• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN TAX RATIO , 2016-2018

JANGKA MENENGAH

PERKEMBANGAN TAX RATIO , 2016-2018

CPO dunia, terutama dari negara Tiongkok, India, dan Uni Eropa; (b) luktuasi harga CPO di pasar internasional; (c) kebijakan hilirisasi industri sawit yang turut memengaruhi pergeseran komposisi turunan CPO yang semakin membesar; dan (d) kebijakan hilirisasi mineral (dalam jangka panjang semakin diolah semakin sedikit terkena tarif bea keluar). Proyeksi pendapatan perpajakan dalam jangka menengah disajikan pada Graik 3.11.

Pendapatan Negara Bukan Pajak Jangka Menengah

Dalam jangka menengah, PNBP masih didominasi oleh pendapatan dari pengelolaan sumber daya alam, terutama dari migas. Oleh karena itu, perkembangan asumsi dasar ekonomi makro seperti ICP, lifting migas, serta nilai tukar rupiah akan berpengaruh terhadap proyeksi PNBP jangka menengah. Berdasarkan kondisi terkini, PNBP diproyeksikan mengalami penurunan dalam jangka menengah. Penurunan PNBP jangka menengah tersebut lebih didorong oleh penurunan pendapatan SDA akibat adanya tren penurunan lifting minyak bumi serta perkiraan penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dalam jangka menengah. Walaupun ICP dan nilai tukar diproyeksikan stabil dalam periode tersebut, lifting minyak diproyeksikan menurun dari sekitar 830 MBOPD di tahun 2016 menjadi sekitar 700 MBOPD di tahun 2018. Dalam jangka menengah, asumsi dasar ekonomi makro yang memengaruhi pendapatan SDA migas, masing-masing diproyeksikan mengalami perkembangan yang beragam. Untuk harga minyak ICP dalam jangka menengah volatilitasnya diproyeksikan akan stabil dan berada pada level dibawah USD100 per barel. Sementara itu, lifting minyak bumi dalam jangka menengah diproyeksikan mengalami tren yang terus menurun, tetapi untuk lifting gas bumi diproyeksikan akan meningkat seiring dengan upaya kebijakan bauran energi nasional. Untuk nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat diproyeksikan akan mengalami apresiasi pada level sekitar Rp12.000 per dolar Amerika Serikat. Kondisi tersebut menyebabkan proyeksi pendapatan SDA migas dalam tahun 2016―2018 memiliki tren menurun.

Sementara itu, pendapatan SDA nonmigas yang terdiri atas pertambangan mineral dan batubara, kehutanan, perikanan, dan panas bumi diproyeksikan akan meningkat, dengan tingkat pertumbuhan rata-rata sebesar 3,9 persen per tahun. Secara umum kebijakan Pemerintah dalam jangka menengah guna mengoptimalkan pendapatan SDA pertambangan mineral dan batubara adalah dengan mengoptimalkan tingkat produksi komoditi mineral dan batubara, melanjutkan renegosiasi kontrak karya (KK) dan perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara (PKP2B) terkait tarif yang berlaku untuk sektor pertambangan batubara, serta mempercepat proses penyelesaian piutang iuran tetap, iuran produksi/royalti dan dana hasil produksi batubara (DHPB) yang belum terselesaikan.

Pendapatan SDA nonmigas lainnya yakni dari kehutanan diproyeksikan mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 1,8 persen per tahun. Untuk dapat mencapai target pendapatan SDA kehutanan, Pemerintah akan menempuh kebijakan-kebijakan yang bersifat jangka panjang seperti meningkatkan pengawasan di sektor kehutanan. Selain itu, Pemerintah juga akan terus melakukan optimasi untuk kawasan hutan tanaman industri (HTI), serta optimasi penggunaan kawasan hutan.

Pendapatan SDA perikanan dalam jangka menengah diproyeksikan mengalami pertumbuhan rata-rata 22,3 persen per tahun. Untuk dapat mencapai target tersebut Pemerintah akan melakukan kebijakan peningkatan tarif PNBP perikanan, peningkatan pengawasan kegiatan penangkapan ikan, peningkatan kemampuan sumber daya manusia, dan perbaikan administrasi pengelolaan PNBP sektor perikanan. Selain itu, Pemerintah juga akan melakukan perbaikan terutama pada metode perhitungan PNBP perikanan.

Nota Keuangan dan APBNP 2015 3-19

Sementara itu, pendapatan panas bumi dalam jangka menengah diproyeksikan mengalami pertumbuhan rata-rata 7,6 persen per tahun. Pemerintah akan tetap melanjutkan kebijakan pemberian fasilitas pajak DTP untuk sektor panas bumi agar dapat terus mendorong investasi dalam pengembangan panas bumi. Selain itu, Pemerintah juga akan meningkatkan pengawasan terhadap kegiatan pengusahaan panas bumi dalam rangka optimasi pendapatan negara dari SDA panas bumi.

