• Tidak ada hasil yang ditemukan

KELAS VIII MENGGUNAKAN METODE

KALIMANTAN TIMUR

Wahyuni

Widyaiswara Pertama LPMP Provinsi Kalimantan Timur Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Kegiatan implementasi ISO 9001:2000 di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Kalimantan Timur. 2) Kendala-kendala dalam impelementasi ISO 9001:2000 di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Kalimantan Timur.

3) Motivasi dan kinerja staf Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Kalimantan Timur setelah implementasi ISO 9001:2000. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Sumber data diperoleh dengan menggunakan snowball sampling kemudian dianalisis dengan model interaktif Miles &

Huberman. Untuk mengecek keabsahan data menggunakan teknik triangulasi. Kesimpulan hasil penelitian 1) Implementasi sistem manajemen mutu merupakan suatu proses berkesinambungan dan membutuhkan dukungan dari semua pihak yang terkait dengan institusi. 2) Adapun kendala-kendala yang dihadapi dalam implementasi sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 yang dilakukan pihak LPMP Kaltim, yaitu: (a) belum terbiasa dengan perilaku ISO dan (b) kendala ruang penyimpanan dokumen.

3)Terjadi peningkatan motivasi dan kinerja staf LPMP Kaltim setelah implementasi ISO 9001:2000.

Kata kunci: implementasi, motivasi, dan kinerja staf

PENDAHULUAN

(BORNEO, EDISI KHUSUS, Nomor 2, Juli 2015) 108

Implementasi ISO 9001:2000 pada Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Kalimantan Timur merupakan suatu keharusan, selain melaksanakan instruksi dari Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Jakarta, juga sebagai peningakatan kapasitas dalam memberikan layanan fasilitasi dalam rangka penjaminan mutu pendidikan di Kalimantan Timur. Hal ini sesuai dengan tugas dan fungsi pokok Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Kalimantan Timur.

Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Kalimantan Timur merupakan Unit Pelaksana Teknis Pusat (UPTP) dari Departemen Pendidikan Nasional. Sebagai suatu lembaga pemerintah pusat di daerah yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Ditjen PMPTK), visi LPMP Kaltim yaitu menjadi Lembaga Penjamin dan Pengendali Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah Berstandar Nasional dan Berwawasan Global yang Berorientasi pada peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) yang Profesional dan Kompetitif. Sedangkan misi LPMP Kaltim adalah menjamin pelaksanaan pendidikan di sekolah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh pusat, memfasilitasipeningkatan mutu tenaga kependidikan sesuai dengan kebutuhan daerah, dan memfasilitasi peningkatan kinerja lembaga pendidikan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan di daerah.

Tugas dan fungsi pokok Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Kaltim sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 07 tahun 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Profinsi Kalimantan Timur mempunyai tugas pokok: “Melaksanakan Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah termasuk Taman Kanak-Kanak (TK), Raudatul Athfal (RA) atau bentuk lain yang sederajat di Propinsi berdasarkan kebijakan Menteri Pendidikan Nasional”.

Untuk dapat melaksanakan tugas dan fungsi pokok LPMP Kaltim, diperlukan kualitas kinerja Staf LPMP Kalitm. Staf LPMP Kaltim adalah salah satu indikator penentu. LPMP Kaltim perlu meningkatkan potensi dan mendayagunakan staf tersebut, agar kinerja staf dapat lebih baik. Untuk meningkatkan kinerja staf dalam

(BORNEO, EDISI KHUSUS, Nomor 2, Juli 2015)109 melaksnakan tugas sehari maka perlu memiliki motivasi kerja yang baik.

Menurut Victor Vroom (dalam Robin, 2008:229) menjelaskan dalam teori harapan bahwa seorang karyawan dimotivasi untuk menjalankan tingkat upaya yang tinggi bila ia menyakini upaya akan menghantar kesuatu penilaian kinerja yang baik; suatu penilaian yang baik akan mendorong ganjaran-ganjaran organisasi seperti bonus, kenaikan gaji,atau promosi; ganjaran itu akan memuaskan tujuan pribadi karyawan itu. Sebagai suatu model kemungkianan (contingency model),teori harapan mengakui bahwa tidak ada asas yang universal untuk menjelaskan motivasi semua orang. Oleh karena itu penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 haruslah dipertimbangkan disamping motivasi kerja jika kita akan menjelaskan dan meramalkan dengan akurat kinerja karyawan.

