KELAS VIII MENGGUNAKAN METODE
BAGIAN TUMBUHAN DENGAN FUNGSINYA
Nurkhasanah
Guru SDN 006 Balikpapan Selatan
Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh karena guru sering menerapkan metode pembelajaran konvensional yaitu ceramah yang kurang pas diterapkan sehingga hasil pembelajaran siswa kurang memuaskan, karena siswa hanya sebagai pendengar dan bertanya. Sehingga kreativitas siswa tidak berkembang dengan baik, bahkan bisa mematikan kreativitas siswa. Adapun metode yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian kualitatif berbentuk penelitian tindakan kelas (PTK). Teknik pengumpualan data yaitu dengan cara evaluasi, observasi, dan dokumentasi. Adapun tahapan penelitian ini berupa siklus yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi, dan dilaksanakan dua siklus.
Hasil penelitian membuktikan bahwa penerapan tutor sebaya dapat meningkatkan prestasi siswa dalam pelajaran IPA di SDN 006 Balikpapan Selatan. Hasil observasi di lapangan menunjukkan bahwa prestasi mengalami peningkatan dari pre test ke post test yang semula nilai rata-rata 65.00 % meningkat dari siklus ke siklus. Untuk siklus I nilai rata-rata 72,78 %, siklus II nilai rata-rata 88.89 %. Kesimpulan penelitian ini adalah Menerapkan Metode Tutor Sebaya Dapat Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas IVc pada SDN 006 Balikpapan Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014.
Kata Kunci : Tutor Sebaya, Hasil Belajar, IPA PENDAHULUAN
(BORNEO, EDISI KHUSUS, Nomor 2, Juli 2015) 176
Dalam Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3 dijelaskan tentang fungsi pendidikan nasional yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab yang menunjukkan tiga aspek dari segi Sikap, Pengetahuan dan Keterampilan
Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah, program-program sekolah diarahkan pada tujuan jangka panjang, yaitu meningkatkan kemampuan siswa, agar ketika meninggalkan bangku sekolah, mereka akan mampu mengembangkan diri sendiri dan memecahkan masalah yang muncul. Dengan pembelajaran IPA dengan pengalaman nyata, sesuai dengan keadaan di sekitar lingkungan mereka, mereka akan merasakan bahwa pelajaran IPA yang diberikan di sekolah mempunyai kaitan yang erat dan manfaat dengan situasi yang mereka alami setiap hari. Untuk mencapai hal tersebut, maka peran siswa sangat berpengaruh agar menjadi dasar kuat dalam proses pembelajaran di sekolah.
Namun, uraian di atas sangat bertentangan dengan hasil yang diperoleh di lapangan atau hasil belajar mengajar di sekolah. Kenyataan ini dapat dilihat dari hasil ulangan IPA semester I kelas IV.c, Untuk perolehan ulangan dapat dijelaskan sebagai berikut: nilai tertinggi 80 diperoleh 8 siswa, nilai 70 diperoleh 4 siswa, nilai 60 diperoleh 18 siswa, nilai terendah 50 diperoleh 6 siswa. Dari data tersebut, jelas bahwa hasil belajar siswa kelas IV.c semester I di SDN 006 Balikpapan Selatan masih di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) sekolah.
Nilai KKM sekolah adalah 68.
Berdasarkan latar belakang yang disajikan penulis berpendapat bahwa rumusan masalah yang tepat diajukan dalam penelitian ini menerapkan pembelajaran pada pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan rumusan masalah apakah dengan menerapkan metode tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi memahami hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya pada siswa kelas IV.c SD Negeri 006 Balikpapan Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014.
(BORNEO, EDISI KHUSUS, Nomor 2, Juli 2015)177 TINJAUAN PUSTAKA
Belajar
Menurut Gagne (dalam Heri Rahyubi, 2011) belajar merupakan aktivitas kompleks. Hasil belajar berupa kemampuan. Setelah belajar, seseorang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai.
