• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bentuk Perlindungan Hukum UMKMK dalam Pengaturan Penanaman Modal

PERLINDUNGAN HUKUM USAHA MIKRO KECIL MENENGAH DAN KOPERASI (UMKMK) MELALUI DAFTAR NEGATIF INVESTASI

D. Bentuk Perlindungan Hukum UMKMK dalam Pengaturan Penanaman Modal

UMKM berdasarkan Perpres Nomor 39 tahun 2014 adalah sebagai bentuk kelanjutan dalam undang-undang penanaman modal, yakni untuk membina dan mengembangkan UMKMK di Indonesia dan sebagai upaya untuk melindungi sumber daya alam, perlindungan pengembangan usaha mikro, kecil menengah dan koperasi, pengawasan produksi dan distribusi, peningkatan kapasitas, teknologi partisipasi modal dalam negeri, serta kerjasama dengan badan usaha yang

ditunjuk pemerintah.103

D. Bentuk Perlindungan Hukum UMKMK dalam Pengaturan Penanaman Modal

Usaha yang dilakukan dalam rangka untuk menarik dan mempertahankan Foreign Direct Investment (FDI) atau penanaman modal asing secara langsung, negara-negara sering menyediakan insentif atau perangsang penanaman modal dengan harapan untuk menarik dan menahan investor asing. Insentif dalam penanaman modal pada umumnya tentang keuangan atau fiskal, tetapi ada juga dalam bentuk lain, seperti pengaturan berupa pemberian konsesi yang mencakup

103

pembebasan dari hukum lingkungan dan hukum perburuhan. Biasanya pemerintah memberlakukan insentif penanaman modal untuk mempenaruhi investor untuk memutuskan menanamkan modalnya, untuk memperluas suatu bisnis yang ada,

atau supaya tidak memindahkan modalnya ke tempat lain.104

Di negara Amerika Serikat dari segi jumlah unit usaha, sebagian besar dari perekonomiannya terdiri dari usaha-usaha skala kecil meskipun bertahan dan berkembangnya usaha kecil tersebut juga disebabkan karena adanya kebijaksanaan baik melalui undang-undang anti monopoli terhadap usaha-usaha besar maupun pengaturan administrasi pemeliharaan kebebasan ekonomi bagi

usaha kecil.105

1. Dalam kegiatan ekonomi yang semakin kompetitif usaha besar tetap berjalan

seiring dengan perkembangan usaha kecil

Ada beberapa hal yang dapat ditarik dari pengalaman di negara-negara berkembang antara lain:

2. Dalam perkembangan usaha besar memang memerlukan bahan baku yang

dihasilkan usaha kecil sehingga menjamin kontinuitas usaha baik bagi usaha besar maupun usaha kecil

3. Dalam perkembangan usaha besar dan usaha kecil terjadi hubungan saling

membutuhkan sehingga saling mendukung kepentingan dan keperluan usaha

104

Erman Rajagukguk, hukum penanaman modal di Indonesia –Anatomi Undang-Undang Nomor25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal , Cet.I (Jakarta:Fakultas Hukum Universitas Al-Azhar Indonesia,2007), Hlm.1. dalam Ermanto Fahamsyah

105

yang pada akhirnya dapat saling memperkokoh sehingga mendorong

pertumbuhan dan perkembangan usaha. 106

Umumnya usaha besar dan menengah tersebut, lebih banyak mengandalkan pada dukungan sumberdaya manusia yang profesional, dan teknologi modern sehingga mampu menghasilkan produk yang lebih efisien dan lebih kompetitif di era persaingan bebas. Berbeda dengan usaha besar dan menengah, usaha kecil dan koperasi tampaknya lebih mampu bertahan terhadap berbagai perubahan kondisi ekonomi bahkan menjadi tumpuan harapan dalam menggerakkan perekonomian nasional. Usaha kecil dan koperasi terbukti tangguh terutama pada usaha kecil dan koperasi yang berorientasi pada ekspor dan

menggunakan bahan baku dalam negeri.107

Undang-Undang Penanaman Modal sebagai dasar hukum utama pelaksanaan penanaman modal di Indonesia dan peraturan pelaksananya, memberikan berbagai insentif barupa pelayanan, fasilitas, kemudahan dan jaminan bagi investor yang diberikan dalam kegiatan penanaman modal di Indonesia. Insentif yang diberikan meliputi insentif langsung maupun insentif tidak langsung. Pemberian insentif ini bertujuan untuk lebih dapat menarik investor.108

Selain insentif, pemberian fasilitas terhadap investor juga merupakan upaya untuk tetap memperhatikan tingkat daya saing perekonomian dan kondisi keuangan negara dan harus promotif dibandingkan dengan fasilitas negara lain. Pemberian fasilitas ini juga merupakan upaya yang dilakukan agar tenaga kerja 106 Ibid., hlm. 33 107 Ibid., hlm. 36. 108

diserap, menjalin keterkaitan pembangunan ekonomi dengan pelaku ekonomi kerakyatan, orientasi ekspor dan insentif yang lebih menguntungkan kepada penanaman modal yang menggunakan alat produksi dalam negeri. Salah satu insentif yang diatur dalam undang-undang penanaman modal yaitu insentif langsung seperti kepemilikan modal 100% bagi penanaman modal asing. Penanaman modal asing sebagaimana dijelaskan sebelumnya adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing baik yang menggunakan modal asing

sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanaman modal dalam negeri.109

Penanaman modal asing diberikan kemungkinan kepemilikan modal sebesar 100% oleh undang-undang penanaman modal. Pengaturan pemerintah ini, dimaksudkan untuk memberikan insentif atau kelonggaran bagi penanaman modal asing. Tetapi, pengaturan ini harus memenuhi persyaratan lain seperti bidang usaha, sifat usaha, bentuk usaha, komposisi kepemilikan saham dan divestasi. Fasilitas yang diberikan kepada penanaman modal asing hanya untuk bidang-bidang tertentu dan dipandang tidak sampai merugikan kepentingan nasional dalam hal termasuk di dalamnya usaha mikro kecil menengah dan koperasi. Pelaksana kegiatan penanaman modal dalam negeri adalah setiap yang terlibat didalamnya tentu penanam modal dalam negeri atau disebut penanam modal nasional, namun pelaksana kegiatan penanaman modal asing, para pihak yang terlibat didalamya bisa penanam modal asing seluruhnya atau bisa satu pihak merupakan pemodal asing dan pihak lain pemodal dalam negeri (joint venture).

109

Sehingga diatur daftar negatif investasi yang mencantumkan bidang-bidang usaha yang dibolehkan atau terbuka yang kepemilikan modalnya bagi investor asing sebesar 100% yang diatur dalam Perpres Nomor 39 Tahun 2014.

Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk memberikan pertimbangan kepada para investor sebelum menanamkan modalnya di Indonesia, pemberian dan pengaturan ini juga sebagai upaya untuk mengurangi resiko dalam berinvestasi yaitu sebagai upaya transparansi, yaitu dengan kejelasan dari prosedur, proses administrasi, kebijakan investasi dan kejelasan mengenai perundang-undangan. Sebagai wujud dari transparansi oleh negara penerima modal. Tujuan transparansi atau keterbukaan adalah membuka ketertutupan informasi, agar tidak menimbulkan ketidakpastian bagi investor. Ketidakpastian dapat mengakibatkan

investor sulit untuk mengambil keputusan untuk berinvestasi.110

Menurut Setiono perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya untuk melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan ketentraman sehingga memungkinkan manusia untuk menikmati martabatnya sebagai

manusia.111

Apabila dilihat dari segi hukum, salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah memberi landasan hukum yang kuat (misalnya dalam bentuk

Oleh sebab itu setiap individu di negara Indonesia memiliki hak untuk memperoleh perlindungan hukum, demikian halnya dengan UMKMK berhak untuk memperoleh perlindungan hukum.

110

Bismar Nasution, “Prinsip Keterbukaan, Pengelolaan Perusahaan yang Baik dan Persyaratan Hukum di Pasar Modal”, http://www.BismarNasty/Wordpress.com (diakses pada tanggal 13 Maret 2016).

(diakses

undang) yang memungkinkan berkembangnya usaha industri kecil. Adanya undang-undang yang mengatur usaha kecil merupakan suatu statement tentang adanya kehadiran usaha industri, kecil sekaligus merupakan peringatan bahwa kehadiran mereka penting dan perlu mendapat bantuan. Hal penting yang harus diperhatikan dalam penyusunan undang-undang tersebut adalah bahwa penyusunan harus benar-benar didasarkan pada kebutuhan masyarakat dunia

usaha industri kecil.112

1. produksi senjata, mesiu, alat peledak, dan peralatan perang; dan Hal tersebut telah diatur dalam undang-undang tentang usaha mikro kecil dan menengah.

Bentuk perlindungan hukum terhadap UMKMK dalam pengaturan penanaman modal adalah dengan menetapkan daftar negatif investasi sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Penanaman Modal pada Pasal 12 menyatakan bahwa semua bidang usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan. Artinya bahwa ada pembatasan-pembatasan yang dilakukan oleh pemerintah dan pengaturan melalui UUPM, sebagai bentuk perlindungan hukum bagi UMKMK. Seperti ketentuan dalam Pasal 12 ayat (2) terdapat bidang usaha yang tertutup bagi penanam modal asing yaitu:

2. bidang usaha yang secara eksplisit dinyatakan tertutup berdasarkan undang-undang.

112

Pemerintah berdasarkan Peraturan Presiden menetapkan bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal, baik asing maupun dalam negeri, dengan berdasarkan kriteria kesehatan, moral, kebudayaan, lingkungan hidup, pertahanan dan keamanan nasional, serta kepentingan nasional lainnya. Selain itu pemerintah juga membentuk kriteria serta persyaratan bidang usaha yang tertutup dan yang terbuka dengan persyaratan serta daftar bidang usaha yang tertutup dan yang terbuka dengan persyaratan masing-masing akan diatur dengan Peraturan Presiden.

1. Tinjauan kebijakan revisi daftar negatif investasi perubahan jenis/bidang

usaha yang tertutup dan terbuka dengan persyaratan

Upaya pemerintah untuk menarik penanaman modal di Indonesia, bahkan ingin melipatgandakan investasi dari tahun ke tahun, salah satu langkah yang ditempuh adalah dengan cara memberi kelonggaran dan kemudahan bagi penanam modal untuk memilih bidang-bidang usaha yang diminati dengan

memberikan keleluasaan yang sebesar-besarnya.113

113

Rai Widjaja, Penanaman Modal (Jakarta: PT.Pradnya Paramita, 2005), hlm. 77.

Sesuai dengan ketentuan yang dimuat dalam Pasal 12 Undang-Undang Penanaman modal, Pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden yang mengatur kriteria dan persyaratan bidang usaha yang tertutup dan terbuka dengan persyaratan, yaitu Peraturan Presiden Nomor76 Tahun 2007 tentang kriteria dan persyaratan penyusunan bidang usaha yang tertutup dan yang terbuka dengan persyaratan di bidang penanaman modal (Perpres Nomor 76 Tahun 2007), dan untuk negative list pemerintah menetapkan

Peraturan Presiden Nomor 77 tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan di bidang penanaman

modal (Perpres 77 Tahun 2007).114

Pengaturan Negative List dalam Perpres Nomor 36 Tahun 2010, setelah empat tahun juga mengalami perubahan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2014 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal. Perubahan

Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2007 yang memuat negative list pada saat baru lahirnya Undang-Undang Penanaman Modal pada tahun 2007 mengatur bahwa Peraturan Presiden tersebut berlaku tiga tahun sejak diundangkan atau apabila dipandang perlu dapat ditinjau sesuai kebutuhan dan perkembangan keadaan. Dalam kurun waktu kurang dari setengah tahun sejak diberlakukannya Perpres 77 Tahun 2007, Perpres ini diubah berdasarkan Perpres Nomor 111 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2007 tentang Daftar Bidang usaha Yang Tertutup dan Bidang yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.

Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2007 jo Peraturan Presiden Nomor 111 tahun 2010 diubah kembali berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010 tentang Daftar Bidang Usaha yang tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.

114

beberapa kali atas Negative List tersebut menunjukkan adanya kebutuhan yang

terus berubah seiring dengan perkembangan ekonomi yang sangat dinamis.115

Era pemerintahan Presiden Jokowi mengeluarkan beberapa kebijakan ekonomi dan salah satunya yang menyangkut daftar negatif investasi dirumuskan dalam kebijakan ekonomi kesepuluh yakni membahas tentang revisi atas Perpres Nomor 39 Tahun 2014. Revisi tersebut memuat hal-hal yang menyangkut pengaturan terkait daftar negatif investasi sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2014 tentang Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang terbuka dengan Persyaratan mulai dibahas oleh pemerintah untuk membentuk suatu aturan baru dalam kebijakan ekonomi kesepuluh yang membahas tentang revisi atas beberapa bidang usaha yang akan dibuka kembali

kepada penanaman modal asing. kebijakan tersebut antara lain : 116

a. Memperkuat efektivitas pelaksanaan kebijakan DNI dengan menambah

ketentuan:

1) Menegaskan definisi kemitraan sesuai dengan sektor, seperti 20%

plasma;

2) Peningkatan kepastian usaha (grand father clause), seperti

mengawasai pelaksanaan bidang usaha yang telah disetujui investasinya tetap berjalan meskipun terjadi perubahan Daftar Negatif Investasi (DNI);

3) Peningkatan kepatuhan kementerian/lembaga dan Pemerintah

Daerah dalam pelaksanaan Daftar Negatif Investasi (DNI); dan

115

Ibid., David Kahuripan, hlm.70.

4) Memberikan saluran penyelesaian cepat permasalahan pelaksanaan Daftar Negatif Investasi (DNI) melalui Tim Nasional Peningkatan Investasi dan Peningkatan Ekspor.

b. Bidang usaha yang dikeluarkan dari daftar negatif investasi

Sebanyak 35 bidang usaha, antara lain: industri crumb rubber,cold storage, pariwisata (restoran, bar, café, usaha rekreasi, seni, dan hiburan: gelanggang olah raga), industri perfilman, penyelenggara transaksi perdagangan secara elektronik (market place) yang bernilai Rp.100 milyar ke atas; pembentukan lembaga pengujian perangkat telekomunikasi, pengusahaan jalan tol; pengelolaan dan pembuangan sampah yang tidak berbahaya, industri bahan baku obat.

c. Jenis/bidang usaha yang tertutup

1) Berdasarkan Undang-Undang Penanaman Modal, bidang usaha yang

tertutup terdiri dari: tertutup untuk Penanaman Modal Asing (PMA), yaitu produksi senjata, mesiu, alat peledak, dan peralatan perang; bidang usaha yang secara tegas dinyatakan tertutup berdasarkan undang-undang; dan bidang usaha yang tertutup berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2014.

2) Saat ini dalam daftar negatif investasi (DNI) terdapat 20 bidang

usaha yang tertutup untuk semua penanaman modal, seperti: budidaya ganja, penangkapan spesies ikan yang dilarang berdasarkan peraturan internasional (Convention on International Trade in

Endangered Species of Wild Fauna and Flora/CITES), bahan kimia yang berbahaya bagi lingkungan dan keamanan, perjudian/kasino.

3) Di dalam daftar negatif inevstasi (DNI) yang baru ditambah lagi 1

(satu) bidang usaha yang tertutup dengan alasan kelestarian lingkungan, yaitu pemanfaatan (pengambilan) koral/karang dari alam untuk bahan bangunan/kapur/kalsium, akuarium, dan souvenir/perhiasan, serta koral hidup atau koral mati dari alam.

d. Perlindungan dan pengembangan Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan

Koperasi (UMKMK)

1) Dalam Daftar Negatif Investasi (DNI) sebelumnya bidang usaha

yang dicadangkan untuk UMKMK, sebanyak 139 bidang usaha, seperti antara lain: usaha budidaya tanaman pangan pokok dengan luas kurang dari 25 ha, usaha pembenihan perkebunan dengan luas kurang dari 25 ha, usaha pengolahan hasil perikanan secara terpadu dengan penangkapan ikan di perairan umum, agen perjalanan wisata.

2) Dalam Daftar Negatif Inevstasi (DNI) baru bertambah 19 bidang

usaha yang tercakup dalam kegiatan jenis usaha jasa bisnis/jasa konsultasi konstruksi yang menggunakan teknologi sederhana/madya dan/atau resiko kecil/sedang dan/atau nilai pekerjaan dibawah Rp 10 milyar, yang sebelumnya dipersyaratkan saham asing sebesar 55%, seperti jasa pra design dan konsultasi, jasa design arsitektur, jasa administrasi kontrak, jasa arsitektur lainnya.

3) Selain itu terdapat 39 bidang usaha yang dicadangkan UMKMK ditingkatkan nilai pekerjaanya dari semula sampai dengan Rp 1 milyar menjadi sampai dengan Rp 50 milyar, yaitu kegiatan yang tercakup dalam jenis usaha jasa konstruksi, seperti pekerjaan konstruksi untuk bangunan komersial, pekerjaan konstruksi untuk bangunan sarana kesehatan, pekerjaan konstruksi lainnya, dsb.

4) Untuk memperluas kegiatan UMKMK dilakukan reklasifikasi yang

menyederhanakan bidang usaha, misalnya 19 bidang usaha jasa bisnis/jasa konsultasi konstruksi dijadikan 1 jenis usaha yang dapat dilakukan oleh UMKMK untuk 19 bidang kegiatan. Oleh karena itu jenis/bidang usaha yang dicadangkan untuk UMKMK menjadi lebih sederhana dari 139 menjadi 93 kegiatan usaha.

5) Kemitraan yang ditujukan agar Penanaman Modal Dalam Negeri dan

Penanaman Modal Asing bekerja sama dengan UMKMK yang semula 48 bidang usaha, bertambah 3 bidang usaha sehingga menjadi 51 bidang usaha, yaitu antara lain: usaha perbenihan perkebunan dengan luas 25 Ha atau lebih, perdagangan eceran melalui pemesanan pos dan internet.

6) Disamping yang tegas diatur untuk perlindungan dan pengembangan

UMKMK melalui cadangan investasi dan kemitraan, maka UMKMK juga tetap dapat melakukan penanaman modal, baik yang tidak diatur dalam daftar negatif investasi maupun bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan lainnya.

e. Kelonggaran investasi

1) Hilangnya rekomendasi, sebanyak 82 bidang usaha antara lain

untuk: hotel (non bintang, bintang satu, bintang dua), motel, usaha rekreasi, seni, dan hiburan: biliar, bowling, lapangan golf.

2) Penyatuan bidang usaha menjadi 1 jenis usaha untuk mempermudah

perizinan investasi, misalnya 39 bidang usaha seperti membangun gudang, membuat bangunan, reparasi bangunan menjadi 1 jenis usaha, yaitu jasa konstruksi.

f. Peningkatan besaran modal asing

1) Dalam DNI komposisi saham PMA adalah:

a) 30% sebanyak 32 bidang usaha, yaitu antara lain budi daya

hortikultura, perbenihan hortikulutura, dan sebagainya, tetapi tidak berubah karena undang-undang.

b) 33% sebanyak 3 bidang usaha, yaitu distributor dan

pergudangan meningkat menjadi 67%, serta cold storage meningkat menjadi 100%.

c) 49% sebanyak 57 bidang usaha, dimana 14 bidang usaha

meningkat menjadi 67% (seperti: pelatihan kerja, biro perjalanan wisata, lapangan golf, jasa penunjang angkutan udara, dsb); dan 9 bidang usaha meningkat menjadi 100%

(seperti: sport center, laboratorium pengolahan film, industri

crumb rubber, dsb); serta 34 bidang usaha tetap 49%, seperti fasilitas pelayanan akupuntur.

d) 51% sebanyak 14 bidang usaha, dimana 10 bidang usaha meningkat menjadi 67% (seperti: museum swasta, jasa boga, jasa konvensi, pameran dan perjalanan insentif, dsb); dan 1 bidang usaha meningkat menajdi 100%, yaitu restoran; serta 3 bidang usaha tetap 51%, seperti pengusahaan pariwisata alam.

e) 55% sebanyak 1 bidang usaha, yang meningkat menjadi 67%,

yaitu jasa bisnis/jasa konsultansi konstruksi dengan nilai pekerjaan diatas Rp. 10.000.000.000,00.

f) 65% sebanyak 2 bidang usaha, dimana 2 bidang usaha

meningkat menjadi 67%, seperti penyelenggaraan jaringan komunikasi, penyelenggaraan jaringan telekomunikasi yang terintegrasi dengan jasa telekomunikasi, dsb.

g) 85% sebanyak 4 bidang usaha, dimana 1 bidang usaha

meningkat menjadi 100%, yaitu industri bahan baku obat; dan 3 bidang usaha lainnya tetap karena undang-undang, seperti sewa guna usaha, dan sebagainya.

h) 95% sebanyak 19 bidang usaha, dimana 5 bidang usaha

meningkat menjadi 100% (seperti: pengusahaan jalan tol, pembentukan lembaga pengujian perangkat telekomunikasi/tes laboratorium, dsb), dan 14 bidang usaha tetap 95% karena undang-undang seperti usaha perkebunan dengan luas 25 ha atau lebih yang teritegrasi dengan unit pengolahan dengan kapasitas sama atau melebihi kapasitas tertentu, dan sebagainya.

2) Dari penanaman modal dalam negeri 100% menjadi dibolehkannya asing dengan besaran saham tertentu sebanyak 20 bidang usaha, yaitu antara lain: instalasi pemanfaatan tenaga listrik tegangan tinggi/ekstra tinggi (49%), angkutan orang dengan moda darat (49%), jasa pelayanan penunjang kesehatan (67%), industri perfilman termasuk peredaran film (100%).

Kebijakan revisi daftar negatif diatas memberikan berbagai banyak perubahan dalam bidang usaha yang sebelumnyaUMKMK dapat terus menerus berinovasi serta dengan adanya partisipasi yang aktif dari pekerja UMKM untuk selalu mengembangkan keahlian serta keterampilan mereka.

BAB V