Bilamana sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 dijalankan dengan komitmen yang tinggi dari pimpinan sampai staf yang terendah serta kemampuan kerja para staf LPMP Kaltim sesuai dengan tugas yang telah dilaksanakannya maka kinerja staf LPMP akan tinggi. Kinerja yang tinggi akan memberikan dampak keuntungan bagi individu dan lembaga dengan cara meningkatkan motivasi kerjadan implementasi standrisasi ISO 9001:2000, sehingga lembaga mempunyai karyawan yang produktif dan taat sistem. Bagi keryawan sendiri,kinerja tinggi dapat mendorong kesiapan diri untuk mencapai sesuatu yang diinginkan.

Khususnya bagi pengembangan personalia atau sumber daya manusianya untuk mempermudah pemenuhan kebutuhan dalam staffing internal lembaga.

Kinerja menurut Alwi (2001:177-178), menyebutkan penilaian terhadap kinerja karyawan merupakan bagian dari proses staffing, yang dimulai dari proses rekrutmen, seleksi, orientasi, penempatan, job tarining awal dan proses penilaian kinerja. Tetapi proses penilaian ini tidak bisa dilepaskan dari proses yang lebih luas dari manajemen kinerja.

Manajemen kinerja adalah sentral bagi perusahaan/lembaga yang membangun keunggulan bersaing melalui peransumber daya manusianya dan menjalankan strategi bisnis yang berorientasi pada customer needs. Bagi perusahaan/lembaga seperti ini tidak ada pilihan kecauali menerapkan sistem menajemen kinerja yang mampu mendorong semua karyawan untuk memberikan kontribusi secara optimal terhadap pencapaian tujuan perusahaan / lembaga, dalam melaksanakan visi dan misinya telah diharuskan mengimplementasi standarisasi mutu ISO 2001:9000.

(BORNEO, EDISI KHUSUS, Nomor 2, Juli 2015) 110

Untuk mendukung pelaksanaan peningkatan mutu pelayanan, maka perlu didukung dengan peningkatan kinerja pegawai lembaga dalam menjalankan pelayanannya terhadap pelanggan. Kinerja pegawai/staf LPMP dapat diharapkan baik apabila didukung berbagai faktor seperti, implementasi ISO 2001-9000 dan motivasi kerja staf LPMP Kaltim dalam melaksanakan tugas yang dimilikinya dengan baik.

Penilaian kinerja tersebut adalah merupakan perwujudan kewajiban sesuatu institusi untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan penilaian kinerja ini merupakan kunci penting yang dapat menggambarkan kinerja dan hasil yang dicapai suatu institusi.

KAJIAN PUSTAKA

Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000

ISO 9001:2000 merupakan standar internasional untuk sistem manajemen mutu (SMM). SMM ini menetapkan persyaratan dan rekomendasi dan penilaian dari suatu SMM yang bertujuan untuk menjamin bahwa organisasi akan memberikan produk yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan(Gaspersz, 2006:3). Upaya memenuhi persyaratan pelanggan dan peraturan yang berlaku pada suatu organisasi dilakukan dengan cara penyediaan produk secara konsisten (Wadsworth, 2001:156).

Model proses dalam SMM ISO 9001:2000 terdiri dari lima bagian utama yang menguraikan Sistem Manajemen Organisasi, yaitu:

1) sistem manajemen mutu, 2) tanggung jawab manajemen, 3) manajemen sumber daya, 4) realisasi produk / layanan, 5) analisis, pengukuran dan peningkatan(Gaspersz, 2006:3). Sistem dan prosedur didalam standar manajemen mutu ISO 9001:2000 disajikan dalam Gambar 1.

