• Tidak ada hasil yang ditemukan

JANGKA MENENGAH, DAN RISIKO FISKAL

5.1 Umum

Dalam APBNP tahun 2015, Pemerintah merencanakan penurunan deisit anggaran dari 2,21 persen menjadi 1,90 persen terhadap PDB. Penurunan deisit ini terutama ditujukan untuk menjaga ketahanan dan kesinambungan iskal. Dengan penurunan deisit tersebut, pembiayaan anggaran juga mengalami penurunan 9,51 persen atau sebesar Rp23.387,8 miliar.

Selain itu, kebijakan pembiayaan anggaran dalam APBNP tahun 2015 tetap mengacu pada APBN tahun 2015, dengan beberapa perubahan mengakomodasi perkembangan asumsi dasar ekonomi makro dan kebijakan tambahan alokasi yang sudah ada atau alokasi baru. Perubahan yang diusulkan pemerintah tersebut terdapat dalam pengeluaran pembiayaan maupun penerimaan pembiayaan. Perubahan dalam pengeluaran pembiayaan antara lain: (1) alokasi tambahan Penyertaan Modal Negara (PMN) pada BUMN, (2) alokasi pembiayaan investasi dalam rangka pembentukan BLU Manajemen Aset, (3) alokasi dana antisipasi untuk PT Lapindo Brantas Inc./PT Minarak Lapindo Jaya, dan (4) alokasi PMN dan cadangan pembiayaan kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan untuk program Dana Jaminan Sosial (DJS) Kesehatan. Alokasi tambahan PMN kepada BUMN merupakan alokasi yang meningkat paling besar dibandingkan alokasi yang lain. Alokasi tambahan PMN kepada BUMN ditujukan agar BUMN sebagai agent of development dapat berperan aktif dalam mendukung terwujudnya program agenda prioritas nasional (Nawacita Presiden RI). Alokasi tambahan PMN tersebut digunakan untuk meningkatkan kapasitas usaha dan memperbaiki struktur permodalan, sehingga dapat me-leverage kemampuan pendanaan BUMN berkenaan. Program prioritas yang didukung oleh BUMN tersebut, antara lain program pembangunan maritim, peningkatan kedaulatan pangan, pembangunan infrastruktur dan konektivitas, pembangunan industri pertahanan dan keamanan, dan program Kemandirian Ekonomi Nasional.

Dengan adanya peningkatan pengeluaran pembiayaan tersebut, penerimaan pembiayaan direncanakan juga meningkat untuk membiayai pengeluaran pembiayaan tersebut. Penerimaan pembiayaan yang mengalami perubahan, antara lain (1) peningkatan penerimaan cicilan pengembalian penerusan pinjaman, (2) peningkatan Surat Berharga Negara (neto), dan (3) peningkatan penarikan pinjaman luar negeri (bruto). Sumber utama penerimaan pembiayaan anggaran untuk membiayai peningkatan pengeluaran pembiayaan tersebut adalah dari penambahan penerbitan SBN, berkenaan dengan keterbatasan sumber penerimaan pembiayaan lainnya. Dalam memenuhi target peningkatan penerbitan SBN (neto) tersebut, Pemerintah akan menerapkan prinsip kehati-hatian dan mempertimbangkan berbagai faktor, antara lain biaya dan risiko utang, kondisi pasar keuangan, kapasitas daya serap pasar, dan kebutuhan kas negara.

Nota Keuangan dan APBNP 2015

5-2

5.2 Deisit dan Pembiayaan Anggaran

Penurunan besaran deisit anggaran dari Rp245.894,7 miliar atau 2,21 persen terhadap PDB, menjadi sebesar Rp222.506,9 miliar atau 1,90 persen mengakibatkan pembiayaan anggaran juga mengalami penurunan dengan jumlah yang sama.

Namun, dalam pembiayaan anggaran sendiri terdapat perubahan besaran, baik dalam pembiayaan utang maupun nonutang. Pembiayaan nonutang dalam APBNP tahun 2015 diperkirakan sebesar negatif Rp56.874,0 miliar, atau mengalami perubahan sebesar Rp47.912,7 miliar jika dibandingkan dengan targetnya dalam APBN tahun 2015 sebesar negatif Rp8.961,3 miliar. Sedangkan pembiayaan utang dalam APBNP tahun 2015 ditargetkan Rp279.380,9 miliar, atau naik sebesar Rp24.524,9 miliar jika dibandingkan targetnya dalam APBN tahun 2015 sebesar Rp254.856,0 miliar. Rincian deisit dan pembiayaan anggaran, 2014-2015 disajikan pada Tabel 5.1.

