• Tidak ada hasil yang ditemukan

BERSIMPANG SIUR ATAS NAMA SUFI

Dalam dokumen Tasawuf DALAM LINTASAN SEJARAH (Halaman 47-50)

kedua, soal nabi khidlir as. apakah beliau masih hidup atau sudah mati.

ketiga, soal ilmu laduni (ilmu kebatinan dan sebagainya). apakah ilmu itu ada atau tidak. apakah seseorang bisa disebut memiliki ilmu laduni dengan indikator tertentu atau yang lainnya.

keempat, soal kewalian. Mereka mengakui dunia wali, tetapi tidak bisa membuktikan secara ruhani, kecuali dengan teks-teks belaka. Fenomena kewalian inilah yang sering dijadikan polemik.

kelima, mengenai ilmu hikmah yang menjadi produk para sufi. Ilmu ini dituduh sebagai ilmu sihir.

keenam, mengenai ke-karomah-an para sufi, yang tidak banyak dipercayai oleh mereka.

ketujuh, sathahat shufiyah, atau perkataan para sufi dikala mengalami proses jadzab (mabuk) dengan allah. Sathahat ini tak sedikit yang menilai sebagai perkataan setan belaka.

kedelapan, dialog dengan alam arwah. Mereka menganggap alam arwah itu tidak bisa ditemui.

kesembilan, persoalan dunia mursyid dalam tarekat atau tarekat itu sendiri. Masalah ini dinilai tidak ada dalam al-Qur’an maupun Hadits nabi Muhammad SaW.

kesepuluh, adanya anggapan bahwa dunia sufi telah melampaui apa yang menjadi ketentuan al-Qur’an dan Hadits.

Dan kesebelas, tasawuf dituding sebagai sumber fitnah dan konspirasi menjatuhkan Islam.

Juga sudah sekian ribu kali, setiap etape sejarah pergerakan dunia sufi, banyak bermunculan klaim-klaim sebagai gerakan sufi. namun sesungguhnya jauh dari makna dan substansi tasawuf itu sendiri. ada satu aktivitas yang mengidentifikasikan dirinya sebagai aktivitas ilmu hikmah, khadam, dan ritual lainnya, yang diidentikkan dengan sufisme.

Bahkan ada juga gerakan spiritual semacam yoga dan sinkretisme, lalu disebut-sebut sebagai sufisme. yang tidak bisa dilupakan adalah suatu gerakan yang menamakan dirinya sebagai tarekat sufi, tetapi tata cara dan dzikirnya tidak memiliki otentitas sanad dan silsilah sampai kepada Rasulullah SaW.

atau sebaliknya, mereka mendirikan tarekat sufi tanpa bimbingan seorang syekh atau mursyid. Penyimpangan-penyimpangan tasawuf, dalam konteks di atas, akan kita lebih fokuskan pada dua hal besar:

Pertama, pandangan-pandangan yang menyimpang tentang tasawuf itu sendiri. kedua, praktek-praktek tasawuf yang menyimpang dari kaidah-kaidah tarekat dan tasawufnya.

Mengenai praktek-praktek tasawuf yang menyimpang ini, antara lain bisa dilihat dari beberapa indikator:

Pertama, apabila praktek tasawuf tidak didasari oleh al-Qur’an dan as-Sunnah. Misalnya, metode-metode ‘ubudiyah-nya, telah sampai pada batas di mana kandungan al-Qur’an dan as-Sunnah sudah diabaikan.

Tetapi, dalam hal ini sangat berbeda dengan hujatan pihak anti tasawuf yang secara global menghantam tasawuf sebagai bentuk inkarul Qur’an dan inkarus Sunnah.

kedua, apabila amaliah tarekat tasawufnya tidak dalam bimbingan mursyid atau yang ditunjuk oleh mursyid. ke-mursyid-an merupakan hal yang fundamental dalam praktek tasawuf mengingat banyak ulama yang gagal mengamalkan tasawuf tanpa bimbingan mursyid. apalagi kalangan awam.

ketiga, munculnya praktek-praktek perdukunan, pengobatan, healing (terapi ala sufi) dan ilmu-ilmu hikmah serta ilmu kanuragan lainnya, yang mengklaim sebagai bentuk praktek tasawuf. Walaupun sebenarnya ilmu hikmah itu merupakan produk khazanah sufi, lahir melalui tangan-tangan suci para sufi, tetapi generasi selanjutnya tidak mengamalkan tasawufnya. yang adahanya mengamalkan ilmu hikmahnya. Inilah yang disebut kacang meninggalkan kulitnya. Pohon meninggalkan akarnya. atau bangunan meninggalkan fondasinya. Produknya pasti berbeda jauh dengan seseorang yang mengamalkan tarekat sufi, kemudian baru mendalami ilmu hikmahnya.

keempat, aliran-aliran sinkretisme dari berbagai agama yang diramu sebagai sintetisme spiritual. kemudian apa yang dipraktekkan digemakan sebagai aliran tasawuf. Praktek seperti ini banyak di Indonesia. apabila seseorang melakukan praktek tersebut lalu mendapatkan ketentraman dan sukses dari penderitaan, ketentraman dan bebasnya penderitaan itu dianggap sebagai bentuk pembenaran atas ajarannya. Bahkan secara menyesatkan, gerakan sinkretis ini berani meninggalkan syariat. alasannya bahwa tasawuf

adalah praktek utama pasca syariat. Syariat dibuang begitu saja. aliran ini mirip dengan aliran kebatinan atau aliran kepercayaan yang berkembang saat ini.

kelima, praktek-praktek tasawuf yang secara membabi buta mempopulerkan dirinya sebagai gerakan paling hebat. Hal tersebut didasari bahwa guru tarekat atau mursyidnya adalah mursyid paling puncak dari seluruh mursyid. Sehingga para muridnya mulai mengkultuskan mursyid itu setara dengan Tuhan. Dalam konteks ini, bisa jadi ajaran dan metodenya sudah benar, tetapi kultur yang dikembangkan tentang tokoh-tokohnya berlebihan.

keenam, muncul secara individual. Seseorang merasa mendapat wahyu dari allah melalui Malaikat Jibril. Lalu ia mengidentifikasikan dirinya sebagai gerakan spiritual. Padahal ia tidak bisa membedakan mana yang disebut hawathif (bisikan lembut) malaikat, jin, setan, atau nafsu. Hawathif langsung dari allah SWT. Model ini banyak bermunculan di nusantara. Misalnya ada yang mengaku bertemu Sunan kalijaga, tetapi sesungguhnya baru bertemu dengan jin yang mengaku-aku Sunan kalijaga. ada yang merasa bertemu dengan malaikat, tetapi malah pandangannya menyimpang dari syariat dan kaidah-kaidah tasawuf. ada yang merasa dirasuki oleh ruh Sunan Bonang, tetapi sesungguhnya dirasuki oleh jin yang mengaku Sunan Bonang.

Dari beberapa elemen yang menyimpang inilah yang sesungguhnya merupakan tantangan bagi gerakan tasawuf khususnya di Indonesia. Para ulama sufi, para mursyid tarekat dan para peminat dunia sufi perlu memperhatikan secara jeli agar tidak terjebak oleh ghurur (tipudaya) di balik gerakan spiritual tersebut.

RENUNGAN 1

Mari kita merenung, tafakur sejenak perjalanan kehambaan kita dari waktu ke waktu, dari tahun ke tahun, dari perubahan hidup ke perubahan lainnya. Bahkan bayangan kita tentang kuburan, tentang akhirat, tentang surga dan neraka, tentang melihat allah nantinya.

Lalu memunculkan sejumlah pertanyaan:

Mengapa perjalanan hidupku naik turun dengan 1.

hambatan, rintangan, kesuksesan, kepuasan, keluhan, dan perubahan? apakah garis Ilahi di Lauhul Mahfudz disana memang demikian? ataukah ini semua adalah kebebasan yang diberikan allah kepada kita, lalu kita sendiri yang menentukan perjalanan kita? Manusia yang ridla

Dalam dokumen Tasawuf DALAM LINTASAN SEJARAH (Halaman 47-50)