Penelitian lapangan dilakukan pada awal bulan Desember 2010. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (a) Data digital citra landsat, path/row 118/62 akuisisi Agustus 2002, (b) Peta rupabumi Indonesia lembar Banjarbaru skala 1:250.000, (c) Peta batas lokasi hasil tracking GPS, (d) Peta geologi Indonesia skala 1:000.000 (Supriatna dan Sutandi, 1994), (e) Peta agroklimat Kalimantan 1:3.000.000 (Oldeman et
al.,1980), dan (f) Peta kapling lahan/lokasi kepemilikan petani.
Peralatan survei lapangan yang digunakan terdiri atas: (a) Bor gambut tipe
Eijkelkamp, (b) Buku Munsell Soil Color Chart, (c) Buku Keys to Soil Taxonomy edisi
tahun 2010, (d) Kompas dan tambang plastik, (e) GPS (Geographic Positioning System), (f) pH-Truogh dan pH lakmus, (g) Meteran, kantong plastik contoh tanah dan label, (h) Komputer laptop yang dilengkapi program ArcView/ArcGIS untuk entri data pengamatan lapangan dan analisis spasial/peta.
Metoda
Lokasi demplot berada di Desa Tegal Arum, Kecamatan Landasan Ulin, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Areal demplot yang dipetakan sekitar 6,7 ha yang dilakukan dengan pengukuran atau tracking batas-batasnya di lapangan dengan alat GPS. Hasil pengukuran GPS dientry kedalam komputer untuk diolah menggunakan program ArcView/GIS.
Pengamatan tanah dilakukan dengan sistem grid melalui transek dengan menggunakan GPS untuk menentukan koordinat setiap titik pengamatan. Transek dibuat tegak lurus sungai dengan asumsi dapat dijumpai variasi ketebalan gambut dan sifat-sifat lainnya. Pengamatan tanah dilakukan dengan cara pemboran tanah gambut sampai kedalaman tanah mineral (substratum) dengan bor tipe Eijkelkamp. Jarak antara titik pengamatan dalam jalur transek adalah 25 m, sedangkan antar jalur transek 50 m, sehingga intensitas pengamatannya adalah satu titik untuk setiap 0,125 ha. Parameter yang diamati adalah ciri-ciri morfologi tanah gambut antara lain ketebalan, kematangan, warna, sisipan tanah mineral, konsistensi, pH, muka air tanah, substratum, dan gejala lainnya.
Untuk substratum tanah mineral diamati warna, tekstur, konsistensi, pH, dan gejala kemungkinan adanya bahan sulfidik. Semua parameter tersebut dicatat dalam formulir pengamatan untuk di-entri kedalam komputer. Cara pengamatan sifat-sifat morfologi tanah mengikuti pedoman yang tercantum dalam Guideline for Soil Profile Description (FAO, 1990) dan Pedoman Pengamatan Tanah (Balai Penelitian Tanah, 2004). Klasifikasi tanah ditetapkan menurut Keys to Soil Taxonomy (Soil Survey Staff, 2010) sampai tingkat subgrup dan fase tanah. Penetapan fase tanah mengikuti cara yang diuraikan oleh Hardjowigeno et al. (1996).
Setelah pengamatan tanah selesai seluruhnya dan sudah diketahui sebaran satuan-satuan tanah dan sifat-sifatnya, maka dilakukan pemilihan titik-titik pengamatan sebagai pewakil untuk diambil contoh tanahnya melalui bor gambut. Contoh tanah diambil untuk setiap horizon dari setiap titik pengamatan pewakil satuan tanah untuk analisis kimia. Selain itu dilakukan pula pengambilan contoh untuk analisis sifat fisika (berat isi/BD dan kadar air) lapisan atas (0-20 cm) dan lapisan bawah (20-60 cm) berdasarkan tingkat kematangan gambut dengan ulangan dua kali.