Timbulnya kemampuan tersebut dari rangsangan yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajar. Dengan demikian, belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat rangsangan lingkungan, melewati pengelohan informasi, kemudian menjadi kemampuan baru. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik.
Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. (wikipedia.com)
Eggen dan Kauchak (dalam http://krisna1.blog.uns.ac.id/) menjelaskan bahwa ada enam ciri pembelajaran yang efektif siswa menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan serta membentuk konsep dan generalisasi berdasarkan kesamaan-kesamaan yang ditemukan, guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi dalam pelajaran, aktivitas-aktivitas siswa sepenuhnya didasarkan pada pengkajian, guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepada siswa dalam menganalisis informasi, orientasi pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan pengembangan keterampilan berpikir, serta guru menggunakan teknik mengajar yang bervariasi sesuai dengan tujuan dan gaya mengajar guru.
Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yakni “prestasi” dan “belajar” antara kata “prestasi” dan “belajar”
mempunyai arti yang berbeda. “prestasi” adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan.Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya). Penugasan pengetahuan atauketerampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran.
Lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan
(BORNEO, EDISI KHUSUS, Nomor 2, Juli 2015) 178
guru. Prestasi belajar seperti itu diukur melalui tes. Tes semacam itu bukan hanya untuk mengukur kemampuan individual melainkan juga untuk mengevaluasi keefektifan suatu program pembelajaran. Tes biasa dilakukan setelah peserta didik mengikuti suatu program pembelajaran.
Oleh karena itu, skor yang diperoleh dari tes seperti itu cenderung sebagai akibat dilakukannya proses pembelajaran bukan karena pengaruh tingkat intelegensi. Dari skor tersebut dapat diperoleh informasi tentang pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh.
Dengan demikian, prestasi belajar memiliki fungsi untuk memperlihatkan sejauh mana peserta didik mampu menampilkan keterampilan tertentu atau dengan kata lain memiliki fungsi untuk mengukur capaian kompetensi tertentu. Prestasi belajar juga dapat berfungsi untuk memberikan rangsangan belajar, di samping fungsi yang lain lagi yakni untuk dijadikan petunjuk seberapa jauh telah terjadi peningkatan kualitas pendidikan pada umumnya. Prestasi belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Prestasi belajar yang dicapai siswa pada hakikatnya dipengaruhi oleh berbagai faktor tersebut. Adapun faktor-faktor yang dimaksud meliputi hal-hal sebagi berikut a) Faktor internal, Adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu, meliputi faktor jasmaniah, faktor psikologis, faktor kematangan fisik maupun psikis. b) Faktor eksternal (berasal dari luar diri), meliputi faktor sosial, faktor budaya, faktor lingkungan fisik, faktor lingkungan spiritual atau keagamaan.
Prestasi pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari suatu aktivitas. Sedangkan belajar adalah aktivitas atau kegiatan dan penguasaan tentang sesuatu. Dengan demikian dapat diambil pengertian yang cukup sederhana mengenai hal ini. Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai aktivitas dalam belajar atau dapat diartika bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang diperoleh dari keuletan kerja.
Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah. Ada yang beranggapan, bahwa penilaian hanya sebagian kecil dalam proses pendidikan, yang menyatakan penilaian sama artinya dengan pemberian angka atas prestasi belajar siswa. Padahal makna penilaian sangat luas dan merupakan bagian sangat penting dalam upaya mengetahui hasil
(BORNEO, EDISI KHUSUS, Nomor 2, Juli 2015)179 pendidikan. Evaluasi hasil belajar peserta didik di lakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.
Menurut Hamalik (2008), evaluasi hasil belajar adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hasil belajar menunjuk pada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya dan derajat perubahan tingkah laku siswa. Mengukur dilakukan dengan teknik tes (kognitif) sedangkan menilai dilakukan dengan teknik non tes melalui pengamatan sikap (afektif) dan perbuatan (psikomotorik).