Selanjutnya pendapatan bagian laba BUMN dalam jangka menengah diproyeksikan menurun sejalan dengan kebijakan Pemerintah dalam pembangunan infrastruktur dengan meningkatkan peran BUMN sebagai agent of development sehingga penerimaan laba BUMN dalam jangka menengah diproyeksikan turun rata-rata 18,4 persen. Pendapatan bagian laba BUMN tersebut ditempuh melalui peningkatan kinerja BUMN dan menetapkan pay out ratio dividen BUMN sesuai dengan kemampuan keuangan BUMN. Dengan kebijakan tersebut diharapkan BUMN akan memiliki banyak ruang untuk pengembangan usaha sehingga dapat memberikan kontribusi yang lebih besar pada APBN di tahun-tahun mendatang.

Dalam jangka menengah, PNBP lainnya diproyeksikan tumbuh sebesar 1,1 persen. Terkait dengan PNBP yang dipungut oleh K/L, Pemerintah akan terus melakukan kebijakan ekstensiikasi dan intensiikasi PNBP dalam jangka menengah melalui inventarisasi potensi PNBP pada K/L dan perbaikan peraturan perundang-undangan yang ada terkait PNBP, terutama mengenai PP atas tarif pungutan PNBP pada K/L dan revisi UU Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak. Selain itu, dilakukan beberapa upaya diantaranya: (1) melakukan review

atas PP tentang tarif atas jenis PNBP di masing-masing K/L; (2) melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan pemungutan dan pengelolaan PNBP; (3) meningkatkan pelayanan berbasis teknologi informasi dan melengkapi database wajib bayar PNBP; (4) menegakkan hukum terhadap pelanggaran ketentuan pemungutan dan pengelolaan PNBP; (5) meningkatkan sarana prasarana penghasil PNBP dan kualitas SDM pengelola PNBP; dan (6) menerapkan PNBP online (SIMPONI) untuk penyetoran PNBP.

Dalam jangka menengah, pendapatan BLU diproyeksikan tumbuh sebesar 4,0 persen. Pertumbuhan pada pendapatan BLU secara umum lebih diakibatkan oleh peningkatan pendapatan BLU yang berasal dari satker-satker BLU di lingkungan Kementerian Keuangan, Kementerian Komunikasi dan Informatika, serta

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Terkait penyesuaian tarif layanan BLU, selain karena meningkatnya biaya operasional dalam penyediaan layanan, juga dalam rangka meningkatkan kualitas atas layanan yang diberikan. Pemerintah juga a k a n t e r u s m e n y e m p u r n a k a n mekanisme pengelolaan PNBP dan BLU agar semakin akuntabel terhadap pelaksanaan pemungutan dan penyetorannya ke kas negara. Proyeksi PNBP dalam jangka m e n e n g a h d i s a j i k a n d a l a m Graik 3.12. 0,00 50,00 100,00 150,00 200,00 250,00 300,00 350,00 2016 2017 2018 Triliun Rp GRAFIK 3.12

PROYEKSI PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK JANGKA MENENGAH, 2016-2018

Proyeksi Pendapatan Hibah Jangka Menengah

Pendapatan hibah yang dianggarkan dalam APBN adalah berdasarkan komitmen pemberi donor yang telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Pemerintah Indonesia. Oleh karena itu, pendapatan hibah yang dianggarkan dalam APBN adalah pendapatan hibah yang telah direncanakan dan hanya dalam bentuk uang yang akan digunakan untuk membiayai suatu kegiatan yang pencairan dananya melalui KPPN. Berdasarkan laporan sementara dari rencana hibah yang akan

diterima Pemerintah Indonesia d a l a m j a n g k a m e n e n g a h , pendapatan hibah cenderung menurun. Hibah terencana yang telah dilaporkan akan diterima oleh Pemerintah Indonesia dalam periode tersebut merupakan hibah yang berstatus ongoing

atau multiyears yang berkaitan dengan program energi dan l i n g k u n g a n h i d u p s e p e r t i penanganan climate change, pengurangan emisi di perkotaan, pelestarian hutan, dan konservasi energi. Proyeksi pendapatan hibah dalam jangka menengah disajikan dalam Graik 3.13.

0,0 0,5 1,0 1,5 2016 2017 2018 Triliun Rp GRAFIK 3.13

PROYEKSI PENDAPATAN HIBAH JANGKA

MENENGAH, 2016―2018

4-1

Nota Keuangan dan APBNP 2015

BAB 4

PERUBAHAN KEBIJAKAN DAN ANGGARAN