• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembiayaan Utang

PMN untuk mendukung Program Kemandirian Ekonomi Nasional

D. Pembiayaan Investasi dalam rangka Pembentukan BLU Manajemen Aset

5.2.2 Pembiayaan Utang

Dalam APBN tahun 2015, pembiayaan utang ditetapkan sebesar Rp254.856,0 miliar, yang bersumber dari SBN (neto) sebesar Rp277.049,8 miliar, pinjaman luar negeri (neto) sebesar negatif Rp23.815,0 miliar, dan pinjaman dalam negeri (neto) sebesar Rp1.621,2 miliar. Pembiayaan utang dalam APBNP tahun 2015 direncanakan meningkat sebesar Rp24.524,9 miliar atau 9,6 persen sehingga menjadi Rp279.380,9 miliar. Kenaikan tersebut terutama untuk membiayai kebijakan meningkatkan PMN pada BUMN dalam rangka mendukung agenda prioritas (Nawacita). Selain itu, peningkatan pembiayaan utang tersebut untuk menampung perubahan asumsi dasar ekonomi makro, rencana penarikan dan pembayaran pinjaman terkini, kondisi pasar keuangan terkini, serta kebijakan lain yang akan ditempuh. Tambahan pembiayaan utang ini terutama akan dipenuhi melalui penerbitan SBN (neto). Secara keseluruhan, pembiayaan utang yang direncanakan dalam APBNP tahun 2015 menjadi sebagai berikut: (1) SBN (neto) sebesar Rp297.698,4 miliar; (2) pinjaman luar negeri (neto) sebesar negatif Rp20.008,1 miliar; dan (3) pinjaman dalam negeri (neto) sebesar Rp1.690,6 miliar. Rincian pembiayaan utang disajikan pada Tabel 5.45.

Sesuai dengan hasil kesepakatan antara Pemerintah dengan DPR dalam pembahasan APBNP 2015, kebijakan pembiayaan utang di dalam APBNP 2015 adalah sebagai berikut: (1) Pengendalian rasio utang terhadap PDB; (2) Mengutamakan pembiayaan utang yang

2014

Nominal %

I. SBN (Neto) 264.628,9 27 7 .049,8 297 .698,4 20.648,6 7 ,5

II.Pinjaman Luar Negeri (Neto) (16.211,3) (23.815,0) (20.008,1) 3.806,9 (16,0) 1 . Penarikan Pinjaman Luar Negeri (Bruto) 47 .982,0 47 .037 ,1 48.647 ,0 1 .609,9 3,4

a. Pinjaman Program 1 7 .7 7 7 ,0 7 .1 40,0 7 .500,0 360,0 5,0

b. Pinjaman Proy ek 30.205,0 39.897 ,1 41 .1 47 ,0 1 .249,9 3,1 - Pinjaman Proy ek Pemerintah Pusat 28.37 7 ,8 35.57 7 ,7 36.67 5,1 1 .097 ,3 3,1 - Penerimaan Penerusan Pinjaman (SLA) 1 .827 ,2 4.31 9,4 4.47 1 ,9 1 52,6 3,5 2. Penerusan Pinjaman (SLA) (1 .827 ,2) (4.31 9,4) (4.47 1 ,9) (1 52,6) 3,5 3. Pembay aran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri (62.366,1 ) (66.532,8) (64.1 83,2) 2.349,6 (3,5) III.Pinjaman Dalam Negeri (Neto) 939,6 1.621,2 1.690,6 69,4 4,3

1 . Penarikan Pinjaman Dalam Negeri (Bruto) 1 .080,9 2.000,0 2.000,0 -

-2. Pembay aran Cicilan Pokok Pinjaman Dalam Negeri (1 41 ,3) (37 8,8) (309,4) 69,4 (1 8,3) 249.357 ,3 254.856,0 27 9.380,9 24.524,9 9,6 Su m ber : Kem en ter ia n Keu a n g a n

Jumlah

TABEL 5.45

PEMBIAYAAN UTANG TAHUN 2014 DAN 2015

(miliar rupiah)