Metode Pembelajaran
Secara etimologis, metode berasal dari kata 'met' dan 'hodes' yang berarti melalui. Sedangkan istilah metode adalah jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Sehingga 2 hal penting yang terdapat dalam sebuah metode adalah : cara melakukan sesuatu dan rencana dalam pelaksanaan. Menurut Nana Sudjana (2005: 76) metode pembelajaran adalah, “Metode pembelajaran ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran”.
Dari pengertian tersebut dapat dijabarkan bahwa metode adalah merupakan suatu cara atau jalan yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan. Adapun manfaat dari penggunaan metode dalam proses belajar mengajar adalah sebagai alat untuk mempermudah seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Hal ini bertujuan untuk memudahkan siswa dalam menyerap materi yang disampaikan oleh guru selain itu juga dapat berfungsi sebagai suatu alat evaluasi pembelajaran.
Pada dasarnya istilah metode telah tercakup dalam pengertian metodologi yaitu sebagai bagian dari kumpulan dari metode-metode di dalam pengajaran. Jadi, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran yaitu suatu cara yang digunakan dalam proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar guna mencapai suatu tujuan secara lebih optimal. Metode yang digunakan dalam pembelajaran tidak mesti satu melainkan dapat juga merupakan kombinasi dari beberapa metode.
Metode Tutor Sebaya
(BORNEO, EDISI KHUSUS, Nomor 2, Juli 2015) 180
Nurita Putranti (dalam http://nuritaputranti.wordpress.com) mengemukakan “tutor sebaya” adalah siswa di kelas tertentu yang memiliki kemampuan di atas rata-rata anggotanya yang memiliki tugas untuk membantu kesulitan anggota dalam memahami materi ajar.Tutor adalah guru atau pengajar atau pembimbing karena tugas seorang tutor selain mengajar juga membimbing kesulitan anggota kelompok dalam memahami bahan ajar. Untuk menjadi tutor seorang siswa harus memiliki kriteria tertentu diantaranya: mempunyai nilai akademis di atas nilai rata-rata teman di kelasnya, bertanggung jawab, disukai anggotanya, pandai bergaul, tidak sombong.
Cara menyiapkan tutor sebaya menurut Suparno yaitu : 1) Guru memberikan petunjuk pada tutor bagaimana mendekati temannya dalam hal memahami materi. 2) Guru menyampaikan pesan kepada tutor-tutor agar tidak selalu membimbing teman yang sama. 3) Guru membantu agar semua siswa dapat menjadi tutor sehingga mereka merasa dapat membantu teman belajar. 4) Tutor sebaiknya bekerja dalam kelompok kecil, campuran siswa berbagai kemampuan (heterogen) akan lebih baik.
5) Guru memonitoring terus kapan tutor maupun siswa yang lain membutuhkan pertolongan. 6) Guru memonitoring tutor sebaya dengan berkunjung dan menanyakan kesulitan yang dihadapi setiap kelompok pada saat mereka diskusi di kelas maupun praktikum. 7) Tutor tidak mengetes temannya untuk grade, biarkan hal ini dilakukan guru.
Bersama-sama para tutor yang lain dan guru, mereka menjadi semacam staf ahli yang mampu mengatasi kesulitan yang dihadapi murid, baik dengan cara satu lawan satu maupun kelompok kecil. Setiap tutor menghadapi empat sampai enam orang. Kelompok ini cukup kecil, sehingga metode mengajar yang ditetapkan berdasarkan teknik program itu memungkinkan setiap anak mendapatkan latihan dalam bentuk giliran lebih banyak. Mereka yang dengan cepat menguasai suatu item pengajaran tidak usah mendapat giliran lagi, sementara mereka yang tidak cepat menguasai akan mendapat giliran terus sampai dapat menguasai. Di sini waktu penguasaan disesuaikan dengan kondisi murid.