Analisis sifat fisika tanah meliputi penetapan BD (pada kondisi basah dan kering oven), kadar air, dan kadar serat. Analisis sifat kimia tanah meliputi penetapan kandungan bahan organik (C, N, dan C/N), pH tanah, kadar P2O5 dan K2O ekstraksi HCl 25%, kadar P2O5 tersedia ekstrak Bray 1, basa-basa dapat tukar (Ca, Mg, K, dan Na), kapasitas tukar kation (NH4OAc pH 7), kadar Al ektraksi 1 N KCl, kadar abu, kadar unsur hara mikro (Fe, Mn, Zn, Cu), kadar pirit/bahan sulfidik, daya hantar listrik, dan salinitas. Prosedur analisis mengacu pada Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk (Sulaeman, Suparto dan Eviati, 2005). Data hasil pengamatan lapangan dan data hasil analisis contoh tanah diinterpretasi untuk penetapan sifat-sifat fisik-kimia dan klasifikasi tanah, serta penyusunan satuan peta tanah. Pengelompokan penilaian hasil analisis kimia tanah mengikuti Terms of Reference Survei Kapabilitas Tanah (Pusat Penelitian Tanah, 1982) dan Driessen dan Sudjadi (1984).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Fisik Lingkungan
Secara administratif, lokasi demplot termasuk Kelurahan Tegal Arum, Kecamatan Landasan Ulin Timur, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Lokasi penelitian dapat dijangkau dengan mobil dari Kantor Balai Penelitian Rawa (Balittra) Loktabat sejauh kurang lebih 8 km atau selama 20 menit, dengan posisi sekitar 1 km sebelah utara Bandara Syamsudin Noor Banjarbaru (Gambar 1). Pemilihan lokasi didasarkan pada lahan gambut yang sudah dibuka untuk pertanian, lokasinya relatif mudah dijangkau dan cukup
sebesar 2.605 mm, rata-rata bulanan antara 97 mm (Agustus) sampai 363 mm (Januari). Menurut Schmidt dan Ferguson (1951) daerah ini termasuk tipe hujan B dan tipe iklim Koppen Afa. Bulan basah (>100 mm) selama 9 bulan dan bulan kering (<60 mm) hanya satu bulan. Sedangkan menurut zona agroklimat Oldeman et al. (1980) daerah penelitian termasuk zona C1, yaitu daerah yang mempunyai bulan basah (>200 mm) berturut-turut 5-6 bulan, dan bulan kering (<100 mm) selama <2 bulan. Suhu udara rata-rata bulanan berkisar antara 26,5 sampai 27,8 oC dengan rata-rata tahunan 27,1 oC. Kelembaban udara relatif rata-rata bulanan berkisar antara 81 sampai 89%.
Gambar 1. Peta lokasi demplot Tegal Arum, Kalimantan Selatan.
Daerah penelitian merupakan cekungan rawa aluvial yang tergenang. Aliran air lambat yang mengalir kearah utara dan bermuara ke Sungai Martapura. Air rawa berwarna kecoklatan karena pengaruh rawa gambut. Air tanah dangkal dan sebagian tergenang antara 5 sampai 20 cm. Saluran air berupa parit-parit sudah dibuat, termasuk bangunan pintu air untuk mengatur ketinggian muka air. Namun sebagian parit-parit tersebut kondisinya tidak terawat dan ditumbuhi semak belukar, karena sebagian lahannya masih belum ditanami.
Secara makro, landform daerah penelitian merupakan bagian dari cekungan aluvial atau rawa lebak dari Sungai Martapura, dan bersambungan ke selatan dengan landform dataran tektonik yang terbentuk dari batuan sedimen (batupasir) dan ke utaranya bersambungan dengan rawa belakang (backswamp) dan tanggul (levee) dari Sungai Martapura. Cekungan aluvial ini terisi oleh endapan bahan organik membentuk tanah gambut dangkal sampai sedang yang berada diatas batuan sedimen batupasir.
Lokasi penelitian pada awalnya merupakan semak belukar rawa gambut, yang merupakan pembuangan drainase dari wilayah bagian selatan (bandara) yang agak tinggi.
Sekitar 15 tahun yang lalu mulai dibuka oleh penduduk setempat untuk ditanami tanaman padi sawah dan tanaman lainnya dengan sistem surjan. Namun produksi tanaman pangan yang diusahakan tampaknya kurang memuaskan atau tenaga kerja yang kurang. Saat ini lahan tersebut sudah dikapling penduduk setempat untuk pertanian padi sawah dan tanaman pangan lainnya. Sebagian lahan masih banyak yang ditumbuhi semak dan alang-alang.