Meningkatnya pembiayaan utang tersebut terutama untuk membiayai meningkatnya pengeluaran pembiayaan nonutang, terutama untuk PMN. Hal ini berakibat terhadap meningkatnya jumlah utang Pemerintah. Sebagai ilustrasi, disajikan perkembangan deisit dan rasio utang Pemerintah terhadap PDB pada Graik 5.1 dan Graik 5.2.

2014 Nominal % A. PENDAPATAN NEGARA 1.550,1 1.7 93,6 1.7 61,6 (31,9) (1,8) B. BELANJA NEGARA 1.7 7 0,6 2.039,5 1.984,1 (55,3) (2,7 ) C. SURPLUS/DEFISIT ANGGARAN (A - B) (220,5) (245,9) (222,5) 23,4 (9,5) % Defisit terhadap PDB (2,18) (2,21) (1,90) -

-D. PEMBIAY AAN ANGGARAN (I + II) 245,0 245,9 222,5 (23,4) (9,5)

I. Nonutang (4,3) (9,0) (56,9) (47 ,9) 534,7

II. Utang 249,4 254,9 27 9,4 24,5 9,6

Su m ber: Kem ent eria n Keu a nga n

TABEL 5.1

DEFISIT DAN PEMBIAYAAN ANGGARAN, 2014-2015 (triliun rupiah)

Uraian

2015

LKPP

Unaudited APBN APBNP

5.2.1 Pembiayaan Nonutang

Perubahan kebijakan pembiayaan nonutang pada APBNP tahun 2015 adalah sebagai berikut: 1) Mendukung agenda prioritas nasional pemerintah baru yang tertuang dalam Konsep

Nawacita, antara lain meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional, meningkatkan peran BUMN sebagai agen pembangunan dan meningkatkan tata kelola investasi pemerintah;

2) Mendukung kebijakan penyelesaian permasalahan program kesejahteraan rakyat, antara lain melalui alokasi dana antisipasi untuk PT Lapindo Brantas Inc./PT Minarak Lapindo Jaya untuk menjamin pelunasan pembelian atas tanah dan bangunan kepada masyarakat

0,7 1,1 1,9 2,3 2,2 2,2 1,9 0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 (50,0) 0,0 50,0 100,0 150,0 200,0 250,0 300,0 2010 2011 2012 2013 2014 LKPP Unaudited 2015 APBN 2015 APBNP

triliun rupiah persen

Nonutang Utang Pembiayaan Anggaran % Defisit Anggaran thd PDB (RHS)

GRAFIK 5.1

PERKEMBANGAN DEFISIT DAN PEMBIAYAAN ANGGARAN, 2010-2015

Sumber: Kementerian Keuangan

24,5% 23,1% 23,0% 24,9% 24,7% 24,3% 25,2% 21,5% 22,0% 22,5% 23,0% 23,5% 24,0% 24,5% 25,0% 25,5% 0 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 14.000 2010 2011 2012 2013 2014 LKPP Unaudited 2015 APBN 2015 APBNP

Stok Utang PDB* Rasio Utang terhadap PDB (RHS)

(triliun rupiah) (%)

GRAFIK 5.2

PERKEMBANGAN DAN PROYEKSI RASIO UTANG PEMERINTAH, 2010-2015

*Angka PDB menggunakan realisasi seri 2010 atas harga berlaku

Nota Keuangan dan APBNP 2015

5-4

korban di dalam peta area terdampak lumpur Sidoarjo serta penambahan PMN dan Cadangan Pembiayaan kepada BPJS Kesehatan demi keberlanjutan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN); dan

3) Mengalokasikan pembiayaan investasi dalam rangka mendukung pembentukan BLU Manajemen Aset.

Pembiayaan nonutang dalam APBNP tahun 2015 diperkirakan sebesar negatif Rp56.874,0 miliar, mengalami perubahan sebesar Rp47.912,7 miliar jika dibandingkan dengan targetnya dalam APBN tahun 2015 sebesar negatif Rp8.961,3 miliar. Perubahan pembiayaan nonutang tersebut disebabkan oleh adanya kenaikan pembiayaan perbankan dalam negeri, dan kenaikan alokasi pembiayaan nonperbankan dalam negeri. Kenaikan pembiayaan perbankan dalam negeri berasal dari Penerimaan Cicilan Pengembalian Penerusan Pinjaman, sedangkan perubahan alokasi pada pembiayaan nonperbankan dalam negeri terdapat pada Dana Investasi Pemerintah, Dana Antisipasi untuk PT Lapindo Brantas Inc./PT Minarak Lapindo Jaya, Cadangan Pembiayaan kepada BPJS Kesehatan untuk Program Dana Jaminan Sosial (DJS) Kesehatan, dan penurunan alokasi Kewajiban Penjaminan. Sementara itu, komponen lain pembiayaan nonutang, yaitu Dana Bergulir tidak mengalami perubahan alokasi. Rincian pembiayaan nonutang pada APBNP tahun 2015 disajikan pada Tabel 5.2.

5.2.1.1 Perbankan Dalam Negeri

Pembiayaan nonutang yang bersumber dari perbankan dalam negeri pada APBNP tahun 2015 seluruhnya berasal dari Penerimaan Cicilan Pengembalian Penerusan Pinjaman yang diperkirakan sebesar Rp4.785,4 miliar. Jumlah ini naik sebesar Rp317,9 miliar jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan dalam APBN tahun 2015 sebesar Rp4.467,5 miliar. Kenaikan tersebut terutama disebabkan oleh adanya penerimaan cicilan dari pembayaran PT BPUI yang akan dikonversi menjadi PMN kepada PT BPUI, serta penyesuaian nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menggunakan asumsi yang digunakan dalam APBNP tahun 2015.

5.2.1.2 Nonperbankan Dalam Negeri

Pembiayaan nonutang yang berasal dari sumber-sumber nonperbankan dalam negeri dalam APBNP tahun 2015 diperkirakan mencapai negatif Rp61.659,3 miliar, yang berarti mengalami

2014

Nom inal %

A.Perbankan Dalam Negeri 5,0 4,5 4,8 0,3 7 ,1

1. Penerimaan Cicilan Pengembalian Penerusan Pinjaman 5,0 4,5 4,8 0,3 7 ,1 2. Saldo Anggaran Lebih - - - -

-B.Nonperbankan Dalam Negeri (9,3) (13,4) (61,7 ) (48,2) 359,2

1. Privatisasi 0,0 - - -

-2. Hasil Pengelolaan Aset 0,5 0,4 0,4 -

-3. Dana Investasi Pemerintah (8,9) (12,6) (58,8) (46,2) 365,3 4. Kewajiban Penjaminan (1,0) (1,1) (0,8) 0,3 (25,5) 5. Dana Antisipasi untuk PT Lapindo Brantas Inc./ PT Minarak Lapindo Jaya - - (0,8) (0,8)

-6. Cadangan Pembiayaan kepada BPJS Kesehatan untuk Program DJS Kesehatan - - (1,5) (1,5)

-(4,3)

(9,0) (56,9) (47 ,9) 534,7 Sumber: Kementerian Keuangan

Jum lah

TABEL 5.2

PERKEMBANGAN PEMBIAYAAN NONUTANG, 2014-2015 (triliun rupiah) Uraian 2015 APBN APBNP Selisih LKPP Unaudited

perubahan sebesar Rp48.230,6 miliar dari alokasinya dalam APBN tahun 2015 sebesar negatif Rp13.428,8 miliar. Kenaikan tersebut terutama disebabkan tambahan alokasi Dana Investasi Pemerintah. Sementara itu, alokasi Kewajiban Penjaminan justru mengalami penurunan. Penjelasan lebih rinci tentang alokasi Dana Investasi Pemerintah dan Kewajiban Penjaminan disampaikan sebagai berikut.

5.2.1.2.1 Dana Investasi Pemerintah

Di dalam pembiayaan anggaran, Dana Investasi Pemerintah merupakan pengeluaran pembiayaan. Dalam APBNP tahun 2015, Dana Investasi Pemerintah diperkirakan sebesar negatif Rp58.844,1 miliar, mengalami perubahan sebesar Rp46.197,0 miliar jika dibandingkan dengan yang ditetapkan dalam APBN tahun 2015 sebesar negatif Rp12.647,1 miliar. Perubahan tersebut disebabkan oleh tambahan penerimaan kembali investasi, tambahan alokasi untuk PMN, dan tambahan alokasi pembiayaan investasi dalam rangka pembentukan BLU Manajemen Aset. Sementara itu, alokasi untuk dana bergulir dalam APBNP tahun 2015 tidak mengalami perubahan. Rincian mengenai alokasi pembiayaan untuk Dana Investasi Pemerintah dalam APBN tahun 2015 dan APBNP tahun 2015 disajikan dalam Graik 5.3.