Berdasarkan definisi tentang tutor sebaya di atas, maka dapat disimpulkan bahwa istilah tutor sebaya yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu bagaimana mengoptimalkan kemampuan siswa yang berprestasi dalam satu kelas untuk mengajarkan atau menularkan kepada teman sebaya mereka yang kurang berprestasi. Sehingga siswa yang kurang berprestasi bisa mengatasi ketertinggalan. Pembimbingan dalam
(BORNEO, EDISI KHUSUS, Nomor 2, Juli 2015)181 pelajaran yang diberikan oleh seorang siswa kepada siswa lain, sedangkan mereka (antara pembimbing dan yang dibimbing) adalah teman sekelas atau teman sebangku yang usianya relatif sama, dan siswa yang kurang paham bisa bertanya langsung kepada teman sebangkunya (tutor yang di tunjuk) sehingga kondisi kelas pun bisa hidup karena siswa tidak malu bertanya ketika mereka tidak paham.
Menurut Arikunto (1995) a. Keunggulan dari tutor sebaya : 1) Adakalanya hasilnya lebih baik bagi beberapa siswa yang mempunyai perasaan takut atau enggan kepada gurunya. 2) Bagi tutor pekerjaan tutoring akan dapat memperkuat konsep yang sedang dibahas. 3) Bagi tutor merupakan kesempatan untuk melatih diri memegang tanggung jawab dalam mengemban suatu tugas dan melatih kesabaran. 4) Mempererat hubungan antar siswa sehingga mempertebal perasaan sosial. b. Kekurangan dari tutor sebaya : 1) Siswa yang dibantu seringkali belajar kurang serius karena hanya berhadapan dengan temannya sendiri sehingga hasilnya kurang memuaskan. 2) Ada beberapa orang siswa yang merasa malu atau enggan untuk bertanya karena takut kelemahannya diketahui oleh temannya. 3) Pada kelas-kelas tertentu pekerjaan tutoring ini sukar dilaksanakan karena perbedaan jenis kelamin antara tutor dengan siswa yang diberi program perbaikan. 4) Bagi guru sukar untuk menentukan seorang tutor sebaya karena tidak semua siswa yang pandai dapat mengajarkannya kembali kepada teman-temannya. 5) Kekurangan tutor sebaya dalam pendidikan yaitu dalam penerapan tutor sebaya, tidak semua siswa bisa menjawab pertanyaan teman sebayanya sehingga siswapun bingung, dan tidak semua siswa mau belajar bersama temannya.
Jadi kelebihan dan kekurangan tutor sebaya dalam pendidikan yaitu dalam penerapan tutor sebaya, anak-anak diajak untuk mandiri, dewasa dan punya rasa setia kawan yang tinggi. Artinya dalam penerapan tutor sebaya itu, anak yang dianggap pintar bisa mengajari atau menjadi tutor temannya yang kurang pandai atau ketinggalan. Dan adapun kekurangannya tidak semua tutor dapat mengajari atau menjawab semua pertanyaan temannya. Di sini peran guru hanya sebagai fasilitator atau pembimbing saja.
Penyampaian tujuan pembelajaran itu penting dilakukan agar siswa mengetahui apa yang akan dipelajari. Selanjutnya, Pembentukan kelompok-kelompok yang berjumlahkan sekitar 4 orang agar suasana belajar terasa nyaman. Untuk pemilihan tutor berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan guru. Setelah tutor terpilih diberi pengarahan tugas
(BORNEO, EDISI KHUSUS, Nomor 2, Juli 2015) 182
sebagai seorang tutor oleh guru. Guru memberikan LKS dan memberitahu cara-cara pengisian LKS. Pada saat kegiatan berlangsung, guru bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator. Setelah itu, siswa mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. Terakhir, guru memberikan reward (penghargaan) kepada kelompok terbaik.
Formasi tempat duduk pada pembelajaran tutor sebaya berbeda dengan formasi tempat duduk pada metode ceramah klasikal. Formasi tempat duduk model tutor sebaya diatur seperti formasi diskusi kelompok. Sehingga sebelum pembelajaran model tutor sebaya dimulai para siswa harus merubah posisi tempat duduk. Dalam proses pembelajaran pelajaran IPA, metode mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan, termasuk di dalamnya adalah prestasi belajar siswa. Karena itu, menjadi sarana yang membermaknakan materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum pendidikan sedemikian rupa sehingga dapat di pahami atau di serap oleh anak didik menjadi pengertian yang fungsional terhadap tingkah laku dan prestasi belajar.