Siklus pada Gambar 1 menggambarkan tentang proses bisnis organisasi yang dijalankan berdasarkan persyaratan pelanggan melalui perbaikan yang berkelanjutan. Perbaikan dilakukan atas dasar hasil dari pengukuran dan analisis yang dilakukan secara berkala oleh pihak manajemen. Organisasi yang menerapkan SMM ISO 9001:2000 akan memperoleh keuntungan yang mampu meningkatkan kepuasan pelanggan dan daya saing terhadap organisasi yang menjadi pesaingnya.

(BORNEO, EDISI KHUSUS, Nomor 2, Juli 2015)111 Gambar 1. Sistem Proses dalam SMS ISO 9001:2000

Menurut Gasepersz (2006:15) keuntungan atau manfaat dalam mengimplementasikan SMM ISO 9001:2000 bagi suatu organisasi atau perusahaan, diantaranya adalah:

a. Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan melalui jaminan kualitas yang terorganisasi dan sistematik.

b. Meningkatkan image perusahaan dan daya saing dalam memasuki pasar global.

c. Adanya audit SMM secara periodik.

d. Meningkatkan kesadaran mutu dalam perusahaan.

e. Memberikan pelatihan secara sistematik kepada seluruh karyawan dan manajer organisasi melalui prosedur dan instruksi yang terdefinisi dengan baik.

f. Terjadi perubahan positif dalam hal kultur mutu dari anggota organisasi.

Dalam SMM (Sistem Manjemen Mutu) dokumen dan rekaman merupakan persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan sertifikasi ISO 9001:2000. Pengendalian SMM ISO 9001:2000 merupakan unsur kunci dalam ISO 9001:2000. Tanpa pengendalian dokumen (pedoman mutu, prosedur mutu, instruksi kerja dan formulir pendukung) dan rekaman yang akurat serta lengkap, organisasi akan gagal mendapatkan sertifkasi ISO 9001:2000. Dokumen dan rekaman

(BORNEO, EDISI KHUSUS, Nomor 2, Juli 2015) 112

harus dipenuhi dan akan diaudit. Adapun dukomen yang dipersyaratkan:

(1) dokumen tingkat I: Pedoman Mutu, (2) dokumen tingkat II: Prosedur Mutu, (3) dukomen tingkat III: Instruksi Kerja, dan (4) dokumen tingkat IV: Dukomen pendukung Rekaman.

ISO 9001:2000 dikembangkan berdasarkan pada suatu model proses dengan menggunakan “Delapan Prinsip Manajemen Mutu”.

Prinsip-prinsip sistem manajemen mutu adalah suatu aturan atau kepercayaan,untuk pedoman dan pengoperasian perusahaan, yang diarahkan pada peningkatan kinerja berkesinambungan untuk jangka panjang dengan menitikberatkan pada pelanggan juga kebutuhan semua mitra yang lain. Prinsip-prinsip sistem manajemen mutu terdiri dari:

a. Berfokus kepada pelanggan (customer focus).

b. Kepemimpinan (leadership).

c. Keterlibatan semua orang (involvement of people).

d. Pendekatan proses (process approach).

e. Manajemen dengan pendekatan sistem (system approach to management).

f. Peningkatan berkelanjutan (continual improvement).

g. Pendekatan fakta untuk pengambilan keputusan (factual approach to decision making).

h. Hubungan dengan pemasok yang saling menguntungkan (mutually beneficial supplier relationships). (Mulyono, 2008:309)

Manfaat ISO 9000:2000 antara lain (1) dapat digunakan pada semua organsasi komersil atau sosial;(2) mudah diterapkan; (3) pengurangan jumlah prosedur yang disyaratkan sebelumnya dari 1,19,20 yang disyaratkan menjadi enam dukomen wajib; (4) menyesuaikan dengan proses yang ada pada organisasi; (5) mendorong penyempurnaan kinerja organisasi; (6) berorientasi pada perbaikan terus-menerus untuk memuaskan pelanggan; (7) mudah dipadukan dengan standar manajemen lainya. Tujuan akhir penerapan SMM ISO 9001:2000 adalah untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dengan menerapkan sistemnya secara efektif dan efisien, termasuk proses perbaikan jika proses yang telah dilakukan belum mencapai hasil sesuai dengan mutu dan persyaratan pelanggan.

