• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran OJK dalam Pengawasan Pelaksanaan Kegiatan Bancassurance

PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

D. Peran OJK dalam Pengawasan Pelaksanaan Kegiatan Bancassurance

Secara sederhana, penentuan standar yang akan dicapai, menilai pelaksanaan, dan jika perlu mengambil tindakan korektif sehingga pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan utama dari kegiatan pengawasan adalah membuat kegiatan-kegiatan manajemen dinamis dan berhasil secara efektif dan efisien. Sesuai dengan perannya dalam sebuah organisasi, pengawasan memiliki beberapa fungsi.69

Menurut Prayudi, pengawasan adalah suatu proses untuk menetapkan pekerjaan apa yang di jalankan, dilaksanakan, atau diselenggarakan itu dengan apa yang dikehendaki, direncanakan atau diperhatikan.

70

Menurut Saiful Anwar, pengawasan atau kontrol terhadap tindakan aparatur pemerintah diperlukan agar pelaksanaan tugas yang telah ditetapkan dapat mencapai tujuan dan terhindar dari penyimpangan-penyimpangan.71 Sedangkan menurut Djamaluddin Tanjung dan Supardan ,pengertian pengawasan yaitu salah satu fungsi manajemen untuk menjamin agar pelaksanaan kerja berjalan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dalam perencanaan.72

Tujuan utama dari pengawasan tidak hanya untuk menghindari penyelewengan semata, akan tetapi tidak lain adalah agar pencapaian target yang

69

(diakses pada 9 Deseber 2015)

70 Prayudi, Hukum Administrasi Negara (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1981), hlm. 80.

71 Saiful Anwar, Sendi-Sendi Hukum Administrasi Negara (Depok: Glora Madani Press, 2004), hlm.127.

72 Ali,

telah ditetapkan perusahaan akan mudah tercapai.73 Secara umum dikatakan bahwa tujuan dilakukannya pengawasan adalah :74

1. Agar aktivitas perusahaan berjalan sesuai rencana yang telah dibuat, baik proses, sistem dan hasil yang ingin dicapai.

2. Agar jangan sampai terjadi penyimpangan, artinya keluar dari yang telah direncanakan.

3. Meminimalkan tindakan karyawan untuk melakukan penyimpangan, dengan cara membuat sesorang menjadi bekerja secara baik, karena merasa ada pengawasan terhadap aktivitasnya.

4. Memudahkan pencegahan, artinya jika ada indikasi atau gelagat ataupun gejala akan adanya penyimpangan, maka mudah untuk ambil tindakan pencegahan, tidak terjadi penyimpangan.

5. Pengendalian biaya, artinya dengan adanya pengelolaan dan pengawasan maka biaya yang tidak perlu keluar dapat diminimalkan segala bentuk kebocoran sehingga terjadi efisiensi.

6. Agar tujuan perusahaan tercapai, artinya jika semua aktivitas perusahaan berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan.

Tujuan utama yang hendak dicapai dalam pelaksanaan pengawasan tersebut. maka diperlukan prinsip-prinsip pengawasan yang dapat dipatuhi dan dijalankan, adapun prinsip-prinsip pengawasan itu adalah sebagai berikut :

73 Kasmir, Dasar-dasar Perbankan (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), hlm. 263.

1. Objektif dan menghasilkan data. Artinya pengawasan harus bersifat objektif dan harus dapat menemukan fakta-fakta tentang pelaksanaan pekerjaan dan berbagai faktor yang mempengaruhinya.

2. Berpangkal tolak dari keputusan pimpinan. Artinya untuk dapat mengetahui dan menilai ada tidaknya kesalahan-kesalahan dan penyimpangan, pengawasan harus bertolak pangkal dari keputusan pimpinan yang tercermin dalam:

a. Tujuan yang ditetapkan.

b. Rencana kerja yang telah ditentukan.

c. Kebijaksanaan dan pedoman kerja yang telah digariskan. d. Perintah yang telah diberikan.

e. Peraturan-peraturan yang telah ditetapkan.

3. Preventif. Artinya bahwa pengawasan tersebut adalah untuk menjamin tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, yang harus efisien dan efektif, maka pengawasan harus bersifat mencegah jangan sampai terjadi kesalahan-kesalahan berkembangnya dan terulangnya kesalahan-kesalahan-kesalahan-kesalahan.

4. Bukan tujuan tetapi sarana. Artinya pengawasan tersebut hendaknya tidak dijadikan tujuan tetapi sarana untuk menjamin dan meningkatkan efisiensi dan efektifitas pencapaian tujuan organisasi.

5. Efisiensi. Artinya pengawasan haruslah dilakuan secara efisien, bukan justru menghambat efisiensi pelaksanaan kerja.

6. Apa yang salah. Artinya pengawasan haruslah dilakukan bukanlah semata-mata mencari siapa yang salah, tetapi apa yang salah, bagaimana timbulnya dan sifat kesalahan itu.

