• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bentuk Deviden Lain

Dalam dokumen AKUNTANSI KEUANGAN 2 (Halaman 64-70)

5 LABA DITAHAN, DEVIDEN DAN SAHAM

5.4 Bentuk Deviden Lain

Kadang-kadang deviden dibagikan dalam bentuk aktiva selain kas, deviden dalam bentuk ini disebut property devidends. Aktiva yang dibagikan bisa berbentuk surat-surat berharga perusahaan lain yang dimiliki oleh perseroan terbatas, barang dagangan atau aktiva-aktiva lain. Pemegang saham akan mencatat deviden yang diterimanya ini sebesar harga pasar aktiva tersebut. Akan tetapi perseroan terbatas yang membagi property devidends

Laba Ditahan, Deviden dan Saham 59

akan mencatat deviden ini sebesar nilai buku aktiva yang dibagikan. Sebagai ilustrasi di bawah ini diberikan contoh pembagian deviden aktiva selain kas sebagai berikut:

PT Sejahtera Millenia mempunyai 10.000 lembar saham PT Tamma, dengan harga perolehan sebesar Rpl.100.000,-. Saham PT Sejahtera Millenia yang beredar sebanyak 10.000 lembar. Pada tanggal 15 Desember 2005 diumumkan pembagian property devidens di mana setiap lembar saham PT Sejahtera Millenia akan menerima deviden 1 lembar saham PT Tamma, pembagiannya pada tanggal 15 Januari 2006. Harga pasar saham PT Tamma pada tanggal 15 Januari 2006 sebesar Rpl25,- per lembar. Jurnal yang dibuat oleh PT Sejahtera Millenia sebagai berikut:

15 Desember 2005

Laba ditahan Rpl.100.000,-

Utang deviden saham PT Tamma Rpl.100.000,-

15 Januari 2006

Utang deviden saham PT Tamma Rpl.100.000,-

Investasi dalam saham PT Tamma Rpl.100.000,-

Selanjutnya adalah deviden utang (scrip devidends) yang timbul apabila laba ditahan itu saldonya mencukupi untuk pembagian deviden, tetapi saldo kas yang ada tidak cukup. Oleh karena itu, perusahaan akan mengeluarkan scrip devidends yaitu janji tertulis untuk membayar jumlah tertentu di waktu yang akan datang. Scrip devidends dapat berbunga atau tidak. Selanjutnya disajikan contoh, PT Sinar Sentosa mengumumkan pembagian scrip devidens sebesar Rpl.000.000,- bunga 10% jatuh tempo 3 bulan kemudian. Jurnal yang dibuat oleh PT Sinar Sentosa sebagai berikut:

Laba ditahan Rpl00.000,-

Utang deviden scrip Rpl00.000,-

Ketika jatuh tempo, scrip dan bunganya dilunasi dengan jurnal sebagai berikut:

Utang deviden scrip Rpl00.000,-

Biaya bunga 2.500,-

Kas Rpl02.500,-

Biaya bunga = 3/12 x 10% x Rpl00.000,- = Rp2.500,-.

Berikutnya adalah deviden likuidasi adalah deviden yang sebagian merupakan pengembalian modal. Deviden likuidasi ini dicatat dengan mendebit rekening pengembalian modal yang dalam neraca dilaporkan sebagai pengurang modal saham. Dalam perusahaan yang memiliki wasting assets yang tidak akan diganti, bisa membagi deviden likuidasi secara periodik. Biasanya modal yang dikembalikan adalah sebesar deplesi yang diperhitungkan untuk periode tersebut. Apabila perusahaan membagi deviden likuidasi, maka para pemegang saham harus diberitahu mengenai berapa jumlah pembagian laba dan berapa yang merupakan pengembalian modal, sehingga para pemegang saham bisa mengurangi rekening investasinya.

