• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan Kebijakan dan Anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa APBNP Tahun 2015dan Dana Desa APBNP Tahun 2015

APBN JANGKA MENENGAH

PERUBAHAN NOMENKLATUR DALAM KABINET KERJA

4.3. Perubahan Kebijakan dan Anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa APBNP Tahun 2015dan Dana Desa APBNP Tahun 2015

Seiring dengan perubahan asumsi dasar ekonomi makro yang digunakan dalam penyusunan APBN tahun 2015 dan bergantinya pemerintahan dari pemerintah lama (Kabinet Indonesia Bersatu II) menjadi pemerintah baru (Kabinet Kerja), perlu dilakukan penyesuaian kebijakan Transfer ke Daerah dan Dana Desa serta alokasi anggarannya dalam APBN tahun 2015. Penyesuaian tersebut mencakup Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Tambahan Otonomi Khusus Infrastruktur Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat, serta Dana Desa.

Struktur anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa dalam APBNP tahun 2014 dan perubahannya dari APBN ke APBNP tahun 2015 dapat disajikan dalam Tabel 4.18.

4.3.1 Perubahan Kebijakan dan Anggaran Dana Bagi Hasil

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, DBH dialokasikan berdasarkan persentase tertentu dari penerimaan APBN yang dibagihasilkan. Dalam APBN tahun 2015, DBH dialokasikan sebesar Rp127.692,5 miliar. Seiring dengan perkembangan asumsi dasar ekonomi makro yang terjadi, alokasi DBH dalam APBNP tahun 2015 diproyeksikan mengalami perubahan. Beberapa komponen DBH yang mengalami penurunan dalam APBNP tahun 2015 adalah: (1) DBH PPh Pasal 25/29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri; (2) DBH SDA Minyak Bumi; dan (3) DBH SDA Gas Bumi. Di sisi lain, beberapa komponen DBH dalam APBNP tahun 2015 mengalami peningkatan, diantaranya adalah: (1) DBH PPh Pasal 21; (2) DBH Cukai Hasil Tembakau; dan (3) DBH SDA Pertambangan Mineral dan Batu Bara. Secara agregat, DBH dalam APBNP tahun 2015 lebih rendah sebesar Rp17.640,5 miliar jika dibandingkan dengan pagunya dalam APBN tahun 2015. Dengan demikian, secara keseluruhan, alokasi DBH dalam APBNP tahun 2015 direncanakan sebesar Rp110.052,0 miliar.

4-33

Nota Keuangan dan APBNP 2015

4.3.2 Perubahan Kebijakan dan Anggaran Dana Alokasi Khusus

Untuk membantu daerah tertentu dalam mendanai penyediaan sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat dalam rangka percepatan pembangunan di daerah dan pencapaian prioritas nasional, dalam APBN tahun 2015 telah dialokasikan Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp35.820,7 miliar yang terdiri dari DAK regular sebesar Rp33.000,0 miliar untuk daerah yang memenuhi kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis, serta DAK Tambahan sebesar Rp2.820,7 miliar untuk afirmative policy bagi daerah tertinggal dan/atau daerah perbatasan dengan negara lain yang mempunyai kemampuan keuangan relatif rendah. Alokasi DAK dalam APBNP tahun 2015 direncanakan sebesar Rp58.820,7 miliar, atau meningkat sebesar Rp23.000,0 miliar dari APBN 2015. Peningkatan ini disebabkan oleh adanya penambahan alokasi DAK dengan tujuan untuk:

1. Untuk mengakomodasi program/kegiatan untuk peningkatan kedaulatan pangan, revitalisasi pasar tradisional, peningkatan konektivitas antawilayah, dan peningkatan kualitas layanan kesehatan yang sangat diperlukan untuk mendukung percepatan pembangunan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Untuk mendukung program prioritas tersebut dialokasikan Dana Alokasi Khusus (DAK) Tambahan Pendukung Program Prioritas Kabinet Kerja (P3K2) TA 2015;

2. Untuk mengakomodasi usulan pemerintah daerah yang disetujui oleh DPR RI.

Dengan demikian, secara keseluruhan alokasi DAK tahun 2015 dapat dilihat dalam Tabel 4.19.