Motivasi

Motivasi adalah keinginan untuk berbuat sesuatu, sedangkan motif adalah kebutuhan (need), keinginan (wish), dorongan (desire) atau

(BORNEO, EDISI KHUSUS, Nomor 2, Juli 2015)113 impuls. Motivasi merupakan keinginan yang terdapat pada seorang individu yang merangsang keingian yang terdapat tindakan-tindakan atau sesuatu yang menjadi dasar atau alasan seseorang berperilaku.

Motivasi kerja dapat diartikan sebagai keinginan atau kebutuhan yang melatar belakangi seseorang sehingga ia terdorong untuk bekerja.

Menurut Handoko (1992:10), motivasi kerja dapat didefinisikan sebagai motivasi yang bersifat internal yaitu dorongan yang datang dari dalam diri individu untuk bekerja atau melakukan pekerjaan. Dorongan tersebut muncul karena adanya satu tujuan yang ingin dicapai atau adanya kebutuhan yang harus dipenuhi. Selama kebutuhannya belum dapat terpenuhi akan terjadi ketidakseimbangan dalam arti diri seseorang, dan untuk menghilangkan ketidakseimbangan tersebut harus terpenuhi, sehingga munculah dorongan atau motivasi untuk melakukan aktivitas atau tindakan.

Mengacu pada konsep tentang motivasi kerja, maka motivasi kerja yang tinggi ditujukan oleh besarnya perhatian, minat, aktivitas, ketekunan, serta kesediaan menaggung resiko dalam bekerja sehingga apa yang dimaksudkan dapat tercapai. Dengan kata lain, motivasi kerja yang tinggi dapat dinilai dari: a) aktivitas seseorang didalam bekerja, b) memiliki ketrampilan dan menguasai pekerjaan serta mampu menyelesaikan tugas-tugas baik tepat waktu, c) selalu berusaha menambah pengalaman, d) memliki tanggung jawab yang tinggi, serta e) berupaya bertanya kepada orang lain jika menghadapi kesulitan (Handoko, 1992: 12).

Teori motivasi berdasarkan Hirarki kebutuhan secara individu yang dikemukakan oleh Maslow dalam Usman (2008:165) adalah sebagai berikut:

1. Kebutuhan Fisiologikal (Fisological Needs)

2. Kebutuhan Keselamatan (Safety Needs, Security Needs)

3. Kebutuhan Berkelompok (Sosial Needs, love needs, belonging needs affectiction needs).

4. Kebutuhan Penghargaan (Estem Needs, Egoistic Needs).

5. Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self-actualisasi Needs, Sef-realization Needs, Self-fulfillment Needs, Sefl-expression Needs).

Kinerja

Kata kinerja terjemahan dari performance artinya penampilan kerja atau prestasi kerja. Menurut Smith (2003:222) kinerja (performance) adalah hasil atau output dari proses. Kinerja dipengaruhi

(BORNEO, EDISI KHUSUS, Nomor 2, Juli 2015) 114

oleh motif-motif individu seperti yang dikemukakan oleh Steers dan Poter bahwa kinerja (performance) dipengaruhi oleh motif-motif individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya (Steers, 2000:183).

Konsep ini berhubungan erat dengan kegiatan atau operasi yang terus menerus, baik kegiatan maupun program atau kebijakan dalam suatu organisasi. Pendapat lain mengatakan bahwa kinerja menunjukkan kemampuan organisasi dalam melaksanakan tugas-tugas (Wibawa, 2004:161).

Gibson (2000:319) menjelaskan kinerja adalah hasil kerja yang terkait dengan tujuan organisasi seperti kualitas, efisiensi dan kriteria keefektifan lain yang dicapai selama periode tertentu melalui usaha yang membutuhkan kemampuan dan keterampilan serta pengalaman. Russell (1998:421) mendefinisikan kinerja sebagai catatan dari outcomes yang dihasilkan sesuai dengan fungsi pekerjaan secara spesifik atau aktivitas selama periode waktu tertentu. Selain itu Lan (1992:96) menjelaskan bahwa kinerja dipengaruhi oleh banyak faktor dan kemudian digolongkan menjadi dua faktor, yaitu:

a. Faktor personal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu atau yang melekat pada individu seperti misalnya: bakat, minat, karakter, motivasi, usia, jenis kelamin, pendidikan dan pengalaman kerja serta latar belakang budaya.