Jenis Pembiayaan Utang

2015 LKPP

Unaudited APBN APBNP

Nota Keuangan dan APBNP 2015

5-38

bersumber dari dalam negeri dengan mengoptimalkan peran serta masyarakat (inancial inclusion) dan melakukan pendalaman pasar SBN domestik; (3) Mengarahkan pemanfaatan utang untuk kegiatan produktif antara lain melalui penerbitan sukuk yang berbasis proyek; (4) Memanfaatkan pinjaman luar negeri secara selektif, terutama untuk bidang infrastruktur dan energi; (5) Memanfaatkan pinjaman siaga sebagai alternatif sumber pembiayaan dalam hal kondisi pasar keuangan tidak mendukung penerbitan SBN dan/atau terjadi peningkatan deisit; dan (6) Melakukan pengelolaan utang secara aktif dalam kerangka asset liabilities

management (ALM).

5.2.2.1 Surat Berharga Negara (Neto)

Penerbitan SBN (neto) dalam APBNP tahun 2015 direncanakan sebesar Rp297.698,4 miliar atau naik 7,5 persen. Kenaikan ini disebabkan terutama adanya tambahan PMN kepada sejumlah BUMN. Meskipun target penerbitan SBN (neto) mengalami kenaikan, Pemerintah berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dan mempertimbangkan berbagai faktor, diantaranya biaya dan risiko utang, perkembangan kondisi pasar keuangan, kapasitas daya serap pasar SBN, dan kebutuhan kas negara. Perkembangan penerbitan SBN dalam lima tahun terakhir disajikan pada Graik 5.11.

5.2.2.2 Pinjaman Luar Negeri (Neto)

Secara neto, penarikan pinjaman luar negeri dalam APBNP tahun 2015 diperkirakan sebesar negatif Rp20.008,1 miliar atau naik sebesar Rp3.806,9 miliar jika dibandingkan dengan rencana penarikannya dalam APBN tahun 2015. Perubahan besaran pinjaman luar negeri (neto) dipengaruhi oleh penyesuaian rencana penarikan pinjaman proyek, penyesuaian rencana pembayaran cicilan pokok utang luar negeri, dan depresiasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang dolar Amerika Serikat.

Penarikan pinjaman program dalam APBNP tahun 2015 dalam mata uang asal direncanakan masih tetap sama yaitu sebesar USD600,0 juta. Namun, ketika dikonversikan ke dalam rupiah, besaran nilainya naik Rp360,0 miliar atau 5,0 persen jika dibandingkan dengan yang direncanakan dalam APBN tahun 2015. Faktor yang menyebabkan naiknya pinjaman program adalah depresiasi nilai tukar rupiah. Untuk tahun 2015, komitmen pinjaman ini diperoleh dari World Bank dan Asian Development Bank. Perkembangan penarikan pinjaman program 2010-2015 disajikan dalam Graik 5.12.

91,1 119,9 159,7 224,7 264,6 277,0 297,7 0,0 50,0 100,0 150,0 200,0 250,0 300,0 350,0 2010 2011 2012 2013 2014 LKPP Unaudited 2015 APBN 2015 APBNP GRAFIK 5.11

PERKEMBANGAN PENERBITAN SBN (NETO), 2010-2015

(triliun rupiah)

Rencana penarikan pinjaman proyek APBNP tahun 2015 diperkirakan sebesar Rp41.147,0 miliar, mengalami perubahan sebesar Rp1.249,9 miliar (3,1 persen) jika dibandingkan dengan rencana yang ditetapkan dalam APBN tahun 2015. Perubahan rencana penarikan pinjaman proyek tersebut berkaitan dengan penyesuaian rencana penarikan pinjaman proyek Pemerintah Pusat (dilaksanakan oleh K/L dan diterushibahkan kepada Pemda), dan peningkatan pinjaman proyek yang diteruspinjamkan (penerusan pinjaman/subsidiary loan agreement/SLA) kepada Pemda dan/atau BUMN. Peningkatan pinjaman proyek yang dilaksanakan K/L disebabkan antara lain oleh adanya penyesuaian jadwal pelaksanaan proyek yang dibiayai dari pinjaman, pelaksanaan pinjaman pipeline yang diperkirakan akan ditandatangani dan dilaksanakan pada tahun 2015, perluasan scope pelaksanaan proyek, lanjutan alokasi pinjaman yang tidak terserap pada tahun 2014, dan perpanjangan closing date beberapa pinjaman sehingga harus dialokasikan pada tahun 2015. Beberapa K/L yang rencana penarikan pinjaman luar negerinya meningkat adalah Kepolisian Negara Republik Indonesia; Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan; Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi; Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat; Kementerian Kesehatan; dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Rencana penarikan pinjaman yang diterushibahkan kepada Pemda diperkirakan meningkat khususnya penarikan pinjaman untuk proyek Water Resources and Irrigation Sector

