• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

B. Bentuk- Bentuk Kegiatan Bancassurance

Sampai saat ini di Indonesia keberadaan bancassurance masih belum diatur secara hukum dengan tegas, hanya melalui Surat Edaran BI, yang mana

45

sebuah surat edaran hanya lah memiliki kekuatan untuk mengatur dan hanya sebagai panutan dan rujukan dalam pelaksanaan suatu prinsip atau menjalankan suatu program kegiatan dalam dunia lembaga keuangan. Berbeda apabila diatur dalam Peraturan Bank Indonesia atau Peraturan Otoritas Jasa Keuangan yang mana sebuah peraturan memiliki ketentuan hukum yang jelas dan harus diikuti dan dilaksanakan secara menyeluruh oleh lembaga ataupun perusahaan yang ditunjuk dan diberi perintah dalam peraturan tersebut. Surat Edaran sebagaimana diketahui hanya seperti surat pemberitahuan saja dan surat pemberitahuan bukanlah sesuatu yang wajib diikuti namun dapat dijadikan sebagai suatu pedoman dan rujukan untuk dilaksanakan. Sedangkan sebuah peraturan yang dikeluarkan oleh suatu lembaga yang memiliki kewenangan haruslah dituruti oleh lembaga-lembaga ataupun perusahaan yang ditunjuk oleh peraturan tersebut dan wajib dikenakan sanksi apabila ketentuan dalam peraturan tersebut tidak dilaksanakan.

Produk hukum yang dikeluarkan Bank Indonesia yang dimaksud untuk memberikan aturan terhadap dunia perbankan menggunakan istilah surat edaran yang tidak dikenal dalam sistem peraturan perundang-undangan yang berlaku. Beberapa kementerian mengeluarkan peraturan di bidangnya dengan menggunakan sebutan keputusan menteri, dan beberapa lainnya menggunakan istilah peraturan menteri dan surat edaran menteri. Keputusan presiden yang bersifat mengatur dengan keputusan presiden yang bersifat penetapan administratif biasa tidak dibedakan, kecuali dalam kode nomornya saja, sehingga

tidak jelas kedudukan masing-masing sebagai salah satu bentuk peraturan perundang-undangan yang bersifat mengatur.46

Perlu dibedakan dengan tegas antara putusan-putusan yang bersifat mengatur (regeling) dari putusan-putusan yang bersifat penetapan administratif (beschikking) dalam rangka mewujudkan penyusunan tertib peraturan perundang-undangan.47 Semua pejabat tinggi pemerintahan yang memegang kedudukan politis berwenang mengeluarkan keputusan-keputusan yang bersifat administratif, misalnya untuk mengangkat dan memberhentikan pejabat, membentuk dan membubarkan kepanitiaan, dan sebagainya. Secara hukum, semua jenis putusan tersebut dianggap penting dalam perkembangan hukum nasional. Akan tetapi, pengertian peraturan perundang-undangan dalam arti sempit perlu dibatasi ataupun sekurang-kurangnya dibedakan secara tegas karena elemen pengaturan (regeling) kepentingan publik dan menyangkut hubungan-hubungan hukum atau hubungan hak dan kewajiban di antara sesama warganegara dan antara warganegara dengan negara dan pemerintah.48

Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (selanjutnya disebut UU Pembentukan Peraturan Perundang-undangan) mengatur mengenai jenis dan hierarki peraturan yaitu: 49

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

46 NPD Sinaga, “Probmatika SEMA,” Artikel dalam FORUM PENGADILAN, tanggal 3 Mei 2011, hlm. 37.

47Bagir Manan, Kecendrungan Histories Pasal 18 UUD 1945 (Jakarta : UNISCA, 1993), hlm. 3.

48Jimly Asshiddiqie, Hukum Acara Pengujian Undang-Undang (Jakarta : Konstitusi Press, 2006), hlm. 37.

49 UU Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, (Pasal 7 ayat (1) )

b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat.

c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang. d. Peraturan Pemerintah.

e. Peraturan Presiden.

f. Peraturan Daerah Provinsi.

g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Undang-undang menyebutkan jenis peraturan perundang-undangan selain dimaksud di atas dalam undang-undang yaitu peraturan yang ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri, badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk dengan Undang-Undang atau Pemerintah atas perintah Undang-Undang, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat. 50 Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat diuraikan beberapa kedudukan surat edaran adalah sebagai berikut:51

1. Surat edaran adalah naskah dinas yang berisi pemberitahuan, penjelasan dan/atau petunjuk cara melaksanakan hal tertentu yang dianggap penting dan mendesak.

50 UU Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, (Pasal 8 ayat (1) )

51Saiful Anam,

2. Surat edaran tidak dapat dijadikan dasar hukum untuk menganulir peraturan menteri, apalagi Perpres atau PP tetapi semata-mata hanya untuk memperjelas makna dari peraturan yang ingin diberitahukan.

3. Surat edaran mempunyai derajat lebih tinggi dari surat biasa, karena surat edaran memuat petunjuk atau penjelasan tentang hal-hal yang harus dilakukan berdasarkan peraturan yang ada. Surat edaran bersifat pemberitahuan, tidak ada sanksi karena bukan norma.