2014

Nominal %

Transfer ke Derah 573.702,9 637.975,1 643.834,5 5.859,5 0,9

I. Dana Perimbangan 477.052,7 516.401,0 521.760,5 5.359,5 1,0

A. Dana Bagi Hasil 103.938,9 127.692,5 110.052,0 (17.640,5) (13,8)

1. Pajak 41.937,6 50.568,7 54.216,6 3.647,9 7,2 2. Sumber Daya Alam 62.001,3 77.123,8 55.835,4 (21.288,5) (27,6)

B. Dana Alokasi Umum 341.219,3 352.887,8 352.887,8 -

-C. Dana Alokasi Khusus 31.894,5 35.820,7 58.820,7 23.000,0 64,2

II. Dana Otonomi Khusus 16.148,8 16.615,5 17.115,5 500,0 3,0

A.Dana Otsus 13.648,8 14.115,5 14.115,5 - -1. Dana Otsus Prov. Papua dan Prov. Papua Barat 6.824,4 7.057,8 7.057,8 - -2. Dana Otsus Provinsi Aceh 6.824,4 7.057,8 7.057,8 - -B.Dana Tambahan Otsus Infrastruktur 2.500,0 2.500,0 3.000,0 500,0 20,0 1. Provinsi Papua 2.000,0 2.000,0 2.250,0 250,0 12,5 2. Provinsi Papua Barat 500,0 500,0 750,0 250,0 50,0

III. Dana Keistimewaan D.I. Yogyakarta 419,1 547,5 547,5 - -IV. Dana Transfer Lainnya 80.082,3 104.411,1 104.411,1 - -Dana Desa - 9.066,2 20.766,2 11.700,0 129,1

573.702,9

647.041,3 664.600,7 17.559,5 2,7 Sumber: Kementerian Keuangan

J U M L A H

TABEL 4.18

TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA, 2014-2015 (Miliar Rupiah)

URAIAN

2015

LKPP

Unaudited APBN APBNP

Lingkup kegiatan setiap bidang DAK Tambahan Pendukung Program Prioritas Kabinet Kerja tersebut adalah sebagai berikut.

1. DAK Bidang Infrastruktur Irigasi untuk mendukung pencapaian peningkatan jaringan irigasi primer dan sekunder yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah untuk mendukung program ketahanan pangan: Irigasi Permukaan, Irigasi Rawa, Irigasi Air Tanah, Irigasi Pompa, dan Irigasi Tambak berikut bangunan pelengkapnya serta pembangunan baru secara selektif yang menjadi wewenang provinsi dan kabupaten/kota untuk mendukung program ketahanan pangan.

2. DAK Bidang Pertanian Subbidang Irigasi untuk Pengentasan saluran lrigasi Tersier diwilayah Kabupaten/Kota sampai dengan 700.000 hektar beserta sarana pendukungnya untuk mendukung program ketahanan pangan, yang meliputi; (1) Kegiatan Rehabilitasi Jaringan lrigasi Tersier; (2) Pengembangan Jaringan lrigasi Tersier; (3) Pengembangan Sumber Air Tanah yang meliputi: air tanah dangkal, air permukaan, embung, dan dam parit; dan (4) Pembangunan/Rehabilitasi Jalan Usaha Tani.

3. DAK Bidang Transportasi Subbidang Jalan untuk peningkatan konektivitas dan aksesibilitas masyarakat pada daerah perbatasan dan daerah tertinggal serta untuk mengurangi kesenjangan antarilayah terutama antara wilayah barat dan wilayah timur lndonesia, yang meliputi pembangunan/peningkatan/rehabilitasi atau pemeliharaan jalan dan jembatan yang merupakan kewenangan Pemerintah Daerah.

