5 Tinggi Sedang Tinggi 2 5 Sedang Sangat Tinggi Tinggi 1 3 Sedang Sedang Sedang 1 3 Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi 1 3 Rendah Sedang Rendah 1 3 Sangat Tinggi Tinggi Tinggi 1 3

BAB VIII