Dalam pelaksanaan metode tutor sebaya ini lebih menekankan pada sistem pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan mandiri bagi siswa.
siswa lebih banyak yang berperan, sedangkan guru sebagai fasilitator.
Dalam metode ini, siswa bisa leluasa bertanya, karena yang menjadi tutornya adalah teman sendiri. Menurut Natboho, Siswa pada jenjang pendidikan apa saja punya potensi, mengembangkan diri dan menjadi siswa yang kritis dan cerdas, adapun kendala utamanya, selama ini model pembelajaran kurang menekankan aspek pengembangan potensi dan kreatifitas siswa. Proses pembelajaran dengan metode tutor sebaya dapat merangsang dan menggugah potensi siswa secara optimal dan suasana belajar pada kelompok-kelompok kecil akan tumbuh berkembang. Pada Metode tutor sebaya, guru bukan lagi berperan sebagai satu-satunya nara sumber dalam PBM, tapi sebagai fasilitator, mutivator, dan manajer pembelajaran. Iklim belajar yang berlangsung dalam suasana keterbukaan dan demokratis akan memberikan kesempatan yang optimal bagi siswa untuk memperoleh informasi yang lebih banyak mengenai materi yang di pelajari.
Metode tutor sebaya merupakan pembelajaran yang bertujuan meningkatkan prestasi belajar siswa di Sekolah Dasar (SD/ Sederajat) kehadiran metode tutor sebaya dapat menjadikan kegiatan belajar mengajar IPA lebih mengasyikan. Dengan demikian, maka dapat di
(BORNEO, EDISI KHUSUS, Nomor 2, Juli 2015)183 simpulkan bahwa antara metode tutor sebaya dengan prestasi belajar IPA sangat erat. Karena proses pembelajaran tanpa menggunakan metode yang tepat maka tidak akan bisa mencapai hasil yang maksimal, yang kemudian akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian kali ini pendekatan yang digunakan adalah penelitian kualitatif yang berbentuk tindakan kelas. Penelitian tindakan ini merupakan penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Taggart (dalam Arikunto, Suharsimi, 2002: 83), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.
Adapun informan yang paling tepat dan sesuai dengan judul diatas adalah para siswa di SDN 006 Kecamatan Balikpapan Selatan Kelas IV.C yang berjumlah 36 siswa, 10 siswa laki-laki dan 26 siswa perempuan serta guru yang mengajar, dan mengawasi segala kegiatan yang ada di lingkungan sekolahnya terutama dalam proses pembelajaran.
Dan sebagai informan tambahan yaitu kepala sekolah, dan para guru yang lain.
Penelitian ini bertempat di SDN 006 Balikpapan Selatan.
Dilaksanakan pada semester I pada bulan Juli sampai Agustus 2013.
Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan data dengan cara : Observasi, Data yang diperoleh melalui kegiatan observasi, yaitu kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu subjek yag akan diteliti.