4. DAK Bidang Sarana Perdagangan Subbidang Pembangunan dan Pengembangan Sarana Distribusi Perdagangan untuk pemenuhan target pembangunan/revitalisasi 1.000 Pasar Rakyat pada tahun 2015.

5. DAK Bidang Kesehatan Subbidang Pelayanan Rujukan untuk pemenuhan standar pelayanan sarana dan prasarana yang bertujuan untuk memenuhi kualitas pelayanan kesehatan lbu dan Anak di RS serta untuk menurunkan angka kematian lbu, Bayi dan Neonatus yang diharapkan diselesaikan secara komprehensif di RS Rujukan tersebut, yang meliputi;

2014

APBNP APBN APBNP

I. DAK 30.200,0 33.000,0 33.000,0 II. DAK Tambahan 2.800,0 2.820,7 25.820,7

a. DAK Afirmasi kepada Kabupaten/Kota 2.800,0 2.820,7 2.820,7 b. DAK Pendukung Program Prioritas Kabinet Kerja - - 23.000,0

- Infrastruktur Irigasi - - 3.126,6

- Pertanian Subbidang Irigasi - - 4.000,0 - Transportasi, Subbidang Jalan - - 12.153,9

- - - 892,4

- - - 2.827,1

33.000,0

35.820,7 58.820,7 Sumber: Kementerian Keuangan

Kesehatan, Subbidang Pelayanan Kesehatan

Rujukan

J U M L A H

TABEL 4.19

DANA ALOKASI KHUSUS, 2014-2015 (Miliar Rupiah)

URAIAN 2015

Sarana Perdagangan, Subbidang Pembangunan dan Pengembangan Sarana Distribusi Perdagangan

4-35

Nota Keuangan dan APBNP 2015

(i) Rumah Sakit Mampu Pelayanan Obstretri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK); (ii) InstalasiGawat Darurat (lGD) RS termasuk ambulans SPGTD, Laboratorium Kimia dan Elektrolit, Hematologi dan Gas Darah; (iii) Intensive Care Unit (ICU) RS; (iv) Unit Transfusi Darah (UTD) di RS; (v) Bank Darah Rumah Sakit I BDRS; (vi) tempat tidur kelas III. Penentuan daerah penerima DAK Tambahan Pendukung Program Prioritas Kabinet Kerja dilakukan berdasarkan kriteria tertentu yang ditentukan oleh kementerian teknis terkait yang mencerminkan prioritas kebutuhan sarana dan prasarana pada masing-masing bidang DAK Tambahan Pendukung Program Prioritas Kabinet Kerja. Sementara itu, penentuan besaran alokasi per daerah penerima DAK Tambahan Pendukung Program Prioritas Kabinet Kerja dilakukan berdasarkan kriteria umum (indeks fiskal neto/IFN), kriteria khusus (indeks kewilayahan/IKW), dan kriteria teknis (indeks teknis/IT).

Program/kegiatan yang didanai dari DAK Tambahan Pendukung Program Prioritas Kabinet Kerja dilaksanakan berdasarkan petunjuk teknis yang disusun oleh kementerian teknis terkait. Petunjuk teknis tersebut difokuskan pada program/kegiatan yang menjadi prioritas Pemerintah pada bidang yang bersangkutan. DAK Tambahan P3K2 dan usulan daerah yang disetujui oleh DPR RI dapat digunakan untuk belanja penunjang pelaksanaan kegiatan DAK Tambahan yang bersifat nonisik, yaitu perencanaan dan pengendalian dengan besaran 3 persen s.d 5 persen dari total alokasi DAK Tambahan untuk masing-masing bidang. Hal ini selanjutnya dituangkan dalam Peraturan Presiden yang mengatur mengenai rincian APBNP 2015 dan selanjutnya diatur secara lebih rinci dalam petunjuk teknis pelaksanaan DAK Tambahan. Sementara itu, Pemerintah Daerah penerima DAK Tambahan Pendukung Program Prioritas Kabinet Kerja dan DAK usulan daerah yang disetujui oleh DPR RI diwajibkan menyediakan dana pendamping dalam APBD tahun 2015 sebesar 0% (nol persen).

