• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanggung Jawab Para Pihak dalam Kerjasama Usaha Bancassurance

PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

C. Tanggung Jawab Para Pihak dalam Kerjasama Usaha Bancassurance

Awal dari adanya kegiatan bancassurance timbul dari perjanjian antara pihak bank dengan perusahaan asuransi. Sebuah perjanjian berisikan kesepakatan antar para pihak akan hak dan kewajiban (prestasi) masing-masing, sehingga berakibat hukum yakni pengenaan sanksi bagi pihak yang tidak menjalankan kewajibannnya.

Pihak bank dalam perjanjian kerjasama kegiatan bancassurance ini bertindak sebagai agen dari produk asuransi tersebut. Agen perusahaan adalah orang per seorangan atau badan usaha yang melayani beberapa pengusaha sebagai perantara dengan pihak ketiga. Agen berfungsi memberikan jasa perantara dari prinsipal atau penunjuk kepada konsumen di wilayah pemasaran tertentu. 58 Ciri spesifik dari agen adalah sebagai berikut:59

1. Pihak yang menjual barang atau jasa untuk dan atas nama prinsipal.

58

H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang I (Jakarta: Djambatan, 1995), hlm. 43.

59

Laporan Pengkajian tentang Beberapa Aspek Hukum Perjanjian Keagenan dan Distribusi yang disusun oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman tahun 1992/1993, hlm.10.

2. Pendapatan yang diterimanya berupa komisi berdasarkan jumlah barang atau jasa yang dijualnya kepada konsumen.

3. Barang dikirimkan langsung dari prinsipal ke konsumen jika antara agen dengan konsumen mencapai suatu persetujuan.

4. Pembayaran atas barang yang telah diterima konsumen langsung kepada prinsipal bukan melalui agen.

Karakteristik dari kontrak agensi adalah sebagai berikut :60

1. Agen dalam hal ini pihak bank tidak bertanggung jawab secara hukum langsung kepada pembeli, tetapi yang bertanggung jawab adalah perusahaan asuransi.

2. Agen dibatasi untuk satu territori tertentu. 3. Jangka waktu keagenan relatif singkat.

4. Titel kepemilikan terhadap prduk berpindah langsung dari pihak perusahaan asuransi kepada pihak pembeli.

5. Merek dan logo tidak disediakan oleh agen.

Jenis perjanjian pada kerjasama kegiatan bancassurance ini dapat digolongkan kepada perjanjian tidak bernama (Ombenoemde Overeenkomst). Dikatakan perjanjian ini tidak bernama, karena perjanjian tersebut di dalam praktik kehidupan sehari-hari mempunyai sebutan nama tertentu, tetapi tidak diatur di dalam undang-undang, setidaknya di Indonesia belum diberikan pengaturannya secara khusus.61

60 Ibid.

61 J. Satrio, Hukum Perikatan, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian (Bandung P.T Citra Aditya Bakti, 2001), hlm. 177.

Dasar hukum perjanjian tidak bernama tersebut berdasarkan kebebasan berkontrak, yakni pada Pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut KUHPerdata) yang menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah, berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Perjanjian tidak bernama diatur dalam Pasal 1319 KUHPerdata yang menyatakan bahwa semua perjanjian, baik yang mempunyai suatu nama khusus, maupun yang tidak terkenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan-peraturan umum. Sepanjang memenuhi Pasal 1320 KUHPerdata mengenai syarat sahnya kontrak,62

Sesuai dengan prinsip dalam kegiatan bancassurance, pihak bank-lah sebagai salah satu saluran dalam memberikan layanan produk asuransi dari perusahaan asuransi yang bekerja sama dengan pihak bank tersebut. Dalam perjanjian kerjasama ini, bank memperoleh komisi (fee based income) dari premi yang diperoleh, selain itu kerjasama ini merupakan sarana efektif karena dana maka perjanjian ini berlaku dan memiliki nilai hukum.

Posisi bank sebagai agen akan lebih berhubungan dengan kepentingan pihak perusahaan asuransi yang ‘mempekerjakannya’ untuk menjual produk asuransi daripada kepentingan nasabah bank yang menjadi potensial produk

bancassurance yang dijual. Sebagai agen, secara hukum bank tidak

menggantikan posisi perusahaan asuransi sebagai pihak penanggung dalam perusahaan asuransi.

62

Pasal 1320 KUHPerdata tentang syarat sahnya perjanjian ada 4 yaitu: 1. Kecakapan untuk mebuat suatu perikatan (Pasal 1329 KUHPerdata) 2. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya (Pasal 1321 KUHPerdata) 3. Sesuatu hal tertentu (Pasal 1333 KUHPerdata)

premi dapat langsung disimpan di bank yang bersangkutan. Juga, perusahaan asuransi nantinya juga memperoleh keuntungan dalam memperbesar preminya melalui saluran distribusi bank untuk menjangkau nasabah atau tertanggungnya. Perjanjian kerjasama ini ditetapkan juga bahwa jika perjanjian kerjasama antara pihak bank dengan perusahaan asuransi berakhir, maka kedua belah pihak tetap berkewajiban untuk melaksanakan segala kewajiban masing-masing yang masih harus dilakukan berdasarkan perjanjian itu.

Praktik bancassurance ini, terdapat beberapa pihak yang terkait dalam perjanjian kerjasama tersebut. Yang kedudukan serta hak dan kewajiban masing-masing para pihak akan diuraikan sebagai berikut :

1. Hak dan kewajiban para pihak63 a. Pihak bank

Pihak bank pada dasarnya dalam perjanjian kerjasama bancassurance memiliki 2 kedudukan. Hal ini disebabkan karena di satu sisi pihak perbankan adalah sebagai salah satu pihak dalam perjanjian kerjasama bancassurance dengan perusahaan asuransi tersebut dan kemudian kedudukan pihak perbankan sebagai tertanggung sebagai satu kesatuan dengan pihak nasabah yang akan meneruskan dalam pembayaran premi kepada pihak perusahaan asuransi. Dalam hal ini maka kewajiban dari pihak perbankan untuk mematuhi setiap isi perjanjian kerjasama bancassurance yang telah disepakati tersebut di antara kedua belah pihak.

63

Miranda Dalimunthe, “Tinjauan HukumTerhadap Praktik Bancassurance Melalui

Produk Perbankan Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan”, skripsi Sarjana, Fakultas Hukum USU, Medan, 2004, hlm.76.

Maka dalam perjanjian kerjasama bancassurance tersebut yang menjadi kewajiban pihak bank adalah :

1) Memberikan premi yang telah dibayarkan oleh pihak nasabah, kepada pihak perusahaan asuransi dimana tata cara pembayaran, perhitungan maupun besarnya premi untuk masing-masing pemegang dan jenis rekening ditutup asuransi didasarkan kesepakatan kedua belah pihak. 2) Menyampaikan data peserta kepada pihak perusahaan asuransi baik

produk bancassurance dalam kegiatan referensi, distribusi maupun integrasi produk, serta melakukan pengurusan jika terjadi klaim dari nasabah peserta asuransi terkhusus dalam produk bancassurance dalam kegiatan referensi dengan jenis referensi dalam rangka produk bank dan juga kegiatan integrasi produk.

Kemudian yang menjadi hak dari pihak perbankan adalah sebagai berikut :

1) Menentukan peserta atau nasabah konsumen produk bancassurance yang akan dilakukan secara bertahap untuk masing-masing jenis-jenis rekening dengan memperhatikan kondisi, peraturan yang berlaku dan sumber daya yang tersedia pada pihak perbankan.

2) Memegang polis induk yang diterbitkan pihak perusahaan asuransi. 3) Mendapatkan komisi (fee based income) dari premi yang dibyarkan

nasabah untuk disetor kepada pihak perusahaan asuransi b. Pihak perusahaan asuransi

Pihak perusahaan asuransi juga memiliki dua kedudukan dalam perjanjian kerjasama bancassurance ini, yakni sebagai pihak yang ikut dalam

perjanjian kerjasama bancassurance tersebut dan sebagai pihak penanggung dalam praktik bancassurance ini. Maka kewajiban dari pihak asuransi adalah :

1) Menerbitkan polis induk untuk disampaikan kepada pihak perbankan yang merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian.