Peneliti mengadakan pengamatan secara langsung untuk mengumpulkan data aktivitas belajar murid yang akan diteliti dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan. Tes hasil belajar siswa, Hasil belajar siswa dilihat dari ulangan harian siswa. Dokumentasi, Dokumentasi digunakan sebagai sumber data sekunder, berupa dokumen silabus, RPP, alat evaluasi/penilaian (observasi), serta gambar kegiatan proses pembelajaran di kelas. Analisis dilakukan sesuai dengan jenis data yang diperoleh selama dilapangan. Untuk jenis data kualitatif, analisis data dilakukan pada setiap item yang diobservasi dan sudah dirumuskan. Rumus untuk menghitung keterlaksanaan siklus :
(BORNEO, EDISI KHUSUS, Nomor 2, Juli 2015) 184
Keterlaksanaan siklus = Jumlah indikator yang terlaksana X 100 % Jumlah keseluruhan indikator
Tindakan pembelajaran dengan menggunakan metode tutor sebaya dinyatakan berhasil apabila disertai bukti-bukti sebagai berikut:
Peningkatan motivasi siswa dapat dilihat pada respon siswa dan lembar partisipasi siswa. Hasil belajar murid apabila murid mampu mencapai atau melebihi standar yang telah ditentukan atau ditetapkan. Peningkatan kemampuan mengidentifikasi materi pelajaran yang dapat dilihat pada hasil belajar siswa.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pemeriksaan dilapangan, Dari hasil observasi ternyata dalam pembelajaran dengan model konvensional kurang cocok di terapkan pada pelajaran IPA. Karena dengan model pembelajaran konvensional tersebut hasil prestasi siswa kelas IV.c rendah. Rencana tindakan, Sebagai langkah awal dari pelaksanaan pre test peneliti melakukan persiapan di antaranya a) Mengadakan diskusi dengan guru mata pelajaran IPA kelas IVc, b) Membuat RPP, c) Membuat instrumen penelitian. Pelaksanaan tindakan, Pre tes di laksanakan dengan menggunakan metode konvensional yaitu menggunakan metode ceramah seperti yang di lakukan pengajar sebelumnya. Pada waktu proses pembelajaran peneliti mengajar dengan menggunakan metode konvensional, yaitu guru menerangkan murid mendengar dan diadakan tanya jawab antara siswa dan guru, pada waktu diadakan tanya jawab hanya ada 1,2 yang bertanya sedangkan yang lainnya ada yang ngantuk dan ada juga yang bercanda. Pada akhir proses pembelajaran, peneliti mengadakan pre tes dengan membagi-bagikan soal yang sudah di buat oleh peneliti. Tujuan di adakan pre test ini untuk mengetahui efektifitas dan keberhasilan dari pembelajaran konvensional.
Dalam mengerjakan soal pre test tampak kurang maksimal di lihat hasil pre test. Kemudian peneliti dalam hal ini sebagai guru mengakhiri pelajaran dengan do’a dan ucapan salam. Observasi, Pada observasi awal dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana kondisi kelas IV.c selama proses pembelajaran sebelumnya. Selain itu juga untuk mengetahui prestasi siswa kelas IV.c SDN 006 Balikpapan
(BORNEO, EDISI KHUSUS, Nomor 2, Juli 2015)185 Selatan. Dari hasil pre test dalam lembar observasi hasilnya kurang maksimal, siswa kelas IV.c dalam hal ini kurang aktif cenderung banyak diam daripada bertanya. Refleksi, Berdasarkan dari hasil pre tes yang peneliti lakukan dapat di ambil kesimpulan bahwa pembelajaran konvensional dengan model ceramah dan tanya jawab kurang cocok di terapkan pada mata pelajaran IPA. Hal ini di sebabkan karena dalam pembelajaran ini kurang dapat meningkatkan prestasi siswa kelas IV.c di SD Negeri 006 Balikpapan Selatan.
Siklus 1
Dalam pelaksanaan siklus 1 terlihat cukup baik tapi masih kurang efektif, siswa masih pasif, karena sebagian besar siswa dan tutornya masih belum paham apa yang mestinya di lakukan. Masih ada siswa yang terlihat malas-malasan ketika berdiskusi hal itu terlihat dari siswa yang menidurkan kepalanya di meja. Ada 5 kelompok yang menjawabnya masih salah hal ini dikarenakan guru tidak menyiapkan
Dalam pelaksanaan siklus 1 terlihat cukup baik tapi masih kurang efektif, siswa masih pasif, karena sebagian besar siswa dan tutornya masih belum paham apa yang mestinya di lakukan. Masih ada siswa yang terlihat malas-malasan ketika berdiskusi hal itu terlihat dari siswa yang menidurkan kepalanya di meja. Ada 5 kelompok yang menjawabnya masih salah hal ini dikarenakan guru tidak menyiapkan