b. Faktor situasional yaitu faktor yang berasal dari luar individu. Faktor ini dapat dibedakan lagi menjadi faktor fisik pekerjaan, seperti misalnya: metode kerja, desain, kondisi alat dan ruang lingkup pekerjaan dengan peraturan-peraturan yang menyertai serta kondisi fisik. Faktor sosial dan organisasi, seperti kebijakan organisasi dalam bentuk pengawasan yang ada, tipe-tipe pelatihan yang diberikan, bentuk insentif, hubungan dalam organisasi dan lingkungan sosial.

Penilaian kinerja adalah proses penilaian standar kinerja yang telah dicapai oleh anggota organisasi. Devries, dkk, (1999) mengungkapkan bahwa penilaian kinerja merupakan suatu proses organisasi mengukur dan mengevaluasi perilaku anggota organisasi dan prestasi pada periode waktu tertentu. Schermerhorn, dkk. (2007:314), mengungkapkan hal yang sama bahwa penilaian kinerja merupakan suatu proses formal mengenai evaluasi kinerja dan pemberian umpan balik. Menurut Handoko (2006:311) penilaian kinerja adalah suatu proses organisasi untuk memperbaiki keputusan-keputusan personalia

(BORNEO, EDISI KHUSUS, Nomor 2, Juli 2015)115 serta memberikan umpan balik kepada para anggota organisasi tentang pelaksanaan kerja mereka.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Kalimantan Timur. Jumlah informan dalam penelitian ini adalah 5 orang. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Sumber data diperoleh dengan menggunakan snowball sampling kemudian dianalisis dengan model interaktif Miles &

Huberman. Sedangkan untuk mengecek keabsahan data menggunakan teknik triangulasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Implementasi Sistem Manemen Mutu ISO 9001:2000

LPMP Kaltim sebagai lembaga penjamin mutu pendidikan merasa perlu untuk meningkatkan mutu dalam hubungannya dengan standar mutu ISO 9000. Apabila sebuah lembaga sudah memiliki alasan yang jelas kenapa ia mengejar mutu, maka ia harus memiliki pertimbangan apakah sistem mutu formal mampu membantunya dalam meraih tujuannya tersebut. Penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 merupakan upaya serius dari semua orang yang berada dalam LPMP yang terlibat dengan mutu, dalam pelaksanaan penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 di LPMP Kaltim manajemen puncak cukup aktif dan selalu mendorong (memotivasi) staf (kepala seksi dari tiap seksi dan sfaf dari lembaga tersebut) untuk dapat menjalankan sistem manajemen mutu dengan sebaik-baiknya dan selalu ada dalam proses.

Penerapan sistem manajemen mutu secara efektif di LPMP Kaltim memerlukan sistem yang terstruktur dan terdokumentasi secara baik. Setiap lembaga yang menerapkan sistem manajemen mutu yang sudah berjalan dengan baik umumnya akan memiliki sistem dokumentasi penerapan sistem manajemen mutu yang baik, yaitu memiliki dokumen mutu yakni manual mutu, prosedur mutu, dan format-format. Tujuan dari penerapan sistem manajemen mutu di LPMP Kaltim adalah untuk melaksanakan pemantauan mutu pendidikan di

(BORNEO, EDISI KHUSUS, Nomor 2, Juli 2015) 116

wilayah Provinsi Kaltim berstandarkan standar nasional pendidikan (National Education Standart).

Adapun penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 di LPMP Kaltim adalah dengan cara melaksanakan semua kegiatan organisasi sesuai dengan dokumen (perencanaan) yang telah ditulis dan selalu berupaya untuk melestarikan, mengembangkan, dan memastikan bahwa manajemen mutu tetap dapat dikelola dengan baik. Untuk itu selalu dilakukan tindakan-tindakan sebagai wujud prinsip penerapan ISO, yaitu: tindakan koreksi, tindakan perbaikan, tindakan pencegahan, dan tindakan pengembangan.

