• Tidak ada hasil yang ditemukan

115 Banyak catatatan diterima dari anggota

masyarakat Pondok Damar yang diwawancarai mengenai bagaimana PT Mustika Sembuluh mendapatkan lahan untuk perkebunan kelapa sawit perusahaan. Dalam beberapa kasus, perusahaan sudah menggusur lahan tanpa memberitahukan para pemilik tanah adat, menjanjikan ganti rugi tanpa batas wakut yang jelas. Dalam kasus lainnya, wakil perusahaan yang diwawancarai dilaporkan sudah memakai izin lokasi sebagai senjata untuk mengintimidasi masyarakat dan menekan masyarakat untuk menyerahkan lahan mereka. Dengan pengetahuan yang terbatas mengenai hukum, pemerintah mengatakan mereka tidak berani membantah argumen perusahaan, dan mempercayai kalau ketiadaan dokumen sah untuk membuktikan hak mereka atas tanah mengalahkan kenyataan bahwa mereka telah menggarap lahan tersebut dari generasi ke generasi secara turun-temurun. Banyak orang memberitahukan bahwa sosialisasi hampir tidak ada, dan bila diadakan, tidak menyediakan waktu yang cukup buat masyarakat untuk membuat keputusan yang dipahami soal apakah menerima atau menolak kegiatan perusahaan dalam tanah-tanah adat mereka.

Ada beberapa kasus dimanaintimidasi dari aparat keamanan terjadi, dan kooptasi oleh pejabat pemerintah desa. Kasus lainnya, perusahaan menawarkan ganti rugi lebih sedikit dari lahan yang telah diambil dan digarap oleh perusahaan. Dalam satu kasus, sebagai contoh, satu anggota masyarakat menjelaskan beliau punya 5 ha tanah dan hanya setuju menjual 3 ha kepada perusahaan dengan maksud sisa 2 ha akan digarap beliau sendiri. Kenyataannya, seluruh lahan yang luasnya 5 ha digusur oleh perusahaan dan pengaduan beliau tidak dihiraukan.

Kami dipaksa menerima kompensasi, sesuai ketentuan perusahaan, akibat penyerahan lahan secara paksa. Jika kami menolak, kami dihadapkan dengan aparat keamanan yang dibawa menjaga kegiatan perusahaan. Perusahaan juga menggunakan pejabat pemerintah desa dan tokoh desa untuk menekan masyarakat dan memanipulasi informasi. Dulu kepala desa kami memberitahu kami meskipun semua orang

menolak menyerahkan tanah perusahaan akan terus jalan menggusur lahan-lahan di daerah ini sebab mereka mengantongi izin, dan lagipula tanah-tanah kita adalah tanah Negara. (Pak Burhan)

Masyarakat yang diwawancarai mengungkapkan bahwa sebelum pembangunan kebun kelapa sawit PT Mustika Sembuluh, beberapa sosialisasi oleh perusahaan dijalankan, dan dihadiri hanya oleh kalangan terbatas, yaitu beberapa anggota kelompok saja yang diundang oleh perusahaan untuk belajar mengenai keuntungan perkebunan kelapa sawit. Selain menjelaskan sisi baik proyek perkebunan sawit, perusahaan juga berjanji menyewa masyarakat untuk bekerja dalam perkebunan dan menawarkan mereka kebun plasma. Meskipun begitu, saat itu perusahaan tidak menjelaskan potensi sisi negatifnya, termasuk ancaman pencemaran air.

Perusahaan datang kepada kami dan minta tolong kami untuk membuka kebun kelapa sawit mereka. Mereka minta kami menyerahkan tanah kami dan bergabung dengan pola kebun plasma perusahaan. Saat itu kami senang menerima plasma. Semuanya dibicarakan secara lisan. Kami tidak punya kesepakatan tertulis dengan perusahaan. Kenyataannya, perusahaan tidak pernah datang ke kampung kami sejak 2008. Saat ini, nasib kami terjebak di tengah-tengah dua perusahaan perkebunan kelapa sawit, PT Mustika Sembuluh dan PT Septa Karya Damai. (Pak Jamin)

Menurut beberapa anggota masyarakat, tidak ada pilihan lain yang ditawarkan oleh perusahaan saat pertama kali mereka menghubungi masyarakat dan memberitahu masyarakat niat mereka untuk buka kebun sawit. Beberapa orang masyarakat juga menyampaikan bahwa mereka belum menerima ganti rugi atas tanah yang dulu mereka serahkankepada perusahaan. Beberapa diantara mereka memberitahukan ada paksaan dari pejabat setempat dan ancaman penjara jika mereka menolak menyerahkan tanah mereka. Mereka yang tidak menyerahkan melihat tanah mereka digusur, seringkali digusur tengah malam, tanpa pemberitahuan sebelumnya.

PT Mustika Sembuluh

- 116 -

Ritual Hinting Pali di Pondok Damar

Unjuk rasa yang dilakukan pada 21–23 Juni 2012 diceritakan masyarakat sebagai hinting pali, acara adat Dayak di daerah ini yang diniatkan untuk mendinginkan lahan dalam konflik antara kedua belah pihak dan berusaha mencari penyelesaian atas konflik tersebut secara damai dan saling menguntungkan. Tali rotan dan daun sawang yang digunakan dipercaya mengusir roh jahat yang membawa bencana.

Masyarakat yang berunjuk rasa memamerkan dalam hinting pali di Pondok Damar menyatakan tuntutan masyarakat sebagai berikut:

1) Pencemaran air dari pabrik PT Mustika Sembuluh tanggal 1 Januari 2012 tidak diselesaikan.

2) Tidak ada implementasi kesepakatan yang dibuat antara PT Mustika Sembuluh dan masyarakat Pondok Damar mengenai masalah pencemaran sungai dari air limbah pabrik PT Mustika Sembuluh in 2008.

3) Perampasan lahan dari masyarakat oleh PT Mustika Sembuluh.

Unjuk rasa berakhir dengan berkumpulnya anggota masyarakat, kepala desa, perwakilan perusahaan, polisi dengan pakaian sipil, satu wakil tentara dan camat dari kecamatan Mentaya Hilir Utara (Konsorsium NGO diundang oleh kepala desa untuk hadir). Sebelumnya kerbau telah dikurbankan oleh masyarakat Pondok Damar untuk menenangkan para leluhur dan meminta bantuan mereka untuk menyelesaikan masalah yang mereka hadapi dengan PT Mustika Sembuluh. Masyarakat menuntut agar perusahaan menyediakan beberapa ekor kerbau dan babi untuk persembahan kurban kedua menandai penutupan jalan berakhir dan tindakan sebagai kesepakatan yang mengikat antara perusahaan dan masyarakat untuk menyelesaikan konflik yang terjadi. Tuntutan tersebut diterima perusahaan. Satu kesepakatan tertulis juga ditanda-tangani oleh semua pemangku kepentingan dan perwakilan pemerintah yang hadir dan berjanji akan menyelesaikan konflik tersebut.

Pengunjuk rasa dari Pondok Damar menjelaskan bahwa mereka berunjuk rasa tidak hanya akibat perusahaan tidak ada upaya menyelesaikan pencemaran air dan ganti rugi untuk masyarakat terkena dampak, tetapi melawan tindakan perusahaan yang tidak memberikan mereka informasi mengenai kegiatanperusahaan, dan kurangnya kesempatan kerja yang ditawarkan kepada masyarakat setempat, seperti yang telah dijanjikan.

Kami kurang informasi. Terlalu banyak yang kami tidak tahu. Kami merasa tidak aman, dan banyak pengangguran. Kami tidak diberikan pekerjaan oleh perusahaan. (Mas Udin)

Kami merasa tidak aman disini. Tentara dan BRIMOB sering berkeliaran di perkebunan. (Mas Udin)

Dulu keadaan jauh lebih baik. Satu-satunya hubungan kami yang tidak baik dengan perusahaan. Mereka telah melanggar hukum adat kami. (Mas Rudi)

Kami tidak mengingikan kekerasan. Kami selalu berusaha menyelesaikan masalah dengan cara damai. Tapi apakah saya percaya kesepakatan hari ini akan menyelesaikan konflik kami? Semuanya kelihatan baik-baik saja sekarang, tetapi perusahaan akan kembali melakukan kebiasaan buruk mereka. (Mas Rudi)

PT Mustika Sembuluh

- 117 -

Pemerintah, perusahaan dan perwakilan masyarakat menandatangani kesepakatan untuk menyelesaikan konflik lahan yang sedang terjadi antara Pondok Damar dan PT Mustika Sembuluh,

27.07.12/Carlo Nainggolan Satu anggota masyarakat ikut pola kebun

plasma tetapi masih bingung mengenai ketentuan kesepakatan beliau dengan perusahaan.

Saya punya surat perjanjian dengan perusahaan tetapi sejujurnya saya tidak paham apa isinya. Saya memahaminya dulu saat saya bicarakan dengan perusahaan tetapi tidak jelas apa aturan sebenarnya. Yang saya tahu bahwa saya menerima uang Rp. 100.000 setiap akhir 6 bulan. Apakah ini ganti rugi atau pembayaran sebenarnya? Saya tidak tahu. Bagi saya, itu lebih mirip ganti rugi atas tanah saya yang hilang, bukan pembayaran. (anggota masyarakat)

Beberapa anggota masyarakat anggota plasma tidak punya salinan surat perjanjian atau kesepakatan kemitraan sebab semua disimpan oleh Ketua Koperasi. Beberapa warga masyarakat bersaksi kalau sebenarnya mereka menjadi anggota plasma tidak dengan suka rela:

Dengan plasma paling tidak kami dapat sedikit penghasilan, tapi celakanya, kami hanya dibayar setiap akhir dari 6 bulan sekali. Kami dipaksa menerima bayaran sesuai ketentuan perusahaan. Sosialisasi dilakukan tidak untuk minta pendapat

kami. Sosialisasi hanya memberitahukan kami apa yang akan terjadi pada tanah kami dan negosiasi syarat-syarat keterlibatan kami dalam proyek perusahaan. Kami tidak ditanya apakah kami menerima semua syarat-sayaratnya. Kalau saat itu kami tahu ini akan terjadi, kami tidak akan pernah menerima semua ini. Sekarang, kami hanya mau bakar habis semuanya. (anggota masyarakat)

Rasa kesal yang mendalam juga diungkapkan masalah terbatasnya peluang pekerjaan yang ditawarkan oleh perusahaan kepada warga masyarakat sekitarnya. Hanya 20 orang warga desa Pondok Damar yang diperkerjakan oleh perusahaan, dan bekerja paruh waktu atau karyawan tidak tetap.20 Beberapa anggota masyarakat mengeluh mereka tidak diberikan kesempatan untuk mendapatkan manfaat dari pembangunan perkebunan.

Satu hal yang boleh kami lakukan hanya memungut berondol sawit. Itu hanya cukup beli sedikit makanan. Tidak lebih. Dan kami tidak ada surat perjanjian untuk memungut brondol sawit. (Mas Rudi)

Beberapa anggota masyarakat yang diwawancarai menyampaikan mereka dilibatkan dalam penilaian HCV, dan hanya menemukan adanya HCV setelah papan plang

PT Mustika Sembuluh

- 118 -