Gambar 2. Lokasi demplot Tegal Arum (kiri) dan contoh tanah gambut diambil dengan bor gambut tipe Eijkelkamp (kanan).
Keadaan Tanah
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan didukung oleh data hasil analisis contoh tanah di laboratorium, tanah-tanah gambut di lokasi penelitian demplot Tegal Arum dapat diklasifikasikan menurut sistem Keys to Soil Taxonomy (Soil Survey Staff, 2010) kedalam dua subgrup yaitu dengan sifat-sifat sebagai berikut.
(a) Subgrup Typic Haplofibrists
Tanah mempunyai tingkat kematangan fibrik pada subsurface tier dan bottom tier dengan ketebalan bervariasi antara 0,5 sampai 3 m. Warna tanah hitam di lapisan atas dan coklat tua di lapisan bawah. Lapisan di bawah gambut (substratum) berupa tanah mineral bertekstur lempung berpasir sampai liat berpasir dan berwarna kelabu sampai kelabu kekuningan. Permukaan air tanah dangkal sampai tergenang. Tanah tergenang antar 5 sampai 10 cm, dan permukaan air tanah pada kedalaman 5 sampai 20 cm. Reaksi tanah sangat masam, daya hantar listrik rendah, kandungan C organik sangat tinggi, kandungan P2O5 total rendah, kandungan K2O total umumnya rendah sampai sedang, dan P tersedia (Bray 1) sedang sampai tinggi. Kandungan basa-basa dapat ditukar (Ca, Mg, K dan Na) rendah, KTK-tanah sangat tinggi dan kejenuhan basa sangat rendah. Kadar Al ekstraksi KCl 1N umumnya tinggi. Kadar serat tidak digerus tinggi, sedangkan yang digerus
cenderung meningkat ke lapisan bawah mendekati tanah mineral.
(b) Subgrup Hemic Haplofibrists
Tanah mempunyai tingkat kematangan fibrik pada subsurface tier dan bottom tier. Pada kedalaman antara 30-130 cm (di bawah surface tier), dijumpai lapisan gambut hemik setebal > 25 cm. Warna tanah hitam di lapisan atas, dan coklat sangat tua sampai coklat di lapisan bawah. Ketebalan gambut bervariasi antara 1,5 sampai 2,5 m dengan substratum tanah mineral bertekstur lempung liat berpasir sampai liat berpasir dan berwarna kelabu. Permukaan air tanah bervariasi antara 15-20 cm. Reaksi tanah sangat masam dan daya hantar listrik rendah. Kandungan C organik sangat tinggi, kandungan P2O5 dan K2O total rendah, dan P-tersedia sedang. Kandungan basa-basa rendah, KTK-tanah tinggi dan kejenuhan basa sangat rendah. Kandungan Al ekstrak KCl 1N tinggi. Kadar serat tidak digerus tinggi, dan yang digerus rendah. Kadar abu tinggi di lapisan atas, kemudian menurun dan meningkat lagi ke lapisan bawah transisi dengan substratum tanah mineral.
(c) Subgrup Humic Endoaquepts
Tanah mineral ini mempunyai lapisan bahan organik tipis setebal 10-30 cm dengan tingkat kematangan fibrik sampai hemik. Tanah berdrainase jelek dengan muka air tanah dangkal (5-15 cm). Warna tanah gambut coklat sangat tua, sedangkan warna tanah mineral di bawahnya kelabu pucat, tekstur lempung berpasir sampai liat berpasir, konsistensi lekat dan plastis, dan reaksi tanah masam.
Satuan Peta Tanah
Satuan peta tanah (SPT) menunjukkan kumpulan tanah dengan sifat-sifat sama atau hampir sama yang didelineasi dalam suatu peta tanah. Sifat-sifat tanah pada masing-masing SPT dijelaskan dalam legenda peta tanah yang bersangkutan. Dalam arti luas, legenda peta tanah berarti penjelasan terhadap masing-masing satuan peta, baik yang dicantumkan dalam peta tanah dalam bentuk tabel (legenda identifikasi) maupun dalam bentuk naskah dalam dokumen atau manuskrip laporan (legenda deskriptif).