Management Program II (WISMP-2), sedangkan rencana penarikan pinjaman untuk proyek

Jakarta Mass Rapid Transit (MRT) tidak mengalami perubahan.

Penyesuaian rencana penarikan pinjaman juga dilakukan terhadap pinjaman yang diteruspinjamkan, terutama pada proyek yang dilaksanakan oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dan PT Pertamina. Penyesuaian tersebut sebagai dampak dari depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Perkembangan penarikan pinjaman proyek 2010-2015 disajikan dalam Graik 5.13.

Penarikan pinjaman luar negeri Pemerintah dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa kebijakan pengelolaan pinjaman luar negeri Pemerintah antara lain: (1) komitmen pinjaman kegiatan (project loan) ditujukan untuk membiayai pengeluaran pemerintah yang produktif dalam rangka meningkatkan potensi output yang memberikan dampak multiplier yang tinggi dimasa yang akan datang; (2) meningkatkan kualitas persiapan kegiatan dan pengadaan

3.209,0 1.511,0 1.566,2 1.552,0 1.475,0 600,0 600,0 -500,0 1.000,0 1.500,0 2.000,0 2.500,0 3.000,0 3.500,0 2010 2011 2012 2013 2014 LKPP Unaudited 2015 APBN 2015 APBNP GRAFIK 5.12 PINJAMAN PROGRAM, 2010‒2015 Jerman Perancis Jepang ADB

World Bank Pinjaman Program

(juta USD)

Nota Keuangan dan APBNP 2015

5-40

pinjaman luar negeri antara lain melalui peningkatan peran serta dalam penyusunan dokumen kerjasama dengan lender; (3) pinjaman luar negeri tunai untuk pembiayaan deisit APBN dilakukan secara selektif dengan mempertimbangkan kapasitas lender serta kompleksitas penyiapan pinjaman luar negeri tunai; dan (4) meningkatkan kinerja pemanfaatan pinjaman luar negeri antara lain melalui optimasi monitoring dan evaluasi pelaksanaan pinjaman luar negeri, dan mengambil langkah penanganan atas kegiatan yang bermasalah dan berdampak signiikan terhadap APBN berdasarkan hasil yang diperoleh dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi. Selain penarikan pinjaman, Pemerintah juga melakukan pembayaran cicilan pokok utang luar negeri. Proyeksi perkembangan nilai tukar rupiah terhadap beberapa mata uang asing terutama JPY dan USD pada tahun 2015 menyebabkan penyesuaian alokasi pembayaran cicilan pokok utang luar negeri pada APBNP tahun 2015. Dari sisi mata uang, cicilan pokok utang luar negeri jatuh tempo tahun 2015 akan dibayarkan terutama dalam mata uang JPY, USD, dan EUR. Sedangkan dari sisi kreditur terbesar, cicilan pokok utang luar negeri jatuh tempo 2015 akan dibayarkan kepada Jepang, ADB, World Bank, Jerman, dan Perancis.