Kegiatan implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Kaltim telah melalui tahap-tahap dalam rangka memperoleh sertifikat ISO 9001:2000 adalah sebagai berikut:

a. Mengadakan sosialisasi, koordinasi dan rapat-rapat dengan beberapa seksi lain

b. Membentuk “Tim ISO”

c. Menyusun dokumen SMM d. Sosialisasi Dokumen SMM

e. Melaksanakan semua yang telah ditulis dalam dokumen f. Melaksanakan audit internal

g. Sertifikat ISO 9001:2000

Kendala-Kendala Dalam Impelementasi ISO 9001:2000

Sebagai suatu praktik manajemen yang masih baru, implementasi sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 di LPMP Kaltim terdapat kendala-kendala yang dihadapi. Adapun kendala-kendala yang dihadapi yaitu:

a. Belum terbiasa dengan perilaku ISO

Salah satu perilaku ISO yang berbunyi write what you do and do what you write (menulis apa yang kamu kerjakan dan kerjakan apa yang kamu tulis) merupakan perilaku lama tapi terkesan baru dalam pelaksanaannya. Lama karena itu merupakan bagian dari ilmu manajemen yang sudah ada sejak lama, dan baru karena belum semua staf menyadari arti penting dari perilaku tersebut. Adapun kendala lain yang dihadapi adalah kurangnya koordinasi dan komunikasi antara staf dalam seksi.

(BORNEO, EDISI KHUSUS, Nomor 2, Juli 2015)117 b. Kendala ruang penyimpanan dokumen

Dalam implementasi sistem manajemen mutu ISO 9001:2000, kendala lain yang dirasakan adalah masalah ruang penyimpanan, karena banyaknya dokumen yang disimpan baik dokumen mutu maupun laporan kegiatan yang dilakukan.

Kendala / hambatan dalam proses ini dianggap sebagai satu hal yang lumrah bagi lembaga yang baru menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000, dan pasti hambatan yang mengemuka dapat segera terselesaikan bila ditangani dengan rangkaian tindakan koreksi, tindakan perbaikan, tindakan pencegahan, dan tindakan pengembangan secara tepat dan berkesinambungan oleh pihak manajemen LPMP.

Motivasi dan Kinerja Staf Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Kalimantan Timur Setelah Implementasi ISO 9001:2000

Adanya implementasi ISO 9001:2000 di LPMP Kaltim berpengaruh terhadap motivasi dan kinerja staf. Peningkatan motivasi dan kinerja staf setelah implementasi ISO 9001:2000 terlihat dari pencapaian sasaran mutu Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 yang ditetapkan LPMP Kalimantan Timur, antara lain:

a. Tercapainya kepuasan pelanggan pada setiap parameter yang terkait dengan pelayanan sekurang-kurangnya bernilai BAIK

b. Terlayaninya kebutuhan administrasi seluruh pegawai LPMP Propinsi Kalimantan Timur

c. Pemenuhan, pemberdayaan dan melengkapi sarana dan prasarana LPMP baik secara kuantitas maupun kualitas dalam memfasilitasi peningkatan mutu pendidikan di Kalimantan Timur

d. Memfasilitasi peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan di Kalimantan Timur

e. Melakukan penguatan eksistensi lembaga, membangun jaringan, mengadakan kerjasama dan kemitraan dengan pemerintah daerah dalam rangka peningkatan mutu pendidikan di Kalimantan Timur f. Dengan adanya implementasi ISO, motivasi dan kinerja staf

meningkat dalam bekerja dan menyelesaikan tugas-tugasnya.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

(BORNEO, EDISI KHUSUS, Nomor 2, Juli 2015) 118

1. Implementasi sistem manajemen mutu merupakan suatu proses berkesinambungan dan membutuhkan dukungan dari semua pihak yang terkait dengan lembaga.

2. ISO 9001:2000 telah diterapkan oleh LPMP Kaltim secara baik dan benar, sehingga antara dokumen ISO dengan pelaksanaannya di lapangan terdapat kesesuaian. Pada akhirnya LPMP mendapat serifikat ISO pada tanggal 11 Juli 2008.