Interpretasi dan analisis data spasial menghasilkan sembilan SPT. SPT ini terdiri atas subgroup tanah dan diberi keterangan fase ketebalan gambut, pH, KTK tanah, dan kejenuhan basa (Tabel 1).
Gambar 4. Peta tanah detail lokasi demplot Tegal Arum, Kalimantan Selatan
Tabel 1. Satuan peta tanah di lokasi demplot Tegal Arum, Kalimantan Selatan
No.
SPT Subgrup
Ketebala n gambut
pH KTK-tanah Kej. Basa Luas atas bawah atas bawah atas bawah Ha % cm --cmol(+)/kg-- --%-- 1 Hemic Endoaquepts < 40 5,0 4,5 - - - - 0,73 10,84 2 Typic Haplofibrists 40 - 50 3,5-4,0 3,5-4,0 24-40 24-40 <20 <20 0,35 5,27 3 Typic Haplofibrists 50 - 100 4,0-4,5 4,0-4,5 40-80 <24 <20 <20 1,60 23,74 4 Typic Haplofibrists 100 - 150 3,5-40 3,5-4,0 40-80 24-40 <20 <20 0,08 1,24 5 Hemic Haplofibrists 150 - 200 4,0-4,5 4,0-4,5 40-80 40-80 <20 <20 0,93 13,90 6 Typic Haplofibrists 150 - 200 3,5-40 3,5-4,0 40-80 24-40 <20 <20 0,10 1,43 7 Hemic Haplofibrists 200 - 250 3,5-4,0 4,0-4,5 40-80 40-80 20-35 <20 1,24 18,41 8 Typic Haplofibrists 200 - 250 4,5-5,0 4,0-4,5 40-80 40-80 20-35 <20 1,37 20,36 9 Typic Haplofibrists 250 - 300 4,5-5,0 4,0-4,5 40-80 40-80 20-35 <20 0,32 4,81 Jumlah 6,72 100,0 Catatan: lapisan atas 0-30 cm; lapisan bawah 30-160 cm.
Berdasarkan data hasil analisis kimia (Tabel 2) kadar C organik berkorelasi sangat nyata dengan kadar abu (R2=0,89) dan kadar C organik berkorelasi sangat nyata dengan KTK tanah (R2=0,89) seperti disajikan pada (Gambar 3).
Gambar 3. Hubungan antara C organik dengan kadar abu dan KTK-tanah
Tabel 3. Sifat-sifat fisik tanah gambut di lokasi Tegal Arum
Profil Kedalaman Volume Berat gambut basah
Kadar air berdasarkan Bulk density Berat kering Berat basah
cm cm2 g % % g cm-3 HK6 0-10 90 401,6 79,73 393,43 0,20 10-57 480 1232,6 91,73 1058,73 0,09 HK3 0-10 90 369,7 78,42 363,45 0,22 10-75 660 1146,1 91,86 1128,33 0,08 SL12 0-5 50 278,9 79,04 377,21 0,21 5-75 700 1321,0 92,05 1157,52 0,08 SL9 0-10 10 390,2 82,52 472,06 0,17 10-60 500 1228,1 93,37 1409,33 0,07
Bulk density (BD) tanah gambut bervariasi antara 0,17 sampai 0,22 g cm-3 untuk kematangan hemik yang umumnya lapisan atas, dan antara 0,07 sampai 0,09 g cm-3 untuk kematangan fibrik yang umumnya lapisan bawah. Hal ini menunjukkan bahwa tanah gambut yang sudah melapuk (hemik) lebih padat/kompak dibandingkan dengan yang belum lapuk (fibrik). Driessen dan Dudal (1989) menyebutkan bahwa BD tanah gambut yang masih vegetasi hutan berkisar antara 0,10 sampai 0,20 g cm-3 dan yang sudah direklamasi mencapai 0,4 g cm-3. Hasil penelitian Driessen dan Rochimah (1976) menunjukkan bahwa BD tanah gambut pada hutan rawa di Kalimantan berkisar antara 0,14 sampai 0,23 g cm-3.