4. Surat edaran merupakan suatu perintah pejabat tertentu kapada bawahannya/orang di bawah binaannya.

5. Surat edaran sering dibuat dalam bentuk surat edaran menteri, surat edaran tidak mempunyai kekuatan mengikat keluar karena pejabat yang menerbitkannya tidak memiliki dasar hukum menerbitkan surat edaran.

6. Pejabat penerbit surat edaran tidak memerlulan dasar hukum karena surat edaran merupakan suata peraturan kebijakan yang diterbitkan semata-mata berdasarkan kewenangan bebas namun perlu perhatikan beberapa faktor sebagai dasar pertimbangan penerbitannya:

a. Hanya diterbitkan karena keadaan mendesak.

b. Terdapat peraturan terkait yang tidak jelas yang butuh ditafsirkan. c. Substansi tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. d. Dapat dipertanggungjawabkan secara moril dengan prinsip-prinsip

pemerintahan yang baik.

7. Surat edaran adalah suatu perintah atau penjelasan yang tidak berkekuatan hukum, tidak ada sanksi hukum bagi yang tidak mematuhinya.

Kerjasama kegiatan bancassurance berdasarkan Surat Edaran BI No. 12/35/DPNP Tahun 2010, diklasifikasikan dalam 3 bentuk/model bisnis dari

bancassurance tersebut, yaitu:

1. Kegiatan referensi52

Referensi merupakan suatu aktivitas kerjasama pemasaran produk asuransi, dengan bank berperan hanya mereferensikan atau merekomendasikan suatu produk asuransi kepada nasabah. Peran bank dalam melakukan pemasaran terbatas sebagai perantara dalam meneruskan informasi produk asuransi dari perusahaan asuransi mitra bank kepada nasabah atau menyediakan akses kepada perusahaan asuransi untuk menawarkan produk asuransi kepada nasabah. Aktivitas ini dapat dibedakan sebagai berikut:

a. Referensi dalam rangka produk bank

Bank mereferensikan atau merekomendasikan produk asuransi yang menjadi persyaratan untuk memperoleh suatu produk perbankan kepada nasabah. Persyaratan keberadaan produk asuransi tersebut dimaksudkan untuk kepentingan dan perlindungan kepada bank atas risiko terkait dengan produk yang diterbitkan atau jasa yang dilaksanakan oleh bank kepada nasabah. Dalam hal ini, pada hakikatnya produk asuransi juga untuk melindungi debitur sebagai pihak tertanggung meskipun dalam polis dicantumkan banker’s clause karena bank sebagai penerima manfaat. Contoh produk bank yang mempersyaratkan keberadaan asuransi adalah:

1) Kredit pemilikan rumah yang disertai kewajiban asuransi kebakaran terhadap rumah atau bangunan yang dibiayai oleh bank serta asuransi jiwa terhadap nasabah peminjam (debitur).

2) Kredit kendaraan bermotor yang disertai kewajiban asuransi kerugian terhadap kendaraan bermotor yang dibiayai oleh bank.

3) Kredit kepada pegawai/pensiunan yang disertai kewajiban asuransi jiwa terhadap nasabah peminjam (debitur).

b. Referensi tidak dalam rangka produk bank

Bank mereferensikan produk asuransi yang tidak menjadi persyaratan untuk memperoleh suatu produk perbankan kepada nasabah. Aktivitas kerjasama pemasaran ini dapat dilakukan melalui:

1) Bank meneruskan brosur, leaflet, dan/atau hal-hal sejenis yang memuat penawaran, informasi, dan/atau penjelasan dari perusahaan asuransi mitra bank atas suatu produk asuransi kepada nasabah bank, baik secara tatap muka maupun melalui surat dan media elektronik, termasuk menggunakan website bank. Dalam hal nasabah memerlukan informasi lebih lanjut atau bermaksud membeli produk asuransi yang direferensikan melalui pemasaran tersebut, maka bank harus mengarahkan nasabah ke perusahaan asuransi mitra bank yang bersangkutan.

2) Bank menyediakan ruangan di dalam lingkungan kantor bank yang dapat digunakan oleh perusahaan asuransi mitra bank dalam rangka pemasaran produk asuransi(in-branch sales) kepada nasabah.

3) Bank menyediakan data nasabah yang dapat digunakan oleh perusahaan asuransi mitra bank dalam rangka pemasaran produk asuransi dengan mematuhi prinsi-prinsip sebagaimana dimaksud dalam butir II.B.3 yaitu mengenai penggunaan data nasabah.

2. Kegiatan distribusi53

Kerjasama distribusi merupakan suatu aktivitas kerjasama pemasaran produk asuransi, dengan bank berperan memasarkan produk asuransi dengan cara memberikan penjelasan mengenai produk asuransi tersebut secara langsung kepada nasabah. Penjelasan dari bank dapat dilakukan melalui tatap muka dengan nasabah dan/atau dengan menggunakan sarana komunikasi (telemarketing), termasuk melalui surat, media elektronik, dan website bank.

Peran bank tidak hanya sebagai perantara dalam meneruskan informasi produk asuransi dari perusahaan asuransi mitra bank kepada nasabah, tetapi bank juga memberikan penjelasan secara langsung yang terkait dengan produk asuransi seperti karakteristik, manfaat, dan risiko dari produk yang dipasarkan dan meneruskan minat atau permintaan pembelian produk asuransi dari nasabah kepada perusahaan asuransi mitra bank.

3. Kegiatan integrasi produk54

Integrasi produk merupakan suatu aktivitas kerjasama pemasaran produk asuransi, dengan bank berperan memasarkan produk asuransi kepada nasabah dengan cara melakukan modifikasi dan/atau menggabungkan produk asuransi dengan produk bank. Aktivitas kerjasama pemasaran ini dilakukan oleh bank

53 Surat Edaran BI No.12/35/DPNP butir I. 1. b.

dengan cara menawarkan atau menjual bundled product kepada nasabah melalui tatap muka dan/atau dengan menggunakan sarana komunikasi (telemarketing), termasuk melalui surat, media elektronik, dan website bank.

Sebelum melakukan kegiatan kerjasama bancassurance yang telah dijelaskan sebelumnya, bank dan perusahaan asuransi terlebih dahulu melakukan kerjasama kemitraan yang dalam praktik ada beberapa bentuk yaitu:55

1. Penggabungan pemasaran

Penggabungan pemasaran ini dapat berbentuk exclusive atau non

exclusive. Exclusive berarti kedua belah pihak tidak dapat memasuki

penggabungan pemasaran yang serupa dengan pihak lain. Sedangkan non

exclusive berarti sebaliknya. Kelebihan dari bentuk kemitraan ini adalah tidak

memerlukan modal yang besar, karena merupakan penggabungan dari produk dan layanan dari bank dan perusahaan asuransi dengan dukungan jaringan distribusi yang luas dan lebih dekat dengan konsumen.

Sistem bancassurance seperti ini harus diperkuat dengan suatu sistem perjanjian keagenan antara bank dan asuransi yang disebut dengan kontrak agensi. Kontrak agensi ini berbeda halnya dengan kontrak asuransi atau yang biasa disebut dengan polis. Karena polis adalah perjanjian atau kontrak antara penanggung dan tertanggung mengenai segala macam yang diperjanjikan dalam pertanggungan. Polis berfungsi sebagai alat bukti tertulis yang menyatakan bahwa telah terjadi perjanjian asuransi antara tertanggung dan penanggung.56

55

Trisnawati Taswin, “Bancassurance Menjadi Mitra atau Pemasok” Harian Infobank No. 285. Februari, 2003.

56

Abdulkadir Muhammad, HukumAsuransi Indonesia (Bandung : PT Citra Aditya Bakti,

2002), hlm. 59.

kontrak agensi ini adalah perjanjian antara bank dan perusahaan asuransi yang isinya merupakan kesepakatan antara kedua belah pihak mengenai saluran distribusi produk asuransi melalui bank yang di dalamnya tercantum mengenai hak dan kewajiban bank maupun pihak perusahaan asuransi.

2. Membentuk perusahaan distribusi joint venture

Perusahaan asuransi dan bank dalam bentuk ini sepakat untuk membentuk suatu perusahaan baru. Karyawan perusahaan ini merupakan gabungan antara karyawan dari bank dan asuransi serta mempunyai direksi yang terpisah dari direksi bank atau direksi perusahaan asuransi. Produk dan layanan dapat diciptakan bersama oleh bank dan asuransi di luar manajemen perusahaan ini. Pada perusahaan distribusi joint venture ini ada kewajiban dari masing-masing pihak untuk menyetor sejumlah modal tertentu. Hal ini akan menimbulkan komitmen jangka panjang dari masing-masing pihak. Selain itu, dapat menciptakan center of excellent, karena masing-masing pihak akan menyumbangkan keahlian dan kemampuan inti mereka pada perusahaan ini.

3. Akuisisi57

Pada bentuk ini satu pihak mengakuisisi seratus persen saham pihak lain yaitu bank atau perusahaan asuransi. Keuntungan dari akuisisi adalah pengaturan dari satu pihak saja yang paling berkepentingan atas perusahaan ini, sehingga adanya komitmen atas suksesnya perusahaan ini secara jangka panjang. Kelemahannya adalah membutuhkan modal yang cukup besar, selain itu adanya

57

Istilah akuisisi berasal dari bahasa Inggris, “acquisition” yang dalam bahasa Inggris sering disebut dengan istilah “take over” yang berarti pengambilalihan suatu kepentingan pengendalian perusahaan oleh suatu perusahaan lain.

potensi terjadi ketidaksesuaian persepsi, visi dan misi pada tingkatan pelaksanaan atau operasional.

Peran bank disini dapat dinyatakan yaitu meneruskan dan memberikan penjelasan yang terkait dengan produk asuransi kepada nasabah. Kemudian juga menindaklanjuti aplikasi nasabah atas bundled product, termasuk yang terkait dengan produk asuransi kepada perusahaan asuransi mitra bank.