• Tidak ada hasil yang ditemukan

BEBERAPA SASARAN PEMBANGUNAN DALAM FUNGSI EKONOMI

APBN JANGKA MENENGAH

BEBERAPA SASARAN PEMBANGUNAN DALAM FUNGSI EKONOMI

Sasaran Rasio biaya logistik nasional terhadap PDB (%) Rata-rata dwelling time (hari)

4-9

Nota Keuangan dan APBNP 2015

Sasaran yang ingin dicapai dari fungsi perumahan dan fasilitas umum pada tahun 2015 antara lain: (1) meningkatnya fasilitasi penyediaan baru hunian layak huni untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR); (2) terbangunnya Rusunawa untuk MBR; dan (3) meningkatnya fasilitasi peningkatan kualitas hunian.

Anggaran Fungsi Kesehatan

Alokasi anggaran belanja pemerintah pusat pada fungsi kesehatan dalam APBNP tahun 2015 sebesar Rp24.208,5 miliar yang berarti lebih tinggi Rp3.095,3 miliar atau 14,7 persen dari alokasinya dalam APBN tahun 2015 sebesar Rp21.113,2 miliar. Lebih tingginya alokasi anggaran pada fungsi kesehatan tersebut terutama disebabkan oleh pemenuhan sarana, prasarana dan peralatan RS Rujukan Nasional dan RS Rujukan Regional dalam rangka penguatan supply side

kesehatan untuk mendukung penyelenggaraan SJSN Kesehatan yang optimal.

Selanjutnya, alokasi anggaran pada fungsi kesehatan tersebut tetap diupayakan untuk pencapaian sasaran yang diharapkan, yaitu: (1) meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan ibu, anak dan reproduksi; (2) meningkatnya kualitas penanganan masalah gizi masyarakat; (3) meningkatnya efektivitas pengawasan obat dan makanan dalam rangka keamanan, mutu dan manfaat/khasiat obat dan makanan; (4) meningkatnya penyehatan dan pengawasan kualitas lingkungan; (5) terselenggaranya pendidikan tinggi dan pertumbuhan mutu SDM kesehatan; dan (6) meningkatnya penduduk yang mendapatkan jaminan kesehatan termasuk kesiapan fasilitas pelayanan kesehatan.

Anggaran Fungsi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Alokasi anggaran belanja pemerintah pusat pada fungsi pariwisata dan ekonomi kreatif dalam APBNP tahun 2015 sebesar Rp3.765,5 miliar yang berarti lebih tinggi sebesar Rp1.839,3 miliar atau 95,5 persen dari alokasinya dalam APBN tahun 2015 sebesar Rp1.926,2 miliar. Meningkatnya alokasi anggaran pada fungsi pariwisata dan ekonomi kreatif tersebut sebagai bentuk upaya penguatan program yang menjadi prioritas pemerintah untuk mendorong dan meningkatkan perkembangan pada sektor pariwisata, terutama mendorong pengembangan pemasaran pariwisata melalui peningkatan promosi pariwisata Indonesia di dalam dan luar negeri, pengembangan pasar dan informasi pariwisata, dan peningkatan pencitraan pariwisata. Selanjutnya, alokasi anggaran pada fungsi pariwisata dan ekonomi kreatif tersebut tetap diupayakan untuk pencapaian sasaran yang diharapkan, yaitu: (1) meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap kualitas dan kuantitas tenaga kerja nasional; (2) meningkatnya investasi di sektor pariwisata; (3) meningkatnya devisa dan pengeluaran wisatawan di Indonesia; (4) meningkatnya kuantitas wisatawan mancanegara ke Indonesia; (5) meningkatnya unit usaha sektor ekonomi kreatif terhadap unit usaha; (6) meningkatnya kualitas dan kuantitas pendidikan tinggi pariwisata; (7) meningkatnya profesionalisme pelaku sektor pariwisata dan ekonomi kreatif; serta (8) meningkatnya kualitas konten dan jejaring pelaku di sektor ekonomi kreatif. Anggaran Fungsi Agama

Alokasi anggaran belanja pemerintah pusat pada fungsi agama dalam APBNP tahun 2015 sebesar Rp6.920,5 miliar yang berarti lebih tinggi Rp1.630,9 miliar atau 30,8 persen dari alokasinya dalam APBN tahun 2015 sebesar Rp5.289,6 miliar. Lebih tingginya alokasi anggaran dalam fungsi agama terutama disebabkan adanya penguatan di Program Bimbingan Masyarakat Islam.

Sasaran yang diharapkan dapat tercapai dalam tahun 2015 melalui alokasi anggaran pada fungsi agama diantaranya yaitu: (1) meningkatnya kualitas pemahaman dan pengamalan ajaran agama pada masyarakat; (2) terwujudnya kehidupan sosial yang harmonis, rukun dan damai di kalangan umat beragama; (3) meningkatnya pelayanan kehidupan beragama; (4) meningkatnya kualitas dan profesionalisme pelayanan ibadah haji yang ditandai dengan pelaksanaan ibadah haji yang tertib dan lancar; dan (5) meningkatnya kualitas tata kelola pembangunan bidang agama.

Anggaran Fungsi Pendidikan

Alokasi anggaran belanja pemerintah pusat pada fungsi pendidikan dalam APBNP tahun 2015 sebesar Rp156.186,9 miliar yang berarti lebih tinggi sebesar Rp9.794,1 miliar atau 6,7 persen dari alokasinya dalam APBN tahun 2015 sebesar Rp146.392,8 miliar. Meningkatnya alokasi anggaran pada fungsi pendidikan tersebut sebagai upaya pemenuhan kewajiban dasar yang harus disediakan Pemerintah, yaitu pemenuhan akan hak warga negara untuk mendapatkan akses pendidikan melalui perluasan cakupan KIP dengan menambah sebanyak 10,5 juta siswa yang dilaksanakan melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian Agama. Namun demikian, alokasi anggaran pada fungsi pendidikan tersebut tetap diupayakan untuk pencapaian sasaran yang diharapkan, yaitu: (1) meningkatnya taraf pendidikan penduduk; (2) meningkatnya rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas; (3) meningkatnya angka melek aksara penduduk pada kelompok usia 15 tahun ke atas; (4) meningkatnya angka partisipasi murni (APM) SD/MI dan APM SMP/MTs; (5) meningkatnya angka partisipasi kasar (APK) SMA/SMK/MA/Paket C dan APK PT (usia 19-23 tahun); (6) meningkatnya kualitas dan relevansi pendidikan; dan (7) meningkatnya kualiikasi dan kompetensi guru, dosen, dan tenaga kependidikan.

Anggaran Fungsi Perlindungan Sosial

Alokasi anggaran belanja pemerintah pusat pada fungsi perlindungan sosial dalam APBNP tahun 2015 sebesar Rp22.615,8 miliar yang berarti lebih tinggi Rp14.296,3 miliar atau 171,8 persen dari alokasinya dalam APBN tahun 2015 sebesar Rp8.319,5 miliar. Lebih tingginya alokasi anggaran pada fungsi perlindungan sosial tersebut terutama terkait dengan kebijakan pemerintah dalam rangka penguatan program perlindungan sosial secara komprehensif dan percepatan penanggulangan kemiskinan untuk mengurangi kesenjangan antarkelompok pendapatan, melalui: (1) pelaksanaan program simpanan keluarga sejahtera (PSKS) melalui kartu keluarga sejahtera (KKS) yang menyasar rumah tangga sasaran (RTS) termasuk untuk penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS); (2) bantuan stimulan untuk pengembangan usaha ekonomi produktif; dan (3) pelaksanaan program keluarga harapan (PKH) dengan sasaran keluarga sangat miskin (KSM).

Selanjutnya, alokasi anggaran pada fungsi perlindungan sosial tersebut tetap diupayakan untuk pencapaian sasaran yang diharapkan, yaitu: (1) tersusunnya kebijakan pelaksanaan pengarusutamaan gender (PUG) bidang ketenagakerjaan, terutama peran perempuan dalam bidang pembangunan; (2) terlaksananya fasilitasi penerapan PUG di bidang pendidikan, kesehatan, politik dan pengambilan keputusan, penerapan kebijakan pelaksanaan PUG dan perlindungan bagi perempuan terhadap berbagai tindak kekerasan, serta kebijakan perlindungan korban perdagangan orang; (3) tercapainya efektivitas kelembagaan perlindungan anak dari berbagai tindak kekerasan melalui penyusunan dan harmonisasi perundang-undangan dan kebijakan; (4) meningkatnya kesejahteraan individu, rumah tangga, dan komunitas terutama

4-11

Nota Keuangan dan APBNP 2015

yang termasuk dalam penduduk miskin dan rentan; dan (5) meningkatnya konsolidasi program-program penanggulangan kemiskinan.

4.2.2 Perubahan Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Menurut

Organisasi

Anggaran belanja pemerintah pusat secara umum dikelompokkan dalam dua bagian: (1) anggaran yang dialokasikan melalui belanja K/L (BA K/L) dengan Menteri/Pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran (Chief Operational Oficer); dan (2) anggaran yang dialokasikan melalui belanja non K/L atau bagian anggaran Bendahara Umum Negara (BA BUN) yang dialokasikan melalui Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (Chief Financial Oficer).

Dalam rangka penyesuaian APBN dengan perkembangan dan/atau perubahan pokok-pokok kebijakan iskal yang mengakibatkan harus dilakukannya perubahan/pergeseran anggaran antarunit organisasi dan antarprogram, Pemerintah menyampaikan perubahan belanja menurut organisasi agar belanja pemerintah pusat tetap dapat berjalan dengan baik dan akuntabel sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perubahan dilakukan, baik terhadap anggaran yang dialokasikan melalui K/L selaku pengguna anggaran maupun anggaran yang dialokasikan melalui Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara.

Dari anggaran belanja pemerintah pusat dalam APBNP tahun 2015 sebesar Rp1.319.549,0 miliar, anggaran yang dialokasikan melalui K/L mencapai 60,3 persen atau Rp795.480,4 miliar, sementara 39,7 persen lainnya atau sebesar Rp524.068,6 miliar dialokasikan melalui BA BUN (belanja non-K/L). Penjelasan lebih lanjut atas alokasi melalui BA K/L dan BA BUN dapat dilihat pada Tabel 4.1.

4.2.2.1 Perubahan Bagian Anggaran Belanja K/L

Anggaran belanja K/L yang disusun dalam APBN tahun 2015 bersifat baseline, dalam arti hanya memperhitungkan kebutuhan pokok penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat, dengan tingkat output (service delivery) yang sama dengan tahun anggaran 2014, serta menampung anggaran untuk program/kegiatan/output prioritas nasional yang bersifat

baseline. Sejalan dengan telah terbentuknya Pemerintahan baru periode 2014-2019 pada bulan

Oktober 2014, maka Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 telah disusun kembali untuk menyesuaikan dan mengakomodir visi dan misi Presiden periode 2014-2019, dengan tetap memperhatikan tahapan pencapaian sasaran-sasaran dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025. Penyesuaian tersebut, secara langsung akan berdampak terhadap besaran belanja Pemerintah, termasuk di dalamnya belanja yang dialokasikan melalui K/L, sehingga perlu diajukan perubahan atas APBN tahun 2015 kepada DPR untuk dapat dibahas bersama dan disetujui.

Secara umum, perubahan belanja K/L dalam APBNP tahun 2015 disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: (1) perubahan struktur K/L yang menyebabkan adanya K/L baru dan perubahan nomenklatur beberapa K/L; (2) tambahan anggaran untuk kegiatan prioritas pada beberapa K/L dalam pencapaian visi dan misi Presiden; (3) perubahan sumber dana untuk beberapa program yang dilaksanakan K/L; dan (4) realokasi dari BA BUN ke BA K/L. Penjelasan umum atas perubahan-perubahan tersebut akan diuraikan berikut ini.

Beberapa saat setelah dilantik, Presiden mengumumkan Kabinet Kerja periode 2014-2019, dengan struktur kementerian yang berbeda dengan struktur kabinet sebelumnya. Terdapat pembentukan satu kementerian baru, dan perubahan nomenklatur atas beberapa kementerian sebagai akibat penggabungan dan/atau pemisahan organisasi, dengan harapan agar lebih mendukung pencapaian visi-misi Presiden. Perubahan tersebut membawa konsekuensi perubahan/pergeseran anggaran antarbagian anggaran dan antarprogram. Penjelasan rinci mengenai perubahan nomenklatur K/L diuraikan lebih lanjut dalam Boks 4.1.

BOKS 4.1