Kadar air tanah gambut di lokasi penelitian pada kondisi basah/lembab berkisar antara 393 sampai 1409%, sedangkan pada kondisi kering, kadar air menurun berkisar antara 78 sampai 93%. Hal tersebut menunjukkan bahwa tanah gambut pada kondisi basah mampu menyerap air antara 4 sampai 14 kali lipat dari beratnya. Mutalib et al (1991) menyebutkan tanah gambut dapat menyerap air antara 100 sampai 1300% dari berat keringnya.
Berdasarkan hasil evaluasi lahan, tanah-tanah gambut di lokasi penelitian termasuk sesuai marginal (kelas S3) untuk pertanian, sehingga membutuhkan input relatif tinggi. Tanah umumnya bereaksi sangat masam dan miskin unsur hara dan kation basa-basa,
y = -21,197Ln(x) + 87,965 R2 = 0,89 n=23 0 20 40 60 80 100 120 0 10 20 30 40 50 60 Organic Carbon (%) A s h c o n te n t (% ) y = 1,3084x + 1,9512 R2 = 0,89 n=23 0 40 80 120 0 20 40 60 Organic C (%) S o il C E C ( cm o l( + )k g -1 )
serta air tanah yang berfluktuasi. Akan tetapi jika dilihat dari kadar abunya, tanah di daerah ini lebih baik/tinggi dibandingkan dengan lokasi Jabiren, Kalimantan Tengah.
Pengelolaan lahan gambut untuk pertanian diarahkan pada tindakan pemupukan, pengapuran dan pemberian abu bakaran atau amelioran lainnya untuk perbaikan ketersediaan hara dan retensi hara. Pengelolaan air dilakukan melalui pembuatan saluran atau parit dengan pintu air untuk mengendalikan permukaan air, agar mampu membuang kelebihan air pada musim hujan dan mempertahankan kelembaban tanah pada musim kemarau.
Tabel 2. Data hasil analisis sifat kimia tanah gambut di lokasi demplot Tegal Arum
Profil Lap Dalam Tekstur
1 pH
DHL Bah organik HCl 25% Bray 1
Pasir Debu Liat Kelas H2O KCl C N C/N P2O5 K2O P2O5
cm --- % --- dS/m % - mg/100g ppm NP7 1 0-7 - - - 3.9 3.5 0.43 29.23 1.41 21 25 13 26.7 2 7-35 - - - 4.1 3.5 0.09 37.35 0.84 44 10 7 20.7 3 35-44 - - - 4.5 4.0 0.08 5.95 0.22 27 7 6 33.9 4 44-100 73 14 13 SL 4.4 3.9 0.02 0.85 0.07 12 4 2 17.8 5 100-125 td HK6 1 0-9 - - - 4.3 3.7 0.04 33.75 2.94 11 16 10 23.6 2 9-57 - - - 3.9 3.3 0.26 38.93 1.34 29 5 5 15.3 3 57-62 - - - 4.3 3.9 0.06 12.17 0.29 42 12 3 26.4 4 62-130 66 14 20 SL 4.3 3.7 0.02 0.54 0.05 11 1 3 4.9 5 130-150 53 13 34 SCL 4.7 3.9 0.01 0.47 0.04 12 7 2 4.0 HK3 1 0-9 - - - 4.0 3.4 0.10 42.92 1.69 25 26 8 24.4 2 9-75 - - - 4.2 3.6 0.07 55.61 1.14 49 5 20 35.1 3 75-80 - - - 4.0 3.6 0.11 52.97 0.85 62 6 9 14.0 4 80-135 - - - 3.9 3.6 0.31 40.42 0.93 43 3 4 6.5 5 135-143 - - - 4.1 3.7 0.08 36.62 1.28 29 5 5 13.0 6 143-200 45 12 43 C 4.1 3.5 0.04 1.55 0.11 14 1 2 5.3 SL12 1 0-5 - - - 3.9 3.4 0.38 37.79 1.36 28 19 17 23.7 2 5-75 - - - 4.0 3.2 0.07 53.01 0.95 56 9 11 20.6 3 75-85 - - - 4.1 3.5 0.13 55.37 0.92 60 5 13 12.5 4 85-170 - - - 4.2 3.5 0.08 42.34 0.94 45 4 13 11.5 5 170-180 - - - 4.0 3.5 0.12 40.81 0.72 57 5 10 11.3 6 180-200 60 13 27 SCL 4.2 3.5 0.03 3.83 0.31 12 4 3 13.6 SL9 1 0-10 - - - 4.7 4.0 0.11 43.57 1.47 30 528 7 856.3 2 10-60 - - - 4.3 3.5 0.07 47.19 1.20 39 12 11 47.5 3 60-75 - - - 4.0 3.4 0.04 38.02 1.06 36 9 9 16.0 4 75-220 - - - 3.9 3.5 0.16 44.32 0.98 45 7 20 29.0 5 220-230 - - - 4.1 3.7 0.16 25.05 0.51 49 7 11 10.7 6 230-250 51 11 38 SC 4.4 3.6 0.02 2.27 0.21 11 4 4 6.0
1 Keterangan: SL=lempung berpasir/sandy loam; SCL=lempung liat berpasir/sandy clay loam; SC=liat berpasir/sandy clay; C=liat/clay
Profil lap
Nilai Tukar Kation (NH4-Acetat 1N,pH7) KCl 1N Kej
Al
DTPA 1 Total Kadar Serat Kadar
Abu
Ca Mg K Na Jml KTK KB Al 3+ H + Fe Mn Cu Zn S Fe Dige rus Tidak Dige rus
---- cmol(+)/kg --- % cmol(+)/kg --- ppm ---- --- % --- -- % -- % NP7 1 1.08 0.61 0.19 1.98 3.86 41 9 6.26 0.97 62 1027.3 0.0 0.5 0.6 - - 37.50 12.50 22.52 2 1.67 0.81 0.14 1.03 3.65 40 9 5.68 1.30 61 1497.1 9.1 2.9 2.7 - - 23.91 6.52 15.78 3 0.43 0.29 0.06 0.44 1.22 9 13 2.04 0.28 63 457.6 2.1 3.6 0.5 - - 31.91 12.77 71.74 4 0.12 0.16 0.03 0.07 0.38 2 22 0.79 0.49 67 138.0 0.4 1.4 0.3 0.01 0.75 - - 95.70 HK6 1 1.62 0.39 0.19 0.33 2.53 43 6 6.90 1.05 73 2014.2 1.5 0.7 1.5 - - 34.21 5.26 9.07 2 3.32 1.52 0.10 2.51 7.45 56 13 4.15 1.96 36 1585.6 18.8 0.3 4.0 - - 33.33 7.14 4.07 3 1.28 0.47 0.04 0.10 1.89 19 10 3.86 0.44 67 613.6 5.9 7.4 0.6 - - 36.36 9.09 56.14 4 0.24 0.13 0.05 0.09 0.51 2 26 1.00 0.59 66 242.1 0.4 1.1 0.1 0.01 0.27 - - 96.13 5 0.37 0.18 0.03 0.07 0.65 4 16 1.05 0.85 62 498.1 0.1 2.0 0.2 0.01 4.02 - - 89.78 HK3 1 1.42 0.41 0.07 0.35 2.25 56 4 4.68 1.26 68 1156.9 0.3 0.4 1.3 - - 24.39 2.44 12.48 2 6.77 2.08 0.40 2.13 11.38 98 12 5.73 3.76 33 3144.4 23.0 1.2 5.4 - - 56.67 6.67 0.55 3 1.21 1.55 0.18 1.40 4.34 68 6 12.62 2.38 74 2498.8 4.1 2.3 1.6 - - 28.57 2.38 4.33 4 0.81 0.89 0.08 1.74 3.52 53 7 6.08 3.13 63 2457.0 7.2 0.9 1.3 - - 36.96 4.35 4.76 5 1.70 0.57 0.10 0.45 2.82 57 5 5.29 3.70 65 3389.5 1.1 2.9 2.4 - - 23.81 2.38 6.53 6 0.49 0.24 0.03 0.14 0.90 4 23 1.66 1.53 65 671.9 0.5 3.3 0.5 0.03 0.60 - - 89.35 SL12 1 0.93 0.90 0.30 1.58 3.71 47 8 6.16 1.49 62 1153.5 0.2 0.2 0.5 - - 23.68 7.89 16.85 2 3.64 2.57 0.22 0.80 7.23 74 10 5.40 3.88 43 1695.5 16.2 1.0 3.1 - - 50.00 6.52 1.21 3 1.31 1.46 0.26 1.23 4.26 63 7 8.89 2.39 68 1652.3 2.8 1.9 1.6 - - 30.95 2.38 3.24 4 1.26 0.88 0.25 0.39 2.78 41 7 6.20 2.63 69 1603.8 3.3 0.7 1.1 - - 23.81 4.76 2.14 5 0.81 1.11 0.19 