• Tidak ada hasil yang ditemukan

191 lokal di dalam konsesi sasaran didata dan

dihubungi melalui kepala desa dan camat.71 Pada 1994–1995 (misalnya tiga tahun setelah PT Rea pertama menemukan wilayah konsesi tetapi sebelum membuka lahan), pembagian informasi (sosialisasi) dalam bentuk pertemuan pemangku kepentingan utama diselenggarakan di Samarinda, dan serangkaian pertemuan tindak lanjut di kecamatan dan tingkat desa, dimana wakil- wakil masyarakat juga diundang. Kira-kira waktu inilah tim desa dibentuk oleh perusahaan, melibatkan perwakilan masyarakat seperti kepala desa dan tokoh adat. Tanggung jawab diberikan kepada tim ini untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat luas. Dengan tim desa, pematokan batas-batas konsesi dan kompensasi lahan dibayar kepada masyarakat. Menurut perwakilan perusahaan, sosialisasi terdiri dari kegiatan memberitahukan masyarakat bahwa PT Rea Kaltim Plantations sedang berencana membuka sebuah perkebunan kelapa sawit di wilayah mereka. Perusahaan juga memberitahukan masyarakat bahwa mereka akan mendapat keuntungan dari kesempatan kerja dengan pembengunan perkebunan kelapa sawit.

Menurut wakil perusahaan, masyarakat paling banyak mendukung proses pembukaan lahan pada saat itu. Penanaman baru dilakukan setelah perusahaan mendapatkan izin lokasi pada tahun 1993-1994 dan masih berlangsung hingga sekarang. Menurut perusahaan, pola PPMD pertama kali dijalankan tahun 1994.72 Departemen khusus dibentuk oleh PT Rea Kaltim, mencakup sosialisasi konsep dan mendata tanah-tanah masyarakat yang ada untuk menjalankan pola ini. PPMD pertama dijalankan di Pulau Pinang dan Long Beleh Modang. Perusahaan menyediakan dukungan manajerial dan teknis dengan membangun koperasi termasuk menyediakan bibit sawit, pupuk dan pestisida, semua biaya ini dibayar oleh anggota masyarakat setelah 5 tahun masa tanam dipotong beberapa persen dari hasil panen buah sawit. Menurut wakil perusahaan, beberapa anggota masyarakat setempat mendekati perusahaan dan menawarkan tanah mereka untuk pola tersebut setelah itu perusahaan menyediakan dukungan material dan perlatihan. Pola manajemen satu atap mulai tahun 2008, sejak saat itu permohonan

baru untuk PPMD tidak lagi diterima.

Awalnya perhatian perusahaan terpusat pada pola PPMD daripada plasma sebab PT Rea Kaltim adalah Penanaman Modal Asing – PMA, tidak mempunyaitanggung jawab hukum untuk menjalankan plasma. Pola plasma dijalankan pertama kali sekitar 2008 di beberapa desa setelah berlakunya Peraturan No.26/PERMENTAN/OT.140/2/2007 tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan.

Sosialisasi plasma dilaporkan berlangsung sejak 2008 di sembilan desa dengan ditanda- tanganinya kontrak oleh orang perorangan warga desa dan disimpan oleh koperasi. Pinjaman dari bank dikelola oleh koperasi, dan anggota-anggota koperasi dipilih oleh desa. Perusahaan juga membentuk Departemen Plasma dengan posisi Kepala Plasma yang semuanya adalah karyawan perusahaan. Wakil perusahaan mengakui bahwa sedikit sekali jumlah plasma yang telah dipenuhi hingga saat ini, dan mereka sedang dalam proses mencari lahan untuk membuka sisa lahan untuk plasma. Kontrak untuk tambahan lahan hampir siap selesai dengan tetangga konsesi REA Holdings PLC dengan PT KKS (Kartanegara Kumala Sakti), akan diberikan plasma untuk masyarakat lokal dalam PT Rea Kaltim Plantations.

Dokumen dan catatan pertemuan antara masyarakat dan perusahaan diberikan kepada tim desa yang bertanggung jawab menyediakan dokumen-dokumen tersebut kepada anggota masyarakat jika mereka meminta. Sementara pertemuan-pertemuan dengan anggota masyarakat hanya terjadi ketika terjadi masalah (tidak menjadi prosedur rutin), perusahaan memastikan bahwa sebisa mungkin wakil pihak ketiga hadir (termasuk NGO lokal seperti Laskar, Komando dan GMP). Perusahaan juga sebisa mungkin berusaha langsung menyelesaikan masalah melalui negosiasi dan dialog, mengupayakan proses hukum sebagai upaya terakhir sebab mereka tahu masyarakat berada dalam posisi tawar yang lemah dan apalagi hasil yang menyenangkan semua pihak juga tidak mungkin dicapai.

Kami memilih negosiasi dan mediasi untuk penyelesaian konflik. Kami

PT REA Kaltim Plantations

- 192 -

mau menyelesaikan masalah secara damai. (Pak Murali)

Perusahaan PT Rea Kaltim Plantations menyewa pengamanan swasta untuk menjaga keamanan wilayah konsesi dan karyawan perusahaan, dan pasukan organik polisi BRIMOB masuk dalam konsesi perusahaan ketika ada aksi pembangkangan atau protes dan demonstrasi oleh masyarakat, meskipun dilaporkan bahwa perusahaan tidak pernah menghadapi masalah serius di lapangan, dan tidak ada konflik yang parah terjadi dengan masyarakat lokal. Mekanisme resolusi konflik juga telah dikembangkan dan disosialisasikan kepada tim-tim desa.

Perusahaan sudah melakukan dua kajian AMDAL (1995 dan 2000) dan satu penilaian HCV yang dilaksanakan oleh perusahaan konsultan Tropenbos. Wilayah konservasi di dalam konsesi perusahaan dikelola oleh satu tim spesialis dalam tiga divisi Divisi Keanekaragaman Hayati, Divisi Jasa Ekosistem dan Divisi Pembangunan Masyarakat. Anggota masyarakat setempat diberi ganti rugi atas lahan yang sekarang berada di dalam wilayah konservasi tetapi ada beberapa kawasan di dalam areal konservasi dimana ganti rugi lahan belum selesai. Sosialisasi AMDAL dilakukan tahun 1992 dan AMDAL yang digunakan saat ini adalah versi 13 Juni 2011. Dokumen AMDAL tersebut terdiri dari rencana kerja lingkungan – RKL, dan rencana pengelolaan lingkungan – RPL. Perusahaan sepenuhnya mendukung departemen konservasi (REA KON) yang terdiri dari 8 anggota tetap dari karyawan perusahaan dan berpengalaman bekerja untuk organisasi konservasi. Staf Rea Kon juga bekerja secara intensif dengan banyak organisasi seperti LIPI, Universitas Mulawarman (UNMUL) di Samarinda, Singapore Botanical Garden, konsultan internasional dan peneliti-peneliti universitas. Masyarakat lokal boleh masuk ke dalam wilayah konservasi untuk kebutuhan sehari- hari (misalnya mengumpulkan hasil hutan bukan kayu seperti sayur, buah dan ikan) serta ikut dalam pertanian terbatas di areal batas- batas wilayah konservasi, tetapi disarankan oleh perusahaan untuk menjaga dan melindungi kawasan konservasi melalui

sosialisasi dan aktivitas pendidikan.

Jika masyarakat punya kepentingan terhadap kawasan konservasi, kami bersedia membuat enklav bagi mereka, tetapi sampai sekarang kami tidak menerima tuntutan seperti itu.

Faktanya, masyarakat tidak

sepenuhnya tergantung pada kawasan tersebut, hanya sangat sedikit, tidak ada orang yang tinggal di wilayah- wilayah tersebut sebelumnya. (Pak Murali)

PT Rea Kaltim Plantations telah membentuk sebuah program Pembangunan Masyarakat (Community Development), yang dijalankan dan dipantau oleh satu tim anggota tetap yang berada di beberapa desa (Muai, Long Mahli, Long Beleh Haloq, Long Beleh Modang, Pulau Pinang, Perdana, Kembang Jenggut, Kelekat dan Bukit Layang). Menurut wakil perusahaan, program pembangunan masyarakat berjalan dengan sangat baik dan masyarakat merasa mereka dapat mendekati tim dengan permintaan mereka dengan mudah. Program pembangunan masyarakat termasuk pengadaan listrik (gratis di beberapa desa) dan air bersih, membangun sekolah, balai kesehatan dan generator.

Secara keseluruhan, PT Rea Kaltim Plantations menunjukkan sikap pro-aktif dalam menampung dan mendukung kebutuhan dan tuntutan masyarakat lokal melalui proses negosiasi dan dialog, yang didukung tindakan- tindakan nyata untuk mencapai tujuan ini.

Apapun tuntutan mereka, kami akan mencoba menjadi pelayan untuk masyarakat. (Mbak Adriana)

Konsorsium NGO mendata beberapa masalah di lapangan berhubungan dengan kompensasi dan plasma yang belum diselesaikan, tapi tidak ada yang bisa dinamakan 'konflik'. Banyak upaya perusahaan untuk membentuk tim-tim perantara (misalnya tim desa dan tim plasma) di tingkat desa serta di dalam organisasi perusahaan (misalnya Departemen Plasma, Program Pembangunan Masyarakat). Hal ini merupakan tanda sikap terbuka dan mau berusaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat lokal.

PT REA Kaltim Plantations

- 193 -