• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANDANGAN PARA ULAMA TENTANG BIMBINGAN MURSYID

Dalam dokumen Tasawuf DALAM LINTASAN SEJARAH (Halaman 59-63)

Ibnu Hajar al-Haitsamy:

”kesimpulannya, bahwa yang harus jadi prioritas bagi penempuh sebelum sampai pada pengetahuan-pengetahuan keruhanian ini, hendaknya ia teguh dalam menjalankan perintah gurunya yang terpadu dalam Syariat dan Hakikat. karena gurulah dokter agung. Maka melalui pengetahuan rasa (dzauq)nya dan hikmah Robbaniyahnya, senantiasa memberikan pada setiap badan, mana yang paling layak untuk disembuhkan dan diobati dan makanan apa yang paling baik baginya.”

Imam Fakhruddin ar-Razy:

Sebagian Ulama berkata, ketika mengucapkan : ”Tunjukkan kami jalan yang lurus.”

Rupanya tidak cukup begitu saja, namun harus mengatakan:

”Jalannya orang-orang yang engkau beri nikmat pada mereka.”

Hal demikian menunjukkan bahwa sang murid tidak akan sampai pada jalan hidayah dan mukasyafah kecuali harus mengikuti jejak Sang Syeikh melalui petunjuknya menuju Jalan Lurtus, dan terhindar dari temp;at-tempat salah dan sesat. Sebab pada umumnya cacat dan kurang menimpa banyak orang, karena itu harus ada seorang yang kamil yang memberi bimbingan orang yang kurang akalnya melalui kesempurnaan akal orang yang kamil. Disanalah ia akan meraih tanjakan kebahagiaan dan keparipurnaan.”

Syeikh abdullah bin abi Jamrah al-azdy:

Syeikh abdullah bin abi Jamrah al-azdy ketika memberi syarah mengenai hadits nabi Saw, yang diriwayatkan abdullah bin Umar ra, yang berkata : ”ada seseorang yang datang kepada nabi Saw, lalu orang itu minta izin untuk berangkat berjihad, maka nabi Saw, bersabda: ”apakah kedua orang tuamu masih hidup?”, orang itu berkata, ” ya, masih hidup.” Lalu nabi bersabda, ”Maka berjuanglah untuk berbakti kepada keduanya.”

kemudian abu Jamrah mengulas ada 10 nilai dibalik hadits tersebut, dan yang kesepuluh beliau mengatakan, ”Dalam hadits ini ada dalil, bahwa memasuki suluk

(Penempuhan) thraiqah dan mujahadah, seharusnya ada di tangan seorang pembimbing yang arif pada allah Swt, lalu menunjukkan pmana yang terbaik, sebagaimana lelaki di atas, ia tidak tahu tentang dirinya seputar berjuang, hingga mmeinta nasehat kepada yang lebih tahu dan lebih arif. Hal demikian terjadi pada jihad kecil, apalagi dengan Jihad Besar?”

ath-Thayyiby pengarang Hasyiyatul kasysyaf: Tidak selayaknya bagi seorang Ulama – walaupun ilmunya seluas samudera dan menjadi paling alim di zamannya – menerima begitu saja pengetahuan yang didapatnya. namun yang wajib baginya adalah bergabung dengan ahlut thariqah, agar meraih Jalan lurus, hingga ia tergolong orang yang memberikan informasi kebenaran yang pada ummat melalui kejernihan batinnya, membersihkan dari kotoran, menjauhi hal-hal yang mengotori ilmunya dari hawa nafsu dan selera nafsu yang mendorong untuk berbuat buruk, hingga hatinya siap untuk dilimpahi ilmu laduny, dan meraih pencerahan dari cahaya lampu kenabian. Dan itu tidak mudah kecuali jika berada di tangan seorang Syeikh yang kamil, yang mengerti cara membersihkan penyakit jiwanya, dan menyucikan dari najis batinnya, serta hikmah dibalik amaliyahnya baik secara ilmiyah maupun rasa, agar bisa keluar dari ketololan nafsunya yang terus mendorong pada keburukan, serta kedustaannya yang tersembunyi.

ahli Thariqah sepakat agar seseorang mempunyai Mursyid yang bisa menghilangkan sifat-sifat yang menghalangi qalbunya untuk masuk ke Hadhirat allah Swt., agar khusyu’ dan hudhurnya benar……”

Hujjatul Islam Imam Ghazaly:

Masuk dalam kalangan Sufi adalah Fardhu ‘ain, sebab selalu ada cacat atau penyakit jiwa pada seseorang kecuali para nabi as.

Pada mulanya saya termasuk orang yang ingkar pada kalangan sufi (sholihin) dan maqomat para ahli ma’rifat, sampai akhirnya aku berguru pada syeikhku (Syeikh yusuf an-nasaj), dan beliau terus menerus membersihkan dan menggosok kecemerlangan hatiku melalui Mujahadah, hingga akhirnya aku meraih anugerah-anugerah cahaya, lalu aku bermimpi bertemu allah Ta’ala, dan berfirman padaku:

“Wahai abu Hamid, tinggalkan kesibukanmu, dan bergabungkan dengan para kaum sufi yang aku jadikan mereka sebagai forkus Pandanganku di muka bumi. Mereka semua telah menjual dunia dan akhiratnya, demi mencintaiku.”

“ Demi kemuliaanMu, sungguh kecuali jika Engkau telah membuat diriku merasakan sejuknya husnudzdzonku pada mereka.”

allah Swt menjawab, “aku telah lakukan itu… Dan factor yang memutuskan dirimu dengan mereka adalah kesibukanmu dengan cinta dunia. Maka keluarlah dari cinta dunia itu sebagai pilihan sebelum anda keluar dari dunia dengan hina….aku benar-benar telah melimpahkan cahaya-cahaya padamu dari sisi kemahasucianku…”

Lalu aku banbgun dengan penuh kegembiraan dan kebahagiaan, lalu aku dating pada Syeikhku (Syeikh yusuf an-nasaj), menceritakan kisah mimpiku, beliau hanya tersenyum, lalu berkata, “Hai abu Hamid, itu baru lembar permulaan kita. Jika kamu berguru

padaku, kamu bakal meraih celak matahatimu dengan celak pengukuhan… dst”

al-Ghazaly juga berkata, “Hal yang harus dilakukan oleh penempumpuh thariqah adalah punya Mursyid dan Pembimbing untuk menunjukkan Jalan Sufi (Thariqah), yang bisa membuang akhlaq tercelanya, lalu diganti dengan akhlaq terpuji. Makna pendidik di sini seperti seorang petani yang sedang merawat tanamannya, bila ada batu atau tumbuhan yang membahayakan, ia buang keluar. Ia juga menyirami tanamannya berkali-kali hingga tumbuh dan subur, hingga tanamannya lebih baik disbanding yang lain. kalau anda tahu bahwa tanaman saja butuh perawat, maka seorang penempuh haruslah ada Mursyid selamanya. Sebab allah Swt mengutus para Rasul Saw untuk manusia agar menjadi petunjuk bagi mereka, dan menunjukkan Jalan yang Lurus. Sebelelum Rasulullah Saw wafat, para khulafaur Rasyidin pun ditunjuk untuk memberikan bimbingan makhluk menuju Jalan allah Ta’ala , dan terus demikian berlangsung sampai hari qiyamat. Sang penempuh selalu butuh Mursyid selamanya…”

“Murid butuh Syeikh dan Guru pembimbing agar mendapatkan petunjuk Jalan Benar, karena Jalan agama ini begitu dalam, sedangkan jalan Syetan begitu banyaknya, jika tidak ada pembimbing yang menunjukkan, maka bimbingan syetan pasti masuk dalam dirinya. Siapa yang memasuki hutam rimba sendiri tanpa dituntun penjaganya, ia bisa memasuki bahaya besar yang menghancurkannya. Jika ia menempuh jalan thariqah sendiri, ia sepertipohon yang tumbuh sendiri, pasti akan segera mengering. kalau toh tumbuh dan berdaun, tidak akan berbuah. Maka sang murid harus mengikat pada Mursyidnya, maka hendaknya menguatkan ikatan itu.”

“Sesungguhnya allah azza wa-Jalla jika menghendaki kebaikan pada hambanya, ia ditampakkan keburukannya. Bila mata hatinya aktif, aib-aib dirinya akan tampak jelas, dan jika tampak aibnya ia segera berobat. namun mayoritas manusia tidak mengerti aib dirinya. Ia bisa melihat kotoran mata kawannya, tetapi tidak bisa melihat kotoran matanya sendiri. Jika seseorang ingin tahu kotoran dirinya, ada empat jalan yang ditempuh:

Pertama-tama, ia bermajlis di hadapan Syeikh yang tahu akan aib dirinya, yang tahu akan bahaya tersembunyi, dan menegaskan apa yang harus dilakukannya, mengikuti isyarat petunjuknya dalam mujahadahnya. Itulah yang harus dilakuykan murid pada gurunya, sang guru memberikan pengertian mana aib-aibnya dan memberi tahu pula cara mengobatinya... dst.”

Ibnu athaillah as-Sakandary:

”Bagi orang yang hendak menempuh pencarian guru yang bisa memberikan petunjuk, hendaknya ia menganalisa guru hakikat yang sesungguhnya, dan penempuh thariqat, meninggalkan hawa nafsunya dan sangat kokoh pijakannya dalam berbakti kepada Tuhannya. Jika menemukan seperti itu lakukan perintahnya dan jauhi apa yang dilarangnya....

Syeikhmu bukanlah yang engkau dengar kata-katanya, tetapi syeikhmu adalah yang engkau meraih petunjuk. Syeikhmu bukanlah yang memberikan wacana kepadamu, tetapi yang memberikan isyarat dalam jiwamu. Syeikhmu bukan yang mengajakmu ke pintunya, tetapi syeikhmu yang membukakan hijab antara dirimu dengannya Swt. Syeikhmu bukanlah yang

menghadapkan dengan maqolahnya, tetapi syeikhmu adalah yang membangkitkan dirimu kepadanya melalui perilaku ruhaninya.”

Syeikh abdul Qadir al-Jilany Qs :

Bila bagian yang ditentukan atau keputusan yang menggiringmu

Hendaknya pertimbangkan dengan syeikh yang haq dalam hakikat

Teguhlah dalam ridhonya dan ikuti kehendaknya

Tinggalkan sebelumnya yang pernah engkau tempuh

Jangan engkau menentang yang engkau tidak tahu

Karena menentang itu melawannya Dalam kisah Khidhir yang mulia, cukuplah

kiranya

Ketika ia membunuh bocah, dan Musa as menentangnya Ketika subuh sudah terang dari malam

gelap batinnya

Dan pedang terhunus dalam hiruk pikuk peperangan

Nabi Musa as merasa bersalah Dan itulah ilmunya kaum sufi yang di

dalamnya penuh keindahan...

Syeikh abdul Wahhab as-Sya’rany:

Cukuplah bagi kaum thariqah dengan firman allah Swt, ketika nabi Musa as berkata pada nabi khidhir as, : “apakah aku boleh mengikutimu agar engkau mengajarti aku hal-hal yang engkau ketahui, berupa

petunjuk?” (al-kahfi 66)

Imam ahmad bin Hambal ra mengakui dan memuji pada abu Hamzah al-Baghdady. Imam ahmad bin Suraij ra patuh pada abul Qasim Junayd al-Baghdady. Imam Ghazali walaupun sudah Hujjatul Islam tetap mencari guru atau syeikh dalam berthariqat. Begitu juga Syeikh Izzuddin abdissalam tetap mempunyai Syeikh Mursyid maupun beliau mendapatkan gelar Sultanul Ulama, beliau mengatakan, “aku tidak mengenal Islam yang sempurna kecuali setelah aku bergabung pada Syeikh abul Hasan asy-Syadzily Qs. kalau saja dua Ulama besar yang hebat itu masih membutuhkan Syeikh, padahal keluasan ilmunya luar biasa dalam hal; syariat, apalagi orang seperti kita-kita ini.”

IMPLEMENTASI ISLAM

ada tiga implementasi dari islam, yaitu: - Taubat

- Taqwa - Istiqamah

Produk yang dihasilkan adalah: Membuahkan disiplin amal-ibadah yang bersifat lahiriyah dan terus menerus meraih limpahan nur.

Taubat

karena beban yang terus menghambat perjalanan dan disiplin ibadah adalah hawa nafsu. Tazkiyatun nafs (membersihkan hawa nafsu) adalah awal wilayah harus didisiplinkan.

INTERAKSI TIGA

Dalam dokumen Tasawuf DALAM LINTASAN SEJARAH (Halaman 59-63)