1.06 3.17 40 8 5.24 1.73 62 1290.6 3.1 1.7 1.5 - - 28.89 2.22 15.34 6 0.70 0.48 0.05 0.32 1.55 6 25 2.24 2.94 59 841.4 0.3 3.4 0.3 0.01 0.36 - - 94.53 SL9 1 21.21 1.99 0.13 0.63 23.96 61 39 0.72 0.45 3 3047.4 57.6 35.1 76.4 - - 31.11 2.22 9.06 2 4.19 2.96 0.22 0.55 7.92 60 13 1.80 1.24 19 2065.5 33.3 1.5 8.2 - - 30.77 7.69 3.31 3 0.92 1.14 0.12 1.28 3.46 48 7 4.87 1.73 58 1630.7 12.7 0.9 1.2 - - 18.75 3.13 6.59 4 1.61 2.45 0.39 4.08 8.53 74 12 7.21 3.10 46 3407.2 8.3 0.8 2.3 - - 36.59 4.88 0.76 5 0.75 1.97 0.22 1.35 4.29 46 9 5.28 2.22 55 1875.9 0.1 4.1 0.2 - - 16.67 2.38 20.34 6 0.24 0.63 0.08 0.09 1.04 4 24 1.59 1.32 60 533.7 0.1 3.3 0.2 0.03 1.26 - - 49.93 1
Pendugaan cadangan karbon
Cadangan karbon dari tanah gambut dapat diduga dengan cara menghitung ketebalan gambut, luasan, bobot isi dan kandungan C organik, dengan menggunakan formula: Cadangan C = L x D x BD x C, di mana Cadangan C dalam ton, L=luas tanah gambut (dalam m2), D=ketebalan gambut (dalam m), BD= bulk density (t m-3 setara g cm -3
), dan C= kandungan C organik (dalam %). Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, dengan basis satuan peta tanah, jumlah cadangan karbon di lokasi demplot Tegal Arum sebesar 3.775 ton untuk seluas 6,72 ha, atau sekitar 562 t C ha-1 (Tabel 4). Jumlah ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan cadangan C di lokasi demplot Jabiren, Kalimantan Tengah.
Tabel 4. Cadangan karbon di lokasi demplot Tegal Arum
SPT Subgrup tanah Luas C organik BD Cadangan karbon
ha % g cm-3 ton 1 Humic Endoaquepts 0,73 17,35-37,35 0,21-0,08 68,27 2 Typic Haplofibrists 0,35 29,23-37,35 0,22-0,08 49,86 3 Typic Haplofibrists 1,60 23,01-38,98 0,20-0,09 372,51 4 Typic Haplofibrists 0,08 36,73-45,75 0,22-0,08 61,11 5 Hemic Haplofibrists 0,93 43,33-48,04 0,22-0,08 618,65 6 Typic Haplofibrists 0,10 47,80-48,05 0,22-0,08 116,71 7 Hemic Haplofibrists 1,24 44,45-47,67 0,21-0,08 1022,34 8 Typic Haplofibrists 1,37 35,54-45,75 0,17-0,07 1145,25 9 Typic Haplofibrists 0,32 35,54-45,75 0,17-0,07 320,45 Jumlah 3775,20
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Tanah gambut di lokasi demplot Tegal Arum Kalimantan Selatan termasuk gambut oligotrofik sampai mesotrofik, dengan ketebalan 0,5 sampai 3 m. Tingkat dekomposisi termasuk hemik sampai fibrik dengan nilai berat isi gambut hemik 0,17-0,22 g cm-3 dan gambut fibrik antara 0,07-0,09 g cm-3. Reaksi tanah sangat masam, kandungan hara rendah, kadar abu yang mencerminkan kandungan mineral termasuk sedang sampai tinggi. Tanah diklasifikasikan kedalam subgrup Typic Haplofibrists dan Hemic Haplofibrists.
2. Tanah gambut termasuk sesuai marginal untuk tanaman padi tadah hujan, jagung, ubi jalar dan sayuran dengan faktor penghambat utama reaksi tanah sangat masam, kejenuhan basa sangat rendah, dan kematangan gambut fibrik di lapisan bawah. Aplikasi teknologi pemupukan dan pengapuran, serta pengelolaan air yang tepat diperlukan untuk memperbaiki dan meningkatkan produktivitas lahan tersebut.
ton C, atau rata-rata sekitar 562 t C ha-1.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih atas terlaksananya penelitian ini, yang dibiayai oleh Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) Project Tahun Anggaran 2010. Proyek ini diorganisir oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan (BBSDLP), Bogor.
DAFTAR PUSTAKA
Balai Penelitian Tanah. 2004. Petunjuk Teknis Pedoman Pengamatan Tanah. Puslitbang Tanah dan Agroklimat, Bogor. 117p.
Boetler, D.H. 1969. Physical properties of peats as related to degree of decomposition. Soil Sci. Soc. Am. Proc. 33:606-609.
Driessen, P.M., and Rochimah, L. 1976. The physical properties of lowland peats from Kalimantan. Soil Res. Inst. Bull. 3:56-73.
Driessen, P., and M. Sudjadi. 1984. Soils and specific soil problem of tidal swamps. Workshop on Research Prioritas in Tidal Swamp Rice. p143-160. IRRI, Los Banos, Laguna, Philippines.
Driessen, P.M., and Dudal, R (Eds). 1989. Lecture note on the geography, formation, properties and use of the major soils of the world. Agric. Univ. Wageningen, the Netherlands, and Katholieke Univ. Leuven, Belgium.
FAO. 1990. Guidelines for soil profile description. FAO/UNESCO Rome, Italy.
Hardjowigeno, S., Marsoedi Ds, dan Ismangun. 1996. Satuan peta tanah dan legenda peta. Laporan Teknis No.3 Versi 2. Proyek LREPP II. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.
Hardjowigeno, S. 1986. Sumber daya fisik wilayah dan tata guna lahan: Histosol. Fakultas Pertanian IPB. Hal 86-94.
Mutalib, A.A., J.S. Lim, M.H. Wong, and L. Koonvai. 1991. Characterization, distribution, utilization of peat in Malaysia. Proc. Int. Symp. on Tropical Peatland, 6-10 May 1991. Kuching, Serawak, Malaysia.
Oldeman, L.R., Irsal L., Muladi. 1980. An agroclimatic map of Kalimantan, scale 1:3,000,000. Contr. Agric Res and Development. Bogor.
Polak, B. 1950. Occurence and fertility of tropical peat soils in Indonesia. 4th Int. Congr. of Soil Sci. Vol 2, 183-185. Amsterdam, The Netherlands.
Pusat Penelitian Tanah. 1982. Terms of Reference (TOR) Survei Kapabilitas Tanah. Proyek Penelitian Pertanian Menunjang Transmigrasi (P3MT), Bogor.
Schmidt, F.H., and J.H.A Ferguson. 1951. Rainfall types based on wet and dry period ratios for Indonesia with Western New Guinea. Verh. No. 42. Djawatan Meteorologi dan Geofisik, Jakarta.
Soil Survey Staff. 1999. Soil taxonomy: A basis system of soil classification for making and interpreting soil surveys. Second edition. USDA NRCS Agr. Handbook 436. Wasington DC.
Soil Survey Staff. 2010. Keys to soil taxonomy. 11st ed. NRCS-USDA, Washington DC. 333p.
Soepraptohardjo, M. 1961. Klasifikasi tanah di Indonesia. Balai Penyelidikan Tanah Bogor.
Sulaeman, Suparto, dan Eviati. 2005. Petunjuk teknis analisa kimia tanah, tanaman, air, dan pupuk. Balai Penelitian Tanah, Bogor. 136p.
Supriatna, S., dan Sutandi. 1994. Peta geologi Indonesia skala 1:1.000.000. Puslitbang Geologi, Bandung.
Widjaja Adhi, IPG. 1986. Pengelolaan lahan rawa pasang surut dan lebak. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian