• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peraturan mengenai IUP

Oleh Patrick Anderson, Asep Yunan Firdaus, Fatilda Hasibuan, Agustinus Karlo Lumban Raja dan Andiko

A. Peraturan Perundangan untuk Perusahaan Perkebunan Besar

3. Peraturan mengenai IUP

Izin Usaha Perkebunan (IUP) diatur dalam keputusan menteri yang telah beberapa kali mengalami perubahan sesuai konteks saat perubahan dilakukan. Sesuai dengan studi- studi kasus dalam volume ini, maka uraian mengenai IUP dalam analisis hukum ini akan dibatasi hanya untuk periode dari tahun 1991/1992 sampai dengan sekarang.

Berikut adalah uraian ringkas aturan mengenai IUP dari waktu ke waktu.

a. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 229/Kpts/KB.550/4/91 dan Nomor 753/Kpts/KB.550/12/92 tentang

Pengembangan Perkebunan Besar dan Tata Cara Persetujuan Prinsip Usaha Perkebunan

Karena keterbatasan akses terhadap dokumen- dokumen dimaksud, para penulis tidak dapat

memperoleh salinan dari SK Menteri Pertanian Nomor 229/Kpts/KB.550/4/91 dan Nomor 753/Kpts/KB.550/12/92 tentang Pengembangan Perkebunan Besar dan Tata Cara Persetujuan Prinsip Usaha Perkebunan. Oleh karena itu, detil pengaturan-pengaturan IUP ini tidak dapat diuraikan di sini.

b. Keputusan Menteri Pertanian Nomor. 786/Kpts/Kb.120/10/96 tentang Perizinan Usaha Perkebunan

Berdasarkan keputusan ini, dokumen- dokumen yang harus dimiliki oleh perusahaan perkebunan, yaitu:

- Surat pengarahan lahan dari Bupati setempat;

- Rekomendasi/dukungan dari Gubernur c.g Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten setempat berdasarkan hasil prasurvey calon lokasi;

Kerangka Hukum Nasional Indonesia

- 32 - - Persetujuan Prinsip Usaha Budidaya

Perkebunan;

- Keputusan Pemberian Hak Guna Usaha; - Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL)

atau Upaya Pengelolaan Lingkunga (UKL) dan Upaya Pemantuan Lingkungan (UPL); - Studi Kelayakan Usaha Budidaya

Perkebunan untuk izin yang dikeluarkan oleh Menteri Pertanian c.q Direktur Jenderal Perkebunan;

- Dukungan rekomendasidukungan dari Kepala Dinas Perkebunan Provinsi atau Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten, yang dibuat berdasarkan hasil penelitian

lapangan.

c. Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor: 107/Kpts-II/1999 Tentang Perizinan Usaha Perkebunan Berdasarkan keputusan ini, syarat untuk mendapat IUP adalah sebagai berikut:

- Arahan lahan dari Bupati;

- Rekomendasi Pertimbangan Teknis tentang Ketersediaan Lahan dari Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehutanan dan Perkebunan Provinsi setempat;

- Dukungan rekomendasi dari Gubernur ke Kepala Dinas Perkebunan Provinsi setempat;

- Rencana Kerja Usaha Perkebunan; - Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); - Akte Pendirian Perusahaan Perkebunan,

serta akte perubahan yang terakhir; - Peta calon lokasi dengan skala 1:100.000; - Pernyataan pemilikan lahan perusahaan

atau grup bahwa perkebunannya belum melampaui luasan maksimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2).

Setiap perusahaan perkebunan yang telah memperoleh IUP wajib:

- Menyelesaikan hak atas tanah selambat- lambatnya 3 (tiga) tahun terhitung sejak IUP dikeluarkan;

- Melaksanakan pembangunan paling lambat pada tahun keempat terhitung sejak IUP dikeluarkan;

- Mengelola usaha perkebunannya secara profesional, transparan, partisipatif, efektif dan efisien;

- Mengelola sumber daya alam secara lestari; - Melaksanakan AMDAL atau UPKL/UPL;

- Untuk usaha perkebunan skala besar: wajib bermitra dengan koperasi, dan usaha kecil, dan menengah;

- Membuka lahan tanpa bakar; - Membuat proposal dan atau studi

kelayakan;

- Mengajukan permohonan persetujuan apabila akan mengadakan perubahan jenis tanaman atau perluasan operasi;