5.2.2.3 Pinjaman Dalam Negeri (Neto)

Pemenuhan pembiayaan utang dari pinjaman dalam negeri (neto) dilakukan melalui penarikan secara bruto atas pinjaman dan pembayaran cicilan pokok pinjaman dalam negeri. Dalam APBNP tahun 2015, Pemerintah tetap merencanakan pengadaan pinjaman dalam negeri dengan memanfaatkan sumber dana dari perbankan BUMN/BUMD sebesar Rp2.000,0 miliar. Arah kebijakan pemanfaatan pinjaman dalam negeri tetap difokuskan untuk upaya pemberdayaan industri dalam negeri dan untuk membiayai kegiatan pada Kementerian Pertahanan dan Polri. Penarikan dilakukan dengan mempertimbangkan dan mendukung pengelolaan pinjaman dalam negeri antara lain: (1) mengoptimalkan pemanfaatan pinjaman dalam negeri dengan memperhatikan antara lain kebutuhan prioritas kemampuan/teknologi dan kapasitas industri dalam negeri, dan kapasitas sumber pembiayaan domestik; (2) meningkatkan kualitas persiapan kegiatan dan pengadaan pinjaman dalam negeri antara lain melalui perencanaan kegiatan yang selektif dan hati-hati, serta memastikan terpenuhinya seluruh kriteria kesiapan kegiatan; dan

17.034 14.250 12.629 31.737 28.378 32.881 33.915 8.786 4.224 3.753 3.881 1.827 4.319 4.472 - 7 18 1.235 479 2.696 2.760 0 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 35.000 2010 2011 2012 2013 2014

LKPP Unaudited APBN 2015 APBNP 2015

GRAFIK 5.13

PINJAMAN PROYEK, 2010 - 2015

(miliar rupiah)

Pinjaman K/L Pinjaman Diteruspinjamkan Pinjaman Diterushibahkan

(3) meningkatkan kinerja pemanfaatan pinjaman dalam negeri antara lain melalui optimasi monitoring dan evaluasi, dan mengambil langkah-langkah yang proaktif dalam menangani

slow disbursement.

Selain melakukan penarikan pinjaman, Pemerintah juga harus melakukan pembayaran cicilan pokok yang dialokasikan sebesar negatif Rp309,4 miliar atau turun 18,3 persen karena adanya penyesuaian proyeksi perhitungan pembayaran cicilan pokok akibat tertundanya sebagian penarikan pinjaman pada tahun sebelumnya. Dengan demikian, penarikan pinjaman dalam negeri (neto) dalam APBNP tahun 2015 naik 4,3 persen dibandingkan dengan APBN tahun 2015. Perkembangan pinjaman dalam negeri dalam lima tahun terakhir disajikan pada Graik 5.14.

5.2.2.4 Pembiayaan Utang Melalui Pinjaman Siaga

Untuk mengantisipasi dampak krisis perekonomian global terhadap kondisi iskal, Pemerintah dengan beberapa development partner yang terdiri atas lembaga multilateral (World Bank dan ADB) dan lembaga bilateral (Australia dan Jepang) telah menyiapkan fasilitas pinjaman siaga senilai total USD5,0 miliar untuk tahun 2012 hingga akhir 2015. Fasilitas ini bersifat antisipatif yang dimaksudkan untuk memberikan dukungan pembiayaan bagi Pemerintah, dalam hal terjadi kesulitan dalam mengakses sumber pembiayaan dalam negeri terutama melalui penerbitan SBN dan terjadinya realisasi deisit anggaran yang melampaui target dalam APBNP tahun 2015. Sampai dengan saat ini, Pemerintah belum menggunakan fasilitas ini mengingat seluruh kebutuhan pembiayaan deisit masih terpenuhi. Komitmen pinjaman siaga dalam tahun 2015 sebagaimana disajikan dalam Tabel 5.46.

394 619 913 616 1.081 2.000 2.000 (113) (141) (141) (379) (309) 394 619 800 474 940 1.621 1.691 (500) 0 500 1.000 1.500 2.000 2.500 2010 2011 2012 2013 2014 LKPP Unaudited 2015 APBN 2015 APBNP GRAFIK 5.14

Pinjaman Dalam Negeri 2010‒2015

Penarikan (Bruto) Pembayaran Cicilam Pokok Pinjaman Dlm Negeri (Neto)

(Rp Miliar)

Nota Keuangan dan APBNP 2015

5-42

5.3 Deisit dan Pembiayaan Anggaran Jangka Menengah