4.3.3 Perubahan Kebijakan dan Anggaran Dana Otonomi Khusus

Dalam rangka mendukung pelaksanaan otonomi khusus di Provinsi Aceh, Provinsi Papua, dan Provinsi Papua Barat, maka berdasarkan Undang-undang Nomor 35 Tahun 2008 tentang Penetapan Perpu Nomor 1 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua menjadi undang dan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh dialokasikan dana otonomi khusus. Alokasi dana otonomi khusus bagi Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat besarannya setara dengan 2,0 persen dari pagu DAU nasional. Pembagian dana otonomi khusus tersebut sebesar 70,0 persen untuk Provinsi Papua dan sebesar 30,0 persen untuk Provinsi Papua Barat yang ditujukan untuk pendanaan di bidang pendidikan dan kesehatan. Selain itu, untuk pendanaan pembangunan infrastruktur, dialokasikan juga dana tambahan dalam rangka otonomi khusus yang besarannya disepakati antara Pemerintah dan DPR yang disesuaikan dengan kemampuan keuangan negara. Sementara itu, dana otonomi khusus bagi Provinsi Aceh besarnya juga setara dengan dua persen dari pagu DAU nasional yang penggunaannya ditujukan untuk mendanai pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur, pemberdayaan ekonomi rakyat, pengentasan kemiskinan, serta pendanaan pendidikan, sosial, dan kesehatan.

Dalam APBNP tahun 2015 dana otonomi khusus akan dialokasikan sebesar Rp17.115,5 miliar, yang berarti naik Rp500,0 miliar atau 3,0 persen dari pagunya dalam APBN tahun 2015 sebesar Rp16.615,5 miliar. Kenaikan alokasi dana otonomi khusus tersebut disebabkan adanya kenaikan dana tambahan infrastruktur dalam rangka otonomi khusus untuk Provinsi Papua dan Provinsi

Papua Barat, masing-masing sebesar Rp250,0 miliar, sehingga pada APBNP 2015 alokasi dana tambahan infrastruktur untuk Provinsi Papua Rp2.250,0 miliar dan Provinsi Papua Barat Rp750,0 miliar.

4.3.4 Perubahan Kebijakan dan Anggaran Dana Desa

Dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, khususnya untuk mendukung sumber pendapatan desa guna mendanai urusan yang menjadi kewenangan desa yang meliputi penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat, dalam APBN tahun 2015 telah dialokasikan Dana Desa sebesar Rp9.066,2 miliar. Sejalan dengan visi Pemerintah untuk Membangun Indonesia dari Pinggiran dalam kerangka NKRI, perlu dialokasikan dana yang lebih besar untuk memperkuat pembangunan daerah dan desa. Untuk itu dalam APBNP tahun 2015, dianggarkan tambahan alokasi Dana Desa sebesar Rp11.700,0 miliar. Dengan tambahan anggaran tersebut, jumlah Dana Desa yang bersumber dari APBN mencapai Rp20.766,2 miliar. Sesuai ketentuan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014, Dana Desa tersebut akan dialokasikan melalui mekanisme transfer kepada kabupaten/kota. Berdasarkan alokasi Dana Desa per kabupaten/kota tersebut, bupati/walikota mengalokasikan Dana Desa ke setiap desa berdasarkan jumlah desa dengan memperhatikan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat kesulitan geograis dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan pemerataan pembangunan desa. Mengingat jumlah desa di setiap kabupaten/kota relatif berbeda, maka untuk menghindari perbedaan yang relatif besar dalam alokasi Dana Desa ke setiap desa di masing-masing kabupaten/kota, pengalokasian Dana Desa perlu dilakukan dengan menggunakan alokasi yang dibagi secara merata dan alokasi yang dibagi berdasarkan jumlah penduduk, luas wilayah, angka kemiskinan, dan tingkat kesulitan geograis.

BOKS 4.2