- Melaporkan perkembangan usaha perkebunannya secara berkala setiap semester.

d. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 357/Kpts/Hk.350/5/2002 Tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan Berdasarkan keputusan ini, syarat untuk mendapat IUP adalah sebagai berikut:

- Akte pendirian dan perubahannya yang terakhir;

- Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); - Surat keterangan domisili;

- Rencana Kerja Usaha Perkebunan;

- Rekomendasi lokasi dari Bdan Pertanahan; - Pertimbangan teknis ketersediaan lahan

dari Dinas Kehutanan;

- Rekomendasi teknis kesesuaian lahan dari Kepala Dinas Perkebunan

Provinsi/Kabupaten/Kota setempat yang didasarkan pada Perencanaan Makro, Zoning Komoditi dan RUTR;

- Pernyataan penguasaan lahan perusahaan atau grup bahwa usaha perkebunannya belum melampaui batas maksimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7; - Pernyataan mengenai pola pengembangan

yang dipilih dan ditandatangani notaris; - Peta calon lokasi dengan skala 1:100.000; - Surat Persetujuan Dokumen AMDAL dari

Komisi AMDAL Daerah.

Perusahaan perkebunan yang telah memperoleh izin usaha perkebunan wajib: - Menyelesaikan hak atas tanah selambat-

lambatnya 2 (dua) tahun sejak diterbitkannya IUP;

- Merealisasikan pembangunan kebun sesuai dengan rencana kerja yang telah disusun dan sesuai dengan perencanaan makro pembangunan perkebunan tingkat nasional dan regional;

Kerangka Hukum Nasional Indonesia

- 33 - - Mengelola usaha perkebunannya secara

profesional, transparan, partisipatif, efektif dan efisien;

- Membuka lahan tanpa bakar dan mengelola sumber daya alam secara lestari.

- Melaporkan kegiatan diversifikasi usaha selain usaha pokoknya (perkebunan), seperti usaha agrowisata, kepada instansi pembina teknis perkebunan dan

memperoleh izin diversifikasi usaha perkebunan dari instansi terkait sesuai ketentuan yang berlaku;

- Menumbuhkan dan memberdayakan masyarakat/koperasi setempat; - Melaporkan perkembangan usaha

perkebunan secara berkala setiap 6 (enam) bulan sekali kepada pemberi izin dengan tembusan kepada Menteri Pertanian, dalam hal ini Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan dan Direktorat Jenderal

Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. e. Peraturan Menteri Pertanian Nomor

26/Permentan/Ot.140/2/2007 Tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan Berdasarkan peraturan ini syarat untuk memperoleh IUP-Budidaya adalah dengan mengajukan permohonan secara tertulis kepada Bupati/Walikota atau Gubernur yang dilengkapi dengan persyaratan sebagai berikut: - Akte pendirian perusahaan dan

perubahannya yang terakhir; - Nomor Pokok Wajib Pajak; - Surat keterangan domisili;

- Rekomendasi kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota dari Bupati/Walikota (untuk IUP-Budidaya yang diterbitkan oleh gubernur);

- Rekomendasi kesesuaian dengan rencana makro pembangunan perkebunan provinsi dari gubernur (untuk IUP-Budidaya yang diterbitkan oleh Bupati/Walikota); - Izin lokasi dari Bupati/Walikota yang

dilengkapi dengan peta calon lokasi dengan skala 1 : 100.000 atau 1 : 50.000;

- Pertimbangan Teknis Ketersediaan Lahan dari instansi Kehutanan (apabila calon lokasi adalah kawasan hutan);

- Rencana Kerja Pembangunan Perkebunan; - Hasil Analisis Dampak Lingkungan Hidup

(AMDAL), atau Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPl) sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku;

- Pernyataan kesanggupan memiliki sarana, prasarana dan sistem untuk melakukan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT);

- Pernyataan kesanggupan memiliki sarana, prasarana dan sistem untuk melakukan pembukaan lahan tanpa pembakaran serta pengendalian kebakaran:

- Pernyataan kesediaan membangun kebun untuk masyarakat sesuai Pasal 11 yang dilengkapi dengan rencana kerjanya; - Pernyataan kesediaan untuk membentuk

kemitraan.

4. Peraturan mengenai Analisis Dampak