• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 Berita-berita kuno tentang Tuban, sejarah dan legenda

Dalam dokumen Kerajaan Kerajaan Islam di Jawa (Halaman 147-149)

Sejarah Kerajaan-Kerajaan di Daerah-Daerah Pantai utara Jawa Timur pada Abad ke-16: Tuban

X- 1 Berita-berita kuno tentang Tuban, sejarah dan legenda

Mengingat keadaan geografisnya, Kota Tuban ini tidak ditakdirkan menjadi kota pelabuhan yang penting. Pada abad ke-15 dan ke-16 saja kapal-kapal dagang yang sedikit besar sudah terpaksa membuang sauh di laut yang cukup jauh dari kota. Tidak diketahui apakah dahulu keadaannya lebih baik. Dapat diduga bahwa Tuban sejak zaman dahulu menjadi kedudukan penguasa-penguasa setempat yang kuat. Berita- berita Portugis dan Belanda dari abad ke-16 memberi kesan bahwa mata pencaharian orang Tuban adalah bertani, beternak, dan menangkap ikan di laut.161 Hasil-hasilnya adalah beras, ternak, dendeng, ikan kering, dan ikan asin yang dapat dijual, baik ke daerah pedalaman maupun kepada kapal-kapal dagang yang berlabuh untuk menambah persediaan bahan makanannya. Lagi pula orang-orang Tuban, yang asal mulanya mungkin nelayan, juga melakukan pembajakan dengan perahu-perahu kecil. Kapal-kapal dagang yang berharga muatannya (rempah-rempah), yang sejak dahulu mengarungi Laut Jawa menuju ke dan dari kota-kota dagang besar, seperti Gresik dan

Surabaya, dijadikan sasaran mereka.162

Sudah sejak abad ke-11 dalam berita-berita para penulis Cina Kota Tuban disebut sebagai kota pelabuhan. Gerombolan-gerombolan Cina-Mongolia, yang pada tahun 1292 datang menyerang Jawa Timur (suatu kejadian yang kemudian menyebabkan berdirinya Majapahit), konon mendarat di Tuban. Lalu dari sana pulalah mereka meninggalkan daratan.163 Tidak dapat diteliti lagi apakah tujuh abad yang lalu tempat tersebut dapat lebih mudah disinggahi kapal daripada sekarang. Sejak itu pantai Tuban menjadi dangkal oleh endapan lumpur. Jalan yang mudah ditempuh dengan kendaraan menuju ke selatan, lewat pegunungan pantai terus ke Babad di tepi Bengawan Solo, zaman dulu telah menjadikan Tuban pintu gerbang bagi daerah hulu sungai-sungai besar di Jawa Timur, seperti Bengawan Solo dan Brantas. Yang pasti ialah bahwa

161 Piagam Jawa Timur dari Karang Bogem - tahun 1387 - (Pigeaud, Java, jil. I, hlm. 122; jil. III, hlm. 173, dan jil. IV, hlm. 449- 454) menguraikan adanya perkampungan di pantai utara, tempat orang memelihara ikan dalam tambak-tambak dengan air laut, untuk pembuatan terasi. Tidak ada petunjuk-petunjuk jelas bahwa Karang Bogem boleh secara langsung dihubungkan dengan Tuban. Tetapi dapat diperkirakan bahwa Tuban dahulu terjadi dari kampung, seperti Karang Bogem itu (sekarang agaknya tidak diketahui lagi lokasinya). Mengherankan bahwa dalam Nagara Kertagama, yaitu lukisan Kerajaan Majapahit dari tahun 1365 yang penting itu, Kota 'Cuban tidak disebutkan. Pada abad ke-11 Tuban pasti sudah ada.

162 Mengenai keadaan ekonomi dan politik di Tuban pada abad ke-15 dan ke-16, lihat Meilink-Roelofsz, Asian Trade (hlm. 105- 107, 284-286, dan indeksnya).