Kemudian deviden saham yaitu pembagian tambahan saham, tanpa dipungut pembayaran kepada para pemegang saham, sebanding dengan saham-saham yang dimilikinya. Deviden saham bisa dibagikan sebagai berikut: 1. Deviden saham berupa saham yang jenisnya sama, misalnya deviden

saham biasa untuk memegang saham biasa, atau deviden saham prioritas untuk pemegang saham prioritas, disebut deviden saham biasa.

2. Deviden saham berupa saham yang jenisnya berbeda, misalnya deviden saham prioritas untuk pemegang saham biasa atau deviden saham biasa untuk pemegang saham prioritas, disebut deviden saham spesial.

Ada beberapa keadaan atau alasan-alasan yang membenarkan pembagian deviden saham, antara lain:

1. Keinginan pimpinan perusahaan untuk menahan laba secara tetap yaitu dengan mengkapitalisasi sebagian laba ditahan. Akibat adanya deviden saham ialah menaikkan jumlah modal disetor yaitu dengan cara membebani rekening laba ditahan dan dikreditkan ke rekening modal saham.

2. Untuk dapat membagi deviden tanpa pembagian aktiva yang diperlukan untuk modal kerja atau ekspansi.

3. Untuk menaikkan jumlah lembar saham yang beredar, sehingga harga pasarnya akan menurun. Akibatnya yang lain adalah untuk mendorong perdagangan saham.

Deviden saham ini berbeda dengan pemecahan saham. Karena dalam pemecahan saham tidak ada perubahan struktur modal. Tetapi dalam deviden saham terjadi perubahan struktur modal, walaupun jumlah modal keseluruhan tidak berubah. Dalam deviden saham, nilai nominal per lembar tidak berubah,

Laba Ditahan, Deviden dan Saham 61

tetapi dalam pemecahan saham, nilai nominal sahamnya berubah. Sebagai ilustrasi pembagian deviden saham, berikut disajikan contoh sebagai berikut: Modal PT Mulia Agung adalah sebagai berikut:

Modal saham prioritas, nominal Rp2.000,- beredar

5.000 lembar Rpl0.000.000,-

Modal saham biasa, nominal Rpl.000,- beredar 10.000

lembar 10.000.000,-

Agio saham prioritas 1.000.000,-

Agio saham biasa 1.500.000,-

Laba ditahan 15.000.000,-

Jumlah Rp37.500.000,-

Harga pasar per lembar: Saham prioritas = Rp2.500,- Saham biasa = Rpl.100,-.

Untuk mencatat deviden saham, terdapat beberapa harga yang dapat digunakan yaitu dicatat sebesar harga pasar pada saat saham dibagi, dicatat sebesar nilai nominal saham, dan dicatat sebesar harga jual sahamnya dulu sehingga jumlah agio atau disagionya sama. Sedangkan contoh pencatatannya adalah sebagai berikut :

Contoh pertama:

Diumumkan pembagian deviden saham sebesar 10% untuk pemegang saham biasa. Jurnal yang dibuat untuk mencatat deviden sebagai berikut:

Pada tanggal pengumuman:

Laba ditahan Rpl.100.000,-

Utang deviden saham biasa Rpl.000.000,-

Agio saham biasa 100.000,-

Pada tanggal pengeluaran:

Utang deviden saham biasa Rpl.000.000,-

Modal saham biasa Rpl.000.000,-

Diumumkan deviden saham biasa 50% untuk pemegang saham biasa. Harga pasar saham biasa per lembar menurun menjadi Rp750,-. Jumal yang dibuat sebagai berikut

Pada tanggal pengumuman:

Laba ditahan Rp5.000.000,-

Utang deviden saham biasa Rp 5.000.000,-

Pada tanggal pengeluaran:

Utang deviden saham biasa Rp5.000.000,-

Modal saham biasa Rp5.000.000,-

Apabila dalam contoh kedua perusahaan menginginkan untuk mencatat kapitalisasi ini sesuai dengan penjualan modal saham biasa, yaitu dengan agio sebesar Rpl50,- per lembar, maka jurnalnya sebagai berikut:

Pada tanggal pengumuman:

Laba ditahan Rp5.750.000,-

Utang deviden saham biasa Rp5.000.000,-

Agio saham biasa 750.000,-

Pada tanggal pengeluaran:

Utang deviden saham biasa Rp5.000.000,-

Modal saham biasa Rp5.000.000,-

Contoh ketiga :

Diumumkan deviden saham biasa, 20% dari saham yang beredar untuk pemegang saham biasa dan prioritas.

Pada tanggal pengumuman:

Laba ditahan (300 lembar @Rpl.l00,- ) Rp3.300.000,- Utang deviden saham biasa (300

lembar @Rpl.000,-) Rp3.000.000,-

Agio saham biasa (3.000 lembar @

Rpl00,-) 300.000,-

Laba Ditahan, Deviden dan Saham 63

Utang deviden saham biasa Rp3.000.000,-

Modal saham biasa Rp3.000.000,-

Contoh keempat:

Diumumkan deviden saham biasa, setiap 5 lembar saham biasa yang beredar akan menerima 1 lembar saham biasa. Untuk pembagian deviden saham ini dikeluarkan hak untuk menerima deviden yang disebut fractional share warrants. Pemegang saham yang memiliki 24 lembar saham biasa, akan menerima 24 lembar hak deviden. Agar bisa memperoleh 5 lembar saham, maka ia harus membeli 1 lembar hak deviden, atau jika tidak mau membeli, maka ia dapat menjual 4 lembar hak devidennya. Dalam hal ini perusahaan mengeluarkan hak deviden untuk pembagian deviden saham sebanyak 2.000 lembar, nominal Rpl.000,-. Harga pasar saham Rpl.100,- per lembar.

Jurnal:

Pada tanggal pengumuman:

Laba ditahan (2.000 lembar @ Rpl.100,-)

Rp2.200.000,-

Utang deviden saham biasa Rp2.000.000,-

Agio saham biasa 200.000,-

Pengeluaran hak deviden:

Utang deviden saham biasa Rp2.000.000,-

Hak deviden yang beredar Rp2.000.000,-

Pada tanggal pembagian saham:

Misalnya 10% hak deviden tidak digunakan dan menjadi batal.

Hak deviden yang beredar Rp2 000.000,-

Modal saham biasa Rpl.800.000,-

Modal disetor - Hak deviden yang

tidak dipakai 200.000,-

Jika disusun neraca sesudah pengumuman deviden saham, tetapi sebelum pembagian saham, maka utang deviden saham biasa dilaporkan dalam neraca sebagai tambahan pada modal saham.

Selanjutnya penjelasan pada deviden saham preferen yang berakumulasi, sebelum secara resmi diumumkan belum merupakan utang perusahaan.

Tetapi supaya jelas, di dalam neraca diminta untuk melaporkan adanya akumulasi deviden tersebut. Cara melaporkannya dalam neraca adalah : a. Dengan catatan kaki.

b. Laba ditahan yang tidak dibatasi dikurangi dengan jumlah deviden yang belum dibayar dengan cara sebagai berikut:

Laba ditahan:

Jumlah deviden saham preferen yang belum dibayar Rp1.00.000,-

Yang tidak dibatasi 500.000,-

Jumlah Rp600.000,-

Jika saham yang beredar itu tanpa nominal, maka deviden yang akan dibagikan harus dinyatakan dalam rupiah dan bukan dalam persentase. Apabila perusahaan ingin mentransfer laba ditahan ke modal saham, tidak perlu mengumumkan deviden saham tetapi cukup dengan membuat jurnal sebagai berikut:

Laba ditahan Rxx

Modal saham Rxx

Dalam dokumen AKUNTANSI KEUANGAN 2 (Halaman 64-70)