TENTANG PENANAMAN MODAL
D. Kedudukan UMKMK dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal
1. Pengembangan penanaman modal bagi usaha mikro, kecil , menengah dan
koperasi
Era perdagangan bebas dan globalisasi perekonomian dunia menyebabkan setiap pengusaha nasional dari semua kelompok skala usaha (kecil, menengah maupun besar) di sektor industri manufaktur (seperti juga sektor-sektor ekonomi lainnya) tidak punya pilihan lain selain harus mempersiapkan diri sejak dini untuk bisa menghadapi persaingan global yang sangat ketat hal ini tidak berlaku bagi pengusaha-pengusaha nasional yang berorientasi ekspor tetapi juga bagi mereka yang hanya melayani pasar domestik karena harus bersaing dengan
produk-produk impor.47
Terdapat sudut pandang terhadap persoalan yang dihadapi usaha kecil yang juga membawa perbedaan dalam bentuk dan strategi pengembangan usaha
kecil.48 Anggapan yang berlaku luas melihat bahwa kelemahan usaha kecil
terletak pada aspek internal usaha kecil. Kelemahan dan keterbatasan kapasitas individu pelaku usaha kecil di Indonesia, terutama kapasitas manajemen usaha. Rendahnya kapasitas individu dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang rendah, ketidakmampuan menjalankan usaha dengan manajemen yang baik, serta tidak
cukup berusaha keras untuk mendapatkan keuntungan.49
47
Tulus Tambuanan, Perkembangan Industri Skala Kecil di Indonesia (Jakarta:PT. Mutiara Sumber Widya,1999), hlm.53
48
Nurul widyaningrum , eksploitasi terhadap usaha kecil (Bandung:AKATIGA,2003), Hlm.5.
49
Haryadi, Maspiyati, Chotim, 1998, dalam Nurul widyaningrum, eksploitasi terhadap usaha kecil (Bandung: AKATIGA, 2003), Hlm. 5.
Anggapan kedua adalah bahwa persoalan usaha kecil terletak pada permasalahan tidak adanya infrastruktur yang menghubungkan kelompok usaha mikro kecil dengan sumber permodalan, input, atau pasar. Dengan demikian upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan usaha kecil adalah dengan membangun sarana infrastruktur yang dibutuhkan seperti ruang pamer, sarana perkreditan, sarana transportasi, serta adanya deregulasi agar peraturan yang
menghambat akses usaha kecil pada sarana yang ada bisa dihilangkan.50
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1998 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil, dalam Pasal 1 menentukan, yang dimaksud dengan pembinaan dan pengembangan adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat melalui pemberian bimbingan dan bantuan perkuatan untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi usaha yang tangguh dan mandiri serta dapat berkembang menjadi usaha menengah. Pemberdayaan adalah usaha yang dilakukan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat dalam bentuk penumbuhan iklim usaha, pembinaan dan pengembangan sehingga usaha kecil mampu menumbuhkan dan memperkuat dorinya menjadi usaha yang tangguh dan mandiri serta dapat berkembang menjadi
usaha menengah.51
Pemerintah dan pemerintah daerah memfasilitasi pengembangan usaha
dalam bidang:52
a. Produksi dan pengolahan;
50
Ibid.
51
Suhardi, Hukum Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Indonesia (Jakarta: Akademia,2012), hlm. 104-105
52
Pengembangan dalam bidang produksi dan pengolahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf a dilakukan dengan cara:
1) meningkatkan teknik produksi dan pengolahan serta kemampuan
manajemen bagi usaha mikro, kecil, dan menengah;
2) memberikan kemudahan dalam pengadaan sarana dan prasarana,
produksi dan pengolahan, bahan baku, bahan penolong, dan kemasan bagi produk usaha mikro, kecil, dan menengah;
3) mendorong penerapan standarisasi dalam proses produksi dan
pengolahan; dan
4) meningkatkan kemampuan rancang bangun dan perekayasaan bagi
usaha menengah.
b. Pemasaran
Pengembangan dalam bidang pemasaran, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf b dilakukan dengan cara:
1) melaksanakan penelitian dan pengkajian pemasaran;
2) menyebarluaskan informasi pasar;
3) meningkatkan kemampuan manajemen dan teknik pemasaran;
4) menyediakan sarana pemasaran yang meliputi penyelenggaraan uji
coba pasar, lembaga pemasaran, penyediaan rumah dagang, dan promosi usaha mikro dan kecil;
5) memberikan dukungan promosi produk, jaringan pemasaran,dan
distribusi; dan
c. Sumber daya manusia
Pengembangan dalam bidang sumber daya manusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf c dilakukan dengan cara:
1) memasyarakatkan dan membudayakan kewirausahaan;
2) meningkatkan keterampilan teknis dan manajerial; dan
3) membentuk dan mengembangkan lembaga pendidikan dan pelatihan
untuk melakukan pendidikan, pelatihan, penyuluhan, motivasi dan kreativitas bisnis, dan penciptaan wirausaha baru.
d. Desain dan teknologi
Pengembangan dalam bidang desain dan teknologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf d dilakukan dengan:
1) meningkatkan kemampuan di bidang desain dan teknologi serta
pengendalian mutu;
2) meningkatkan kerjasama dan alih teknologi;
3) meningkatkan kemampuan usaha kecil dan menengah di bidang
penelitian untuk mengembangkan desain dan teknologi baru;
4) memberikan insentif kepada usaha mikro, kecil, dan menengah yang
mengembangkan teknologi dan melestarikan lingkungan hidup; dan
5) mendorong usaha mikro, kecil, dan menengah untuk memperoleh
sertifikat hak atas kekayaan intelektual.
Selain itu, langkah nyata yang dapat dilakukan untuk pengembangan usaha kecil yaitu:
a. Penyebarluasan dan pengembangan minat usaha (sense of Bussinss)
b. Pemberian bantuan kredit dari bank dengan syarat lunak bagi para
pengusaha kecil
c. Peningkatan keterampilan angkatan kerja dengan perluasan kesempatan
kerja
d. Perbaikan keterampilan personalia perbankan, terutama dalam pemberian
layanan kepada para pengusaha kecil yang ingin mengembangkan usahanya dengan menambah modal melalui pengambilan kredit bank.
e. Membentuk /mengaktifkan kembali setra-sentra industri kecil di
pedesaan untuk kesempatan kerja di pedesaan yang pada gilirannya akan dapat mencegah arus urbanisasi.
f. Pembatasan investasi pada industri padat modal dan memperbanyak perluasan kesempatan berusaha dengan cara mendorong tebentuknya sistem mitra usaha antara perusahaan besar dan perusahaan kecil
g. Pemerintah melalui departemen terkait dan pemerintah daerah dapat
menyediakan incubator, yaitu berupa fasilitas bagi para pengusaha kecil terutama yang masih pemula untuk memperoleh konsultasi atau informasi tentang segala sesuatu yang menyangkut kebutuhan dan pengembangan usahanya dan atau para pengusaha tesebut dapat bertemu
secara periodik untuk tukar menukar informasi bisnis.53
2. Bidang usaha yang dicadangkan untuk umkmk
53
Murti Sumarni, Pengantar Bisnis (Dasar-dasar ekonomi perusahaan), Yogyakarta: Liberty, 2014), hlm.11.
Setiap kegiatan penanaman modal di Indonesia diselenggarakan berdasarkan asas:
a. kepastian hukum;
b. keterbukaan;
c. akuntabilitas;
d. perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara;
e. kebersamaan;
f. efisiensi berkeadilan;
g. berkelanjutan;
h. berwawasan lingkungan;
i. kemandirian, dan
j. keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional
Bidang usaha yang dicadangkan bagi UMKMK didasarkan pada asas kemandirian yakni asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap mengedepankan potensi bangsa dan negara dengan tidak menutup diri pada masuknya modal asing demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi dan juga tetap memperhatikan asas kebersamaan yakni asas yang mendorong seluruh penanaman modal secara bersama-sama dalam kegiatan usahanya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Dalam hal ini UMKMK hadir sebagai salah satu kegiatan usaha yang bertujuan untuk pertumbuhan ekonomi dan dengan kemitraan bersama-sama mewujudkan kesejahteraan rakyat melalui penyerapan tenaga kerja dan pengembangan keterampilan. Salah satu tujuan dari penyelenggaraan penanaman modal adalah untuk mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan.
Hal ini bisa diwujudkan melalui pengembangan UMKMK. Selain menciptakan lapangan kerja, juga untuk mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil.
Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Penanaman Modal menjelaskan tujuan dari penyelenggaraan penanaman modal, antara lain untuk:
a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional
b. Menciptakan lapangan kerja
c. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan
d. Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional
e. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional
f. Mendorong perkembangan ekonomi kerakyatan
g. Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan
menggunaan dana yang berasal, baik dari dalam maupun dari luar negeri, dan
h. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pasal 4 Undang-Undang Penanaman Modal, kebjakan dasar penanaman modal, pemerintah menerapkan kebijakan dasar penanaman modal untuk :
a. Mendorong terciptanya iklim usaha nasional yang kondusif bagi
penanaman modal untuk penguatan daya saing perekonomian nasional , dan
b. Mempercepat peningkatan penanaman modal
a. Memberi perlakuan yang sama bagi penanaman modal dalam negeri dan penanam modal asing dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional
b. Menjamin kepastian hukum, kepastian berusaha, dan keamanan berusaha
bagi penanam modal sejak proses pengurusan izin sampai dengan berakhirnya kegiatan penanaman modal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
c. Membuka kesempatan bagi perkembangan dan memberikan
perlindungan kepada UMKMK.
Pasal 13 ayat (1) Undang-Undang Penanaman Modal menyebutkan bahwa Pemerintah wajib menetapkan bidang usaha yang dicadangkan untuk usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi serta bidang usaha yang terbuka untuk usaha besar dengan syarat harus bekerja sama dengan UMKMK. Bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan adalah bidang usaha tertentu yang dapat diusahakan sebagai kegiatan penanaman modal dengan syarat tertentu. Terdapat 5 (lima) bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan, salah satunya ialah bidang usaha yang dicadangkan dengan UMKMK.
Daftar bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan yang dicadangkan
untuk UMKMK yaitu:54
a. pembangkit tenaga listrik skala kecil (s/d 10 mw);
b. agen perjalanan wisata;
c. sanggar seni;
54
H.Salim HS, Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm. 57.
d. usaha jasa pramuwisata, pengusahaan hutan tanaman lainnya (aren, kemiri, biji asam, bahan baku arang, kayu manis dan lain-lain);
e. pengusahaan sarang burung wallet;
f. industri kayu gergajian (kapasitas produksi sampai 2000 m3/tahun);
g. industri primer pengolahan rotan;
h. industri barang setengah jadi dari kayu bakau;industri primer pengolahan
hasil hutan bukan kayu lainnya (getah pins, bambu, minyak atsiri);
i. perlengkapan dan peredaran tumbuhan dan satwa liar (tsl) dari habitat
alam;
j. perikanan tangkap dengan menggunakan kapal penangkap ikan
berukuran sampai dengan 30 gt, di wilayah perairan sampai dengan 12 mil atau kurang;
k. penangkapan ikan di perairan umum;
l. usaha pengolahan hasil perikanan (upi) peragian, fermentasi,
pereduksian/pengekstaksian, pengolahan surimi dan jelly ikan;
m. lembaga penyiaran komunitas (lpk) radio dan televisi;
n. perusahaan jasa kurur/jasa titipan seperti:
1) kirim-mengirim barang cetakan;
2) surat kabar;
3) bungkusan kecil;
4) paket dan
5) pengiriman uang
1) warung telekomunikasi
2) warung internet, instalasi kabel ke rumah dan gedung
p. jasa konstruksi (jasa pelaksana konstruksi) golongan kecil
q. jasa bisnis/jasa konsultasi konstruksi golongan kecil
r. angkutan orang, meliputi:
1) dalam trayek, seperti angkutan bis/pedesaan
2) tidak dalam trayek seperti angkutan taksi
s. pelayaran rakyat
t. industri penggaraman/pengeringan ikan dan biota perairan lainnya dan
industri pemindangan ikan dan biota perairan lainnya
u. industri pewarnaan benang dari serat alam maupun serat buatan menjadi
benang bermotif/celup, ikat, dengan alat yang digerakkan tangan
v. industri batik tulis;industri pengasapan karet
w. industri perkakas tangan yang diproses secara manual atau semi mekanik
untuk pertukangan dan pemotongan
x. industri barang dari tanah liat baik yang diglasir maupun tidak diglasir
untuk keperluan rumah tangga
y. industri jasa pemeliharaan dan perbaikan sepeda motor kecuali yang
trintegrasi dengan bidang usaha penjualan sepeda motor (agen/distributor) dan industri reparasi barang-barang keperluan pribadi dan rumah tangga
z. industri kerajinan yang memiliki kekayaan khas khasanah budaya daerah
aa. industri perkakas tangan untuk pertanian yang diperlukan untuk persiapan ahan, proses produksi pemanenan pasca panen dan pengolahan kecuali cangkul dan sekop
bb. gula merah
cc. industri makanan olahan biji-bijian dan umbi-umbian, sagu , melinjo dari
kopra
dd. industri pengupasan dan pembersihan umbi-umbian
ee. industri pengeringan an pengolahan tembakau
ff. budidaya padi (dengan luas atau sama dengan 25 ha)
gg. budidaya ubi kayu (dengan luas atau sama dengan 25 ha)
hh. budidaya jagung (dengan luas atau sama dengan 25 ha)
ii. budidaya tanaman pangan lainnya selain ubi kayu dan jagung dengan
luas kurang atau sama dengan 25 ha
jj. pembibitan dan budidaya babi dengan jumlah kurang atau sama dengan
125 ekor
kk. pembibitan dan budidaya ayam buras serta persilangannya
ll. usaha perkebunan dengan luas kurang dari 25 ha
mm. usaha industri pengolahan hasil perkebuanan di bawah kapasitas
tertentu sesuai Permentan Nomor 26 Tahun 2007
BAB I PENDAHULUAN