163 Beberapa pemberitaan mengenai sejarah Tuban sebelum zaman Islam terdapat dalam Graaf, Geschiedenis (hlm. 59 dan 63). Berita-berita kuno dari orang-orang Cina tentang Tuban disebutkan dalam Krom, Hindoe.

kedua sungai besar ini, yang menghubungkan timur, barat, dan selatan, benar-benar merupakan faktor yang sangat penting dalam sejarah politik dan peradaban di Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Tuban juga mempunyai kedudukan penting dalam legenda sejarah Jawa Timur. Kebenaran peristiwa-peristiwa dalam cerita boleh dikatakan meragukan, begitu pula penanggalannya, namun kenyataan bahwa Tuban sering disebut menunjukkan namanya sudah lama terkenal sebagai kota penting di daerah pantai utara Jawa Timur.

Sebelumnya telah dijelaskan adanya hubungan yang, menurut legenda, telah terjalin antara Tuban dan Jepara (cerita tentang Sandang Garba, cat. 107); juga antara Tuban dan Jawa Barat bagian Sunda. Menurut buku cerita Jawa Tengah, Majapahit didirikan oleh seorang pangeran dari Sunda, yang bernama Jaka Susuruh atau Raden Tanduran. Ibu Jaka Susuruh konon kelahiran Tuban, dan kakak laki-lakinya yang bernama Aria Bangah (ibunya seorang wanita Islam dari Grage, yaitu Cirebon) kelak menjadi penguasa di Tuban. Hubungan antara Tuban dan kota kerajaan di pedalaman Jawa Timur, Majapahit (atau kota-kota kerajaan sebelumnya), memang ada dalam legenda ini. Hubungan itu pada abad ke-15 dan ke-16, dan bahkan sebelum itu, benar- benar ada; hal itu tidak perlu diragukan.164

Memang ada beberapa alasan untuk percaya akan adanya hubungan antara Sunda di Jawa Barat dan Jawa Timur, lewat laut melalui pantai utara. Pada zaman dahulu, waktu kerajaan-kerajaan "kafir" Jawa Tengah dan Jawa Timur baru saja mulai berkembang, kebebasan bergerak golongan-golongan rakyat - baik di pedalaman, maupun di laut sepanjang Pantai Utara - lebih besar daripada kemudian. Ketika itu tuan-tuan tanah tidak mau lagi melepaskan petani-petaninya; supaya terjamin masuknya hasil panen tahunan secara teratur.

Dalam dongeng-dongeng tentang Tuban kedudukan keturunan raja Ranggalawe penting. Menurut buku-buku cerita, ayah Ranggalawe, Dandang Wacana, pergi ke Bali untuk mengambil putri Bali bagi raja Majapahit, Ardi Wijaya. Putri Bali ini kelak menjadi nenek ratu Majapahit yang kemudian terkenal dengan nama Ratu Kenya itu. Ranggalawe sendiri dan putranya, merupakan pahlawan-pahlawan kerajaan Ratu Kenya dalam pertempuran-pertempuran melawan raja Blambangan, Menakjingga yang meminang dia. Ranggalawe telah menjadi pahlawan dalam balada-balada yang bersifat sejarah gadungan di Jawa Timur, yang dikarang pada abad ke-15 atau sesudahnya. Kenyataannya, Ranggalawe mungkin hidup sekitar tahun 1300 M., sezaman dengan

dan teman seperjuangan sang pangeran pendiri Majapahit.165

164 Pigeaud, Literature (jil. II, hlm. 361), berisi ikhtisar dari buku cerita Codex LOr no. 6379, yang berkali-kali menyebutkan nama Tuban; lihat juga jil. III, di bawah "Tuban".

165 Cerita-cerita legenda dan balada-balada tentang Ranggalawe Tuban dicantumkan dalam Pigeaud, Literature, jil. I, hlm. 123 dan 125. Banyak di antara sajak-sajak itu telah diterbitkan dan diberi penjelasan oleh Professor Berg. Dalam karya Brandes,

Pararaton, telah tercantum dan dibicarakan ikhtisar-ikhtisar kisah Damarwulan dari zaman Islam muda, yang berkali-kali menyebutkan nama Tuban dan Ranggalawe.

Dalam dokumen Kerajaan Kerajaan Islam di Jawa (Halaman 147-149)

Garis besar

Dokumen terkait