7. Membimbing dan mendidik. Artinya pengawasan harus bersifat membimbing dan mendidik agar pelaksana dapat meningkatkan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang ditetapkan.

Pengawasan terhadap bank pada prinsipnya terbagi atas dua jenis, yakni yang pertama yaitu pengawasan dalam rangka mendorong bank-bank untuk ikut menunjang pertumbuhan ekonomi dan menjaga kestabilan moneter

(macro-economic supervision) dan pengawasan yang mendorong agar bank secara

individual tetap sehat serta mampu memelihara kepentingan masyarakat dengan baik ( prudential supervision). 75

Sasaran yang ingin dicapai oleh macro-economics supervision adalah bagaimana mengarahkan dan mendorong bank serta sekaligus mengawasinya, agar dapat ikut berperan dalam berabagai program pencapaian sasaran ekonomi makro, baik yang terkait dengan kebijaksanaan umum untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, kemantapan neraca pembayaran, perluasan lapangan kerja, kestabilan moneter maupun upaya pemerataan pendapatan dan kesempatan berusaha. Untuk itu, pemerintah telah mengeluarkan seperangkat kebijaksanaan untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi bank guna melaksanakan pencapaian sasaran ekonomi makro yang dimaksud. Dalam kaitan dengan pengawasannya, walaupun dalam beberapa hal pelaksaan bahkan kadangkala merupakan suatu

75 Adrian Sutedi, Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan (selanjutnya disebut Buku I) (Jakarta: Raih Asa Sukses, 2014), hlm.146.

beban, kepada bank biasanya ditetapkan suatu reward atau penalty, yaitu bagi bank yang tidak dapat memenuhi pelaksanaan program tersebut atau yang tidak dapat memenuhinya.76

Fungsi pengawasan dan pembinaan oleh Pemerintah tidak akan lebih baik dari kekuatan landasan hukum yang hukum yang dimilikinya. Untuk menjamin kesiapan materi hukum, Bagir Manan mengatakan bahwa selain pembaruan terhadap hukum nasional yang ada, masih diperlukan berbagai aturan hukum baru, baik dalam kerangka memperbarui hukum kolonial maupun sebagai suatubentukan baru. Hukum mengenai menjalankan asuransi, termasuk juga Hukum Perjanjian. Usaha-usaha pemerintah dengan berbagai PP, Kepmen, Permen, Peraturan Bank Indonesia kemudian Peraturan OJK dalam menunjukkan upaya pembaruan tersebut walaupun belum berarti telah tuntas.

Sedangkan tujuan dari prudential supervision adalah mengupayakan agar setiap bank secara individual sehat dan aman, serta keseluruhan industri perbankan menjadi sehat dan dapat memelihara kepercayaan masyarakat.

77

Otoritas Jasa Keuangan dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan jasa keuangan terlaksana secara teratur, adil, transparan dan akuntabel, serta mampu mewujudkan ssistem keuangan yang tumbuh secara terus-menerus dan berkelanjutan, stabil serta mampu melindungi kepentingan nasabah selaku konsumen dan masyarakat. Selain itu, OJK harus mampu menjaga kepentingan nasional, antara lain meliputi sumber daya manusia, pengelolaan, pengendalian dan kepemilikan di sektor jasa keuangan, dengan tetap mempertimbangkan aspek

76 Ibid.

positif globalisasi. OJK dibentuk dan dilandasi dengan prinsip-prinsip tata kelola yang baik, yang meliputi independensi (indenpendency), akuntabilitas (acountability), pertanggungjawaban (responsibility), transparansi (transparancy) dan kewajaran (fairness).78

Bancassurance secara sederhana dapat diartikan sebagai asuransi yang

dikembangkan dan dipertanggungjawabkan oleh perusahaan asuransi dan didistribusikan melalui jaringan bank.

Yang kemudian pada Pasal 6 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (selanjutnya disebut UU OJK), menyebutkan tugas pengaturan dan pengawasan OJK salah satunya adalah dalam kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya.

79

78 Adrian Sutedy (Buku I), Op Cit., hlm. 199.

79GembongPrakoso,http://bancassuranceindonesia.com/bas/phocadownload/userupload/p ustaka/Kajian/290 2010/Bancassurance%20-\Konsep%20Implementasi.pdf (diakses tanggal 17 Desember 2015). Bandingkan dengan http://masalahpajak.blogspot.com/2007/06/

bancassurance.html (diakses tanggal 18 Desember 2015).

Perusahaan asuransi dan bank bekerjasama dalam mendistribusikan produk-produk perusahaan asuransi. Dengan adanya bancassurance ini, perusahaan asuransi dapat memanfaatkan berbagai kelebihan yang dimiliki oleh bank, misalnya besarnya jumlah nasabah (customer

based) yang berpotensi sebagai pengguna jasa asuransi, sistem pemasaran yang

kuat dan luas sehingga perusahaan asuransi dapat memperkecil biaya distribusi karena proses penjualannya dibantu oleh pihak bank. Sedangkan di sisi lain pihak bank memiliki keuntungan seperti memperoleh fee based income dari perusahan asuransi. Bancassurance sebagai salah satu metode pemasaran juga akan memberikan keuntungan bagi nasabah dalam memperoleh layanan produk, baik

produk asuransi maupun bank. Selain itu, nasabah memperoleh kenyamanan dan kemudahan dalam memilih asuransi karena umumnya bank bekerjasama dengan perusahaan asuransi terpilih dibandingkan dengan jika nasabah harus memilih sendiri asuransinya. Nasabah juga mendapatkan standar layanan yang sama dari bank.80

Peranan OJK dalam mengawasi pelaksanaan kegiatan dalam

bancassurance adalah hubungannya dengan ketentuan dalam UUPK karena

muara dari seluruh pengawasan semata-mata demi kepentingan konsumen selaku nasabah bancassurance tersebut. Dimana pada perjanjijan asuransi terdapat sejumlah permasalahan yang dapat merugikan konsumen, yaitu sebagai berikut :81 1. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai produk dan layanan

purna jual, diminta atau tidak; hak didengar atas pendapat dan keluhan; hak untuk mendapat advokasi, perlindungan dan penyelesaian sengketa secara patut; hak atas pembinaan dan pendidikan konsumen; hak atas pelayanan yang benar, jujur dan tidak diskriminatif dan kebebasan memilih penanggung ( Pasal 4b-h)

2. Konsumen berhak memperoleh kompensasi atau ganti rugi apabila jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau sebagaimana mestinya. Dalam kenyataannya, sebagai akibat dari pelanggaran atas hak konsumen terhadap informasi yang benar, konsumen dirugikan dikemudian hari terutama apabila

80 Hendry Risjawan,

tanggal 17 Desember 2015).

timbul klaim atau pembatalan polis, konsumen lebih sering dirugikan dan tidak diberikan haknya (Pasal 4c).

3. Hak konsumen berhak atas harga yang wajar acapkali dilanggar terutama atas pembelian asuransi melalui agen yang tidak sah yang mengambil alih hak potongan harga untuk konsumen (Pasal 9a).

4. Pencatuman klausul baku yang letak atau bentuknya sulit terlihat atau sulit dimengerti (Pasal 18 ayat (2)). Kalusul baku seringkali dibuat dalam bahasa yang tidak dimengerti oleh konsumen (Bahasa Inggris) atau ditulis dengan gaya bahasa yang tidak mudah dimengerti masyarakat awam.

Peran OJK dalam melindungi konsumen secara khusus tertuang dalam Pasal 28 UU OJK dimana OJK melakukan tindakan pencegahan kerugian konsumen dan masyarakat, yang meliputi:

1. memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat atas karakteristik sektor jasa keuangan, layanan, dan produknya;

2. meminta Lembaga Jasa Keuangan untuk menghentikan kegiatannya apabila kegiatan tersebut berpotensi merugikan masyarakat; dan

3. tindakan lain yang dianggap perlu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan;

4. menampung pengaduan dari pihak konsumen yang dirugikan oleh pihak lembaga jasa keuangan beserta memberikan bantuan pembelaan hukum terhadap konsumen yang dirugikan tersebut;82

82

Hal tersebut sebagai perwujudan dari wewenang OJK itu sendiri dalam hal tugas pengawasan yaitu OJK menetapkan kebijakan operasional, melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen dan tindakan lain terhadap lembaga jasa keuangan, pelaku dan/atau penunjang kegiatan jasa keuangan, penunjukan dan pengelolaan pengguna statuter, memberikan perintah tertulis kepada lembaga jasa keuangan atau pihak lain, menetapkan sanksi administratif kepada pelaku pelanggaran peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan, termasuk kewenangan perizinan kepada lembaga jasa keuangan.83

Pengawasan terhadap bank dan perusahaan asuransi yang juga sebagai wujud dalam melindungi konsumen yang dilakukan oleh OJK dimana OJK meminta data dan informasi berkaitan dengan pelaksanaan ketentuan perlindungan konsumen dari pelaku usaha jasa keuangan dimana dalam kegiatan

bancassurance pelaku usaha yakni bank dan perusahaan asuransi.84Dimana data dan informasi tersebut dibuat dalam suatu kebijakan dan prosedur tertulis yang wajib dituangkan dalam standar prosedur operasional yang kemudian dijadikan panduan dalam seluruh kegiatan operasional.85 Dalam hal kewenangan OJK dalam melakukan pemeriksaan tulis terhadap perjanjian kerjasama bancassurance yang harus sesuai dengan Surat Edaran BI No. 12/35/DPNP Tahun 2010 butir II. C.1, 2 dan 3 mengenai penerapan manejemen risiko dalam rangka bancasurance.

83 Kasmir, Op Cit., hlm. 267.

84 Pasal 52 POJK Nomor 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan

85 Pasal 49 POJK Nomor 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan

1

BAB I PENDAHULUAN