3. Adapun kendala-kendala yang dihadapi dalam implementasi sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 yaitu:

a. Belum terbiasa dengan perilaku ISO b. Kendala ruang penyimpanan dokumen

4. Terjadi peningkatan motivasi dan kinerja staf LPMP Kaltim setelah implementasi ISO 9001:2000. Hal ini terlihat dari tercapainya sasaran mutu yang ditetapkan LPMP Kaltim dan juga cara kerja staf yang lebih baik, disiplin, terarah, tepat waktu, dan bekerja sesuai dengan prosedur dan aturan.

SARAN

Berdasarkan hasil temuan penelitian ini, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Semua seksi yang masuk dalam sistem manajemen mutu khususnya dan pihak-pihak yang terkait lainnya, sebaiknya menambah pemahaman dan pengetahuan tentang sistem manajemen mutu dan istilah-istilah yang digunakan dalam ISO 9001:2000 sehingga proses penerapan dapat berjalan sesuai dengan apa yang telah tertulis dalam dokumen.

2. Sebaiknya para staf LPMP membiasakan diri dalam implementasi SMM ISO, agar penerapan SMM ISO dapat berjalan dengan baik dan lancer, sehingga dapat mencapai dan mempertahankan kualitas pekerjaan.

3. Bagi LPMP Kaltim perlu menambah ruangan agar dalam penyimpanan dokumen-dokumen sistem manajemen mutu yang banyak dapat tercukupi, sehingga penyimpanan dokumen-dokumen rapi dan mempermudah dalam pencarian dokumen-dokumen apabila dibutuhkan.

(BORNEO, EDISI KHUSUS, Nomor 2, Juli 2015)119 DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Syarifuddin. 2001. Manjemen Sumber Daya Manusia, Strategi Keunggulan Komperatif. Yogyakarta: Penerbit BPFE.

Devries, D.L., Morrison, A., Shiullman, S.L., & Gerlach, M.L. 1999.

Performance Appraisal on The Time. Journal of Interscience Publication, 25 (5).223-226.

Gaspersz, Vincent. 2006. ISO 9001: 2000 and Continual Quality Improvement. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Gibson, J.L., Ivancevich, J.M., & Donnelly, J.R.J.H. 2000.

Organizational: Behavior Struktur Process. Sydney: Irwin.

Handoko, T. Hani. 2009. Manajemen Personalia dan Sumber daya Manusia. Yogyakarta: BPFE.

Lan. 1992. Penilaian Kinerja Pegawai. Jakarta: LAN.

Russell, B. 1998. Human Resource Management. An Experimential Approach. Singapore: Macam Graw Hill Companies.

Schermerhorn, J.R., Hunt, J.G., Osborn, R.N. 2007. Managing Organizational Behavior. . Canada: John Wiley & Sons Inc.

Smith, A, Organizational Behavior and Human Behavior at Work, (New York: McGraw-Hill, 2003), hlm 222.

Steers, R.M. & Porteer, L.W. 2000. Motivation and Work Behavior.

New York: McGraw-Hill Books Company.

Ubaidillah Khasan. 2009. Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 Pada MA NU Banat Kudus. Tesis. Semarang: Institut Agama Islam Negeri Walisongo.

Usman, Husaini. 2008. Manajemen Teori Praktik & Riset Pendidikan.

Jakarta: Bumi Aksara.

Wadsworth, Harrison M., Stephens, Kenneth S., & Godfrey A. Blanton.

2001. Modern methods for quality control and improvenment.

New York: Jhon Wiley & Sons, Inc.

Wibawa, S. 2004. Evaluasi Kebijakan Publik. Jakarta: Rajawali Press.

Yamit, Zulian. 2001. Manajemen Kualitas (Produk dan Jasa).

Yogyakarta: Ekonisia.

(BORNEO, EDISI KHUSUS, Nomor 2, Juli 2015) 120

(BORNEO, EDISI KHUSUS, Nomor 2, Juli 2015)121 UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

DENGAN METODE PENERAPAN LATIHAN SOAL