2) Menanggung resiko atas kematian (asuransi jiwa); atas kecelakaan (asuransi kecelakaan) atau atas kebakaran rumah (asuransi kebakaran rumah).

Apabila terjadi resiko yang ditetapkan dalam suatu pertanggungan asuransi maka sudah selayaknyalah perusahaan asuransi mebayarkan uang pertanggungan. Demikian halnya dengan praktik kerjasama

bancassurance ini, perusahaan asuransi wajib membayar uang

pertanggungan yang diperjanjikan dalam perjanjian asuransi kepada nasabah. Namun prosedur yang harus ditempuh oleh nasabah atau ahli warisnya yang ingin mengajukan klaim tetap harus melalui pihak perbankan. Maka untuk mengajukan klaim asuransi, maka nasabah atau ahli waris harus melaporkan diri kepada pihak perbankan dengan mengikuti prosedur-prosedur yang telah ditentukan sebelumnya dalam perjanjian asuransi yang digunakan oleh nasabah.

Kemudian yang menjadi hak dari perusahaan asuransi adalah :

1) Menerima premi yaitu sejumlah uang yang dibayarkan oleh pihak perbankan untuk kepentingan penutupan asuransi nasabah.

2) Memeperoleh data nasabah pihak perbankan tersebut yang berhak menerima pertanggungan.

2. Tanggung jawab para pihak terhadap produk asuransi

Bank dan perusahaan asuransi selaku pelaku usaha jika dikaitkan dengan prinsip tanggung jawab maka harus ikut bertanggung jawab terhadap produk yang dipasarkannya, diproduksinya, dan diperdagangkannya (product liability). Artinya pelaku usaha wajib bertanggung jawab atas kerugian yang diderita konsumen atas penggunaan produk atau jasa yang dipasarkannya.64

Tanggung jawab pihak bank pada produk asuransi dapat dijabarkan sebagai berikut yaitu:

Bank yang bertindak sebagai agen pada dasarnya harus memiliki sifat-sifat yang diharapkan dari seorang agen yakni cermat sebagai konsultan asurani kepada nasabah, jujur karena menawarkan produk jangka panjang bahkan seumur hidup, berani karena premi asuransi yang ditawarkannya tidak dapat dinikmati dalam waktu dini dan bersih karena mempertaruhkan kepercayaan.

65

a. Memahami dan menguasai produk yang ditawarkan kepadan calon tertanggung atau pemilik polis, dengan segala instrumen-instrumen investasi yang ada di dalamnya sesuai dengan karekteristik dan fitur-fitur produk tersebut.

b. Penyampaian informasi produk asuransi yang harus transparan kepada nasabah baik mengenai rentang waktu, ilutrasi dan kinerja produk asuransi

64 Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen ( Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hlm. 97.

65

tersebut, risiko, pilihan variasi uang pertanggungan, pengambilan dana sebagian dan cara pengajuan klaim.

c. Tidak melaukan propaganda melalui produk yang dapat mendiskreditkan dan merusak nama baik perusahaan.

d. Selalu profesional dalam menjalankan tugasnya tanpa mencari keuntungan untuk pribadi.

e. Tidak menyalahgunakan premi asuransi, santunan asuransi pemilik polis atau tertanggung yang dapat merugikan pihak penanggung

f. Memberikan informasi yang jelas mengenai identitas dan data-data mengenai calon pemilik polis atau tertanggung dan penerima manfaat.

Perusahaan asuransi sebagai pihak yang mengeluarkan produk asuransi tersebut juga memiliki tanggung jawab terhadap produk asuransi yang dikeluarkannya, yang tertuang dalam yakni sebagai berikut:

a. Perusahaan dan/atau perusahaan pialang asuransi wajib menyampaikan informasi yang akurat, jelas, jujur, dan tidak menyesatkan mengenai roduk asuransi kepada pihak bank yang akan diteruskan kepada calon pemegang polis, tertanggung, atau peserta sebelum calon pemegang polis, tertanggung, atau peserta memutuskan untuk melakukan penutupan asuransi dengan perusahaan asuransi.

b. Perusahaan asuransi yang memasarkan PAYDI (Produk Asuransi Yang Dikaitkan Dengan Investasi) wajib memiliki, menerapkan, dan mengembangkan kebijakan dan prosedur penilaian kesesuaian produk asuransi dengan kebutuhan dan profil calon pemegang polis, tertanggung,

atau peserta yang menjadi target pemasaran (customer risk profile

assessment).

c. Perusahaan wajib menyelesaikan setiap keluhan terkait produk asuransi yang diajukan oleh pihak pemegang polis, tertanggung, atau peserta.

d. Perusahaan wajib menyampaikan polis asuransi kepada pemegang polis, tertanggung, atau peserta dalam bentuk hardcopy atau digital/elektronik. e. Dalam hal polis Asuransi disampaikan dalam bentuk digital/elektronik

sebagaimana dimaksud pada huruf f, bagian polis asuransi yang berupa ikhtisar polis tetap wajib disampaikan dalam bentuk hardcopy.

3. Perlindungan terhadap nasabah asuransi selaku konsumen bancassurance

Perlindungan konsumen adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan perlindungan hukum yang diberikan kepada konsumen dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya dari hal-hal yang sangat merugikan konsumen itu sendiri. Dalam bidang hukum, istilah ini masih relatif baru khususnya di Indonesia, sedangkan di negara maju, hal ini mulai dibicarakan bersamaan dengan berkembangnya industri dan teknologi.66

Pentingnya perlindungan hukum bagi konsumen disebabkan posisi tawar konsumen yang lemah. Perlindungan hukum terhadap konsumen mensyaratkan adanya pemihakan kepada posisi tawar yang lemah yakni pada konsumen tersebut. Perlindungan hukum bagi konsumen adalah suatu masalah yang besar, dengan persaingan global yang terus berkembang. Perlindungan hukum sangat Dalam hal kegiatan kerjasama bancassurance, konsumen disini adalah nasabah.

66 Janus Sidabolok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2000), hlm. 9.

dibutuhkan dalam persaingan dan banyaknya produk serta layanan yang menempatkan konsumen dalam posisi tawar yang lemah. Perlindungan hukum bagi konsumen dalam bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh Negara.67

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (selanjutnya disebut UUPK), pada dasarnya bukan merupakan awal dan akhir dari hukum yang mengatur tentang perlindungan konsumen, sebab di kemudian hari masih terbuka kemungkinan terbentuknya undang-undang baru yang pada dasarnya memuat ketentuan-ketentuan yang melindungi konsumen. Dengan demikian, UUPK ini merupakan payung yang mengintegrasikan dan memperkuat penegakan hukum di bidang perlindungan konsumen.68

a. meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri;

Tujuan diberikannya perlindungan terhadap nasabah selaku konsumen adalah sesuai dengan yang dinyatakan dalam Pasal 3 UUPK yakni:

b. mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari akses negatif pemakaian barang dan/atau jasa;

c. meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen;

d. menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi;

67 Abdul Hakim Barkatullah, Hak-hak Konsumen (Bandung : Nusa Media, 2010), hlm. 23.

68 Penjelasan Umum Alinea 10 dan 13 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

e. menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha;

f. meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen;

Nasabah asuransi selaku konsumen bancassurance harus dilindungi hak dan menjalankan apa yang menjadi kewajibannya. Hak dari konsumen tertuang dalam Pasal 4 UUPK yaitu :

a. hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa;

b. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;

c. hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa;

d. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan;

e. hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;

f. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

g. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;

h. hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;

i. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya;

Nasabah juga mempunyai kewajiban yang harus dilaksanakannya seperti yang tertulis dalam Pasal 5 UUPK, yakni:

a. membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan;

b. beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa; c. membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;

d. mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut;

Pelaku usaha demi mewujudkan perlindungan konsumen, mempunyai hak (Pasal 6 UUPK) yaitu sebagai berikut:

a. hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak baik;

b. hak untuk melakukan pembelaan diri sepatunya di dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen;

c. hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

d. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

e. kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan; Kewajiban pelaku usaha (Pasal 7 UUPK) yaitu sebagai berikut: a. beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;

b. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan;

c. memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;

d. menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;

e. memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan;

f. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

g. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian;