• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tujuan Perlindungan Hukum UMKMK berdasarkan Perpres Nomor 39 Tahun 2014

PERLINDUNGAN HUKUM USAHA MIKRO KECIL MENENGAH DAN KOPERASI (UMKMK) MELALUI DAFTAR NEGATIF INVESTASI

C. Tujuan Perlindungan Hukum UMKMK berdasarkan Perpres Nomor 39 Tahun 2014

Hal ini dilakukan oleh pemerintah sebagai perlindungan dan memberikan kedudukan yang setara diantara para pihak. Selain itu saling mendukung, bantuan serta perkuatan dari usaha besar dengan UMKM.

Usaha kecil atau usaha perseorangan adalah organisasi perusahaan yang terbanyak jumlahnya dalam setiap perekonomian. Tetapi sumbangannya kepada

97

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013, pasal 30.

98

keseluruhan produksi nasional tidaklah terlalu besar, karena kebanyakan dari usaha tersebut dilakukan secara kecil-kecilan, yaitu modalnya tidak teralu besar dan begitu pula halnya dengan hasil produksi dan penjualannya. Keuntungan terpenting dari perusahaan perseorangan adalah kebebasan yang tidak terbatas

yang dimiliki pemiliknya.99

Menurut Hymer untuk kegiatan yang demikian berlaku hukum pembangunan yang tidak seimbang (law of uneven development), yaitu pembangunan yang menghasilkan kemakmuran di satu pihak dan kemelaratan di lain pihak, atau kemajuan satu pihak dan kemunduran di lain

Artinya bahwa selain mengupayakan peningkatan penanaman modal asing demi pembangunan perekonomian, juga ada begitu banyak perusahaan perseorangan atau usaha kecil, usaha mikro, menengah yang juga harus mendapatkan perhatian dan perlindungan oleh pemerintah. UMKMK dalam Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2014 adalah orang perorangan atau badan usaha yang memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang UMKM serta Undang-Undang-Undang-Undang Perkoperasian.

Beberapa teori yang dipelajari dari hubungan antara negara penerima modal dengan PMN sendiri dan mempunyai banyak variasi. Salah satunya yakni teori nasionalisme dan populisme yang pada dasarnya diliputi kekuatiran akan dominasi akan penanaman modal asing/PMN dan melihat pembagian keuntungan yang tidak seimbang, yang terlalu banyak ada pada pihak PMN, sehingga menyebabkan negara penerima modal membatasi kegiatan PMN.

99

Nur Rianto Al Arif, Teori Mikro Ekonomi suatu perbandingan Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional, (Jakarta:Kencana Prenada Media Group,2014), hlm. 166.

pihak.100

1. Ketentuan umum penanaman modal

Berdasarkan teori ini juga dapat dilihat bahwa terdapat kemungkinan kerugian bahkan kemelaratan yang ditimbulkan terhadap negara penerima modal dan penanaman modal dalam negeri. Oleh sebab itu, diperlukan pengaturan terkait pembatasan terhadap bidang-bidang usaha melalui daftar negatif investasi (DNI) yang diatur dalam Perpres Nomor 39 Tahun 2014. DNI merupakan salah satu kelengkapan ketentuan-ketentuan standar yang menjadi pedoman pelaksanaan kebijakan penanaman modal (Undang-Undang Penanaman Modal), seperti:

2. Fasilitas penanaman modal berupa insentif (fiskal dan non-fiskal) dan

kemudahan

3. Kriteria dan persyaratan bidang usaha yang tertutup dan terbuka dengan

persyaratan

4. Tata cara pelaksanaan palayanan terpadu

5. Norma, standar, dan prosedur pelaksanaan kegiatan dan pelayanan

penanaman modal

6. Peta penanaman modal Indonesia

7. Kebijakan penanaman modal tersendiri di kawasan ekonomi khusus oleh

pemerintah, dan sebagainya.

Pada dasarnya jenis/ bidang usaha investasi terbuka luas, dan hanya sebagian kecil yang diatur dalam DNI atau daftar jenis/ bidang usaha yang terbuka

100

Sumantoro, Hukum Ekonomi (Jakarta: Universitas Indonesia (UII Press), 1986), hlm. 186.

dan tertutup 101

1. mekanisme pasar tidak efektif dalam mencapai tujuan,

yaitu pada tahun 2014 hanya mengatur: 15 jenis usaha (mencakup 20 bidang usaha) sebagai investasi yang tertutup serta 216 jenis usaha yang terbuka dengan persyaratan (mencakup 652 bidang usaha dalam 755 Nomor Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia/KBLI). Perubahan DNI mempertimbangkan, bahwa:

2. kepentingan nasional tidak dapat dilindungi dengan lebih baik melalui

instrumen kebijakan lain,

3. mekanisme bidang usaha yang tertutup dan terbuka dengan persyaratan

adalah efektif untuk melindungi kepentingan nasional,

4. mekanisme bidang usaha yang terututup dan terbuka dengan persyaratan

adalah konsisten dengan keperluan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi pengusaha nasional dalam kaitan dengan PMA dan/atau masalah yang dihadapi pengusaha kecil dalam kaitan dengan penanaman modal besar secara umum, dan

5. manfaat pelaksanaan mekanisme bidang usaha yang tertutup dan terbuka

dengan persyaratan melebihi biaya yang ditimbulkan bagi ekonomi Indonesia.

Bidang usaha yang tertutup bagi penanam modal terdiri dari:

1. tertutup untuk PMA, yaitu produksi senjata, mesiu, alat peledak, dan

peralatan perang,

101

2. bidang usaha yang secara eksplisit dinyatakan tertutup berdasarkan undang-undang, dan

3. bidang usaha yang tertutup berdasarkan Perpres.

Dalam menentukan bidang usaha yang tertutup, yang ditetapkan secara dinamis dalam Perpres (DNI) harus memperhatikan kriteria:

a. Prinsip-prinsip penyusunan DNI

1) Kesehatan

2) Moral

3) Kebudayaan

4) Lingkungan hidup

5) Pertahanan dan keamanan nasional, serta

6) Kepentingan nasional lainnya.

Dalam menentukan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan dalam Perpres (DNI) harus memperhatikan kriteria kepentingan nasional, yaitu perlindungan sumber daya alam, perlindungan, pengembangan usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi, pengawasan produksi dan distribusi, peningkatan kapasitas teknologi, partisipasi modal dalam negeri, serta kerja sama dengan badan usaha yang ditunjuk Pemerintah.

Persyaratanuntuk jenis/bidang usaha yang terbuka terdiri dari: 102

a. Bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan perlindungan dan

pengembangan terhadap UMKMK

b. Bidang usaha yang terbuka dengan syarat kemitraan

102

Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2014 tentang Daftar Bidang Usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan di bidang penanaman modal, Pasal 2.

c. Bidang usaha yang terbuka berdasarkan kepemilikan modal

d. Bidang usaha yang terbuka berdasarkan persyaratan lokasi tertentu

e. Bidang usaha yang terbuka berdasarkan persyaratan perizinan khusus.

Berdasarkan Perpres Nomor 39 Tahun 2014, Jumlah jenis/bidang usaha yang diatur dalam lampiran ke II DNI hanyalah sebagian kecil, yaitu tertutup sebanyak 7 sektor dengan 15 jenis usaha yang meliputi 20 bidang usaha; dan Terbuka dengan Persyaratan sebanyak 16 sektor dengan 216 jenis usaha yang meliputi 641 bidang usaha dalam 755 Nomor Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia/KBLI. Sektor dan jenis/bidang usaha yang tertutup adalah:

a. Pertanian (budi daya ganja)

b. Kehutanan (penangkapan spesies ikan yang dilarang diperdagangkan

menurut CITES, dan pemanfaatan karang/koral dari alam)

c. Perindustrian (bahan kimia yang dapat merusak lingkungan, bahan kimia

sebagai senjata, dan minuman mengandung alkohol)

d. Perhubungan (terminal penumpang angkutan darat, penimbangan

kendaraan bermotor, telekomunikasi/sarana bantu navigasi pelayaran dan vessel traffic information system, pelayanan navigasi penerbangan, dan pengujian tipe kendaraan bermotor)

e. Komunikasi dan informatika (stasiun monitoring spektrum frekuensi

radio dan orbit satelit)

f. Pendidikan dan kebudayaan (museum Pemerintah, dan peninggalan

sejarah dan purbakala)

Sektor yang terbuka dengan persyaratan, terdiri dari 16 (enam belas) sektor yakni pertanian, kehutanan, kelautan dan perikanan, esdm, perindustrian, hankam, pekerjaan umum, perdagangan, pariwisata dan ekonomi kreatif, perhubungan, komunikasi dan informatika, keuangan, perbankan, tenaga kerja dan transmigrasi, pendidikan dan kebudayaan, serta kesehatan.

Persyaratan yang ditentukan dalam jenis/bidang usaha yang terbuka dalam DNI, terdiri dari:

a. dicadangkan untuk UMKMK sebanyak 139 bidang usaha;

b. kemitraan sebanyak 48 bidang usaha;

c. kepemikan modal asing sebanyak 193 bidang usaha;

d. lokasi tertentu sebanyak 1 bidang usaha;

e. perizinan khusus sebanyak 41 bidang usaha;

f. modal dalam negeri 100% sebanyak 94 bidang usaha;

g. kepemilikan modal asing serta lokasi sebanyak 26 bidang usaha;

h. perizinan khusus dan kepemilikan modal asing sebanyak 92 bidang

usaha;

i. modal dalam negeri 100% dan perizinan khusus sebanyak 7 bidang

usaha;

j. persyaratan kepemilikan modal asing dan/atau lokasi bagi penanam

modal dari negara-negara ASEAN sebanyak 11 bidang usaha.

Berdasarkan penjelasan tersebut terdapat berbagai bidang usaha yang dicadangkan untuk UMKMK, maupun dengan syarat yang harus dipenuhi seperti kemitraan dengan UMKM. Untuk lebih meningkatkan kegiatan penanaman modal

di Indonesia dan dalam rangka pelaksanaan komitmen Indonesia dalam kaitannya

dengan Association of Southeast Asian Nations/ASEAN Economic Community

(AEC), dipandang perlu diatur ketentuan mengenai daftar bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan di bidang penanaman