• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

6.5. Biaya, Keuntungan, Marjin dan Saluran Tataniaga

Pembahasan saluran tataniaga pisang raja bulu ditelusuri dari lembaga tataniaga terakhir hingga petani sebagai produsen. Sedangkan output dari tataniaga adalah tenaga kerja, modal dan manajemen.

Perbedaan harga jual diantara lembaga tataniaga disebabkan oleh adanya fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan oleh setiap lembaga yang terlibat untuk meningkatkan nilai ekonomi dan nilai jual pisang. Perbedaan harga di tingkat petani akan mempengaruhi besarnya marjin atau keuntungan yang akan diperoleh oleh setiap lembaga yang terkait.

Harga pisang raja bulu per kilogram ditingkat petani dari masing-masing responden memiliki perbedaan. Hal itu disebabkan petani responden diambil dari kampung dan lokasi yang berbeda di Desa Talaga. Selain itu harga pisang juga dipengaruhi oleh waktu panen dan pascapanen. Harga jual pisang raja bulu yang berbeda di tingkat petani kemudian dijadikan data rataan bagi responden petani yang menjual pisang kepada pedagang pengumpul dan pedagang besar daerah.

Harga jual di tingkat pedagang pengumpul berbeda sebagaimana harga jual di tingkat petani dan kualitas buah pisang yang dihasilkan oleh petani produsen pisang raja bulu tersebut. Penyebabnya antara lain kondisi lokasi kebun petani yang sulit dijangkau oleh kendaraan bermotor dan besarnya ongkos yang harus dikeluarkan untuk membeli dan menjual pisang serta biaya untuk pengolahan. Pedagang pengumpul dapat membeli pisang raja bulu dari daerahnya sendiri maupun luar daerah (luar Desa maupun luar Kecamatan).

6.5.1. Biaya, Keuntungan dan MarjinTataniaga Pisang Raja Bulu 6.5.1.1 Biaya, Keuntungan dan Marjin Tataniaga Pada Saluran A

Lembaga-lembaga yang terlibat pada saluran A adalah petani, pedagang pengecer dan konsumen. Dari total responden sebanyak dua orang petani menjual hasil panennya langsung kepada pedagang pengecer. Saluran ini jarang dilakukan oleh petani, hal ini dikarenakan petani kesulitan dalam hal ketersediaan sarana transportasi. Saluran pemasaran ini adalah saluran yang terpendek karena pisang raja bulu dapat sampai ditangan konsumen akhir setelah membeli langsung ke pedagang pengecer (Jongkok) di pasar. Pedagang pengecer disini menjajakan pisang raja bulu di lapak pinggir jalan (jongkok) dengan harga Rp. 6500 per kilogram. Jika dilihat dari selisih harga yang diterima petani hal ini sangat menguntungkan karena biasanya petani menjual pisang raja bulu kepada pedagang pengumpul seharga Rp. 2100 per kilogram. Dari saluran A diperoleh kesimpulan bahwa total biaya saluran A sebesar Rp. 1800,00 (27,69 persen), total keuntungan Rp. 3950,00 (60,77 persen), total marjin Rp. 2525,00 (38,85 persen) dan Rasio (Li/Ci) sebesar 2.19 (Lampiran 17).

6.5.1.2. Biaya, Keuntungan dan Marjin Tataniaga Pada Saluran B

Lembaga-lembaga yang terlibat pada saluran B adalah petani, pedagang pengumpul dan pedagang pengecer daerah. Petani menjual pisang hasil panennya kepada pedagang pengumpul. Kemudian pedagang pengumpul mengolah secara langsung buah pisang mentah menjadi buah yang siap dijual, yang awalnya dalam bentuk tandan menjadi sisir buah pisang. Lembaga tataniaga selanjutnya yang dituju oleh pedagang pengumpul adalah pedagang pengecer di pasar ataupun pedagang pengecer di toko-toko. Pada umumnya pedagang pengumpul yang memproduksi pisang raja bulu melakukan proses grading dan sortasi yang masih sederhana berdasarkan perkiraan tanpa standarisasi khusus.

Biaya tataniaga dikeluarkan oleh pedagang pengumpul dan pedagang pengecer daerah. Biaya yang harus dikeluarkan oleh pedagang pengumpul diantaranya biaya transportasi yang terdiri dari ongkos angkut dari kebun petani sebesar Rp. 100 per kilogram, biaya pengiriman kepada pedagang pengecer sebesar Rp. 100 per kilogram,biaya pengolahan (pencucian dan pemeraman)

sebesar Rp. 25 per kilogram, upah tenaga kerja Rp. 100 per kilogram dan biaya bongkar muat Rp. 100 per kilogram.

Sedangkan biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer adalah biaya sewa kios sebesar Rp.750 per kilogram dan upah tenaga kerja Rp. 200 per kilogram. Dari saluran B diperoleh kesimpulan bahwa total biaya saluran B sebesar Rp. 1375,00 (14,47 persen), total keuntungan Rp. 4525,00 (47,63 persen), total marjin Rp. 5900,00 (62,10 persen) dan Rasio (Li/Ci) sebesar 3.29 (Lampiran 17).

6.5.1.3. Biaya, Keuntungan dan Marjin Tataniaga Pada Saluran C

Lembaga-lembaga tataniaga yang terdapat dalam saluran C diantaranya petani, pedagang pengumpul, pedagang besar daerah dan pedagang pengecer daerah. Pada saluran C biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul hampir sama dengan saluran B namun harga jual dari pedagang pengumpul ke pedagang besar berbeda pada saluran C yakni sebesar Rp. 3.500 per kilogram hal ini dikarenakan pada saluran C yaitu pedagang pengumpul tidak melakukan proses pengolahan dan umumnya pedagang pengumpul membeli dalam skala yang lebih besar bila dibanding dengan nilai pembelian dari pedagang pengecer. Berbeda halnya dengan saluran B, setelah dari pedagang pengumpul lembaga tataniaga selanjutnya yang dituju pada saluran C adalah pedagang besar daerah. Setelah dari pedagang besar daerah barulah pisang raja bulu disalurkan ke pedagang pengecer.

Biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul yakni sebesar Rp. 400 per kilogram. Pada pedagang besar daerah biaya total yang dikeluarkan adalah sebesar Rp. 875 per kilogram. Sedangkan untuk pedagang pengecer total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 950 per kilogram.

Setelah dari pedagang besar daerah, lembaga tataniaga selanjutnya adalah pedagang pengecer daerah. Pedagang pengecer daerah mengeluarkan biaya bongkar muat barang sebesar Rp. 150 per kg, pengolahan yang terdiri dari biaya pemeraman pisang sebesar Rp. 50, sortasi sebesar Rp. 75, penyimpanan selama pisang belum dipasarkan Rp. 500 dan biaya transportasi sebesar Rp. 100 per kg, sehingga total biaya tataniaga yang dikeluarkan dalam saluran C besarnya Rp. 2.225 per kg.

Dari saluran C diperoleh kesimpulan bahwa total biaya saluran C sebesar Rp. 2.225,00 (23,42 persen), total keuntungan Rp. 5.175,00 (54,47 persen), total marjin Rp. 7.400,00 (77.89 persen) dan Rasio (Li/Ci) sebesar 2.35 (Lampiran 17).

8.2.1.4 Biaya, Keuntungan dan Marjin Tataniaga pada Saluran D.

Pada saluran D, yang mengeluarkan biaya tataniaga adalah pedagang pengumpul dan pedagang besar daerah. Biaya yang dikeluarkan oleh pedagan pengumpul adalah biaya transportasi (ongkos beli dari petani) dan biaya bongkar muat barang. Besarnya biaya transportasi yakni Rp. 100 per kg, biaya pengiriman pisang raja bulu kepada pedagang desar daerah Rp. 100 per kilogram, biaya tenaga kerja Rp. 100 dan biaya bongkar muat besarnya Rp. 100 per kg. Biaya yang dikeluarkan oleh pedagang besar adalah biaya transportasi, pengolahan, sortasi, bongkar muat, penyimpanan dan sewa kios dengan total biaya sebesar Rp. 1625 per kilogarm. Dari saluran D diperoleh kesimpulan bahwa total biaya saluran D sebesar Rp. 2025,00 (21,32 persen), total keuntungan Rp. 5375,00 (56,57 persen), total marjin Rp. 7400,00 (77,89 persen) dan Rasio (Li/Ci) sebesar 2.65 (Lampiran 17).

6.5.1.5. Biaya, Keuntungan dan Marjin Tataniaga Pada Saluran E1 dan E2 Pada saluran ini lembaga tataniaga yang terlibat diantaranya petani, pedagang pengumpul, pedagang besar luar daerah dan pasar swalayan. Pedagang besar luar daerah yang dituju adalah supermarket dan hypermarket yang berada di Jakarta. Sebagai bahan perbandingan, saluran E dibedakan menjadi 2, yaitu saluran E1 yang menuju Supermarket (Giant) dan E2 yang menuju Hypermarket (Carefour).

Biaya yang dikeluarkan pada tingkat pedagang pengumpul nilainya sama dengan saluran-saluran sebelumnya, yaitu sebesar Rp. 400 per kg. Pada tingkat pedagang besar luar daerah, biaya yang dikeluarkan adalah biaya pengemasan, pengolahan dan taransportasi. Untuk seluruh biaya di tingkat pedagang besar luar daerah, yang dikeluarkan pada saluran E1 sama dengan pada saluran E2 nilainya sama. Adapun nilai biaya yang berbeda adalah biaya pengemasan. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan teknis pengemasan antar pihak swalayan, hal ini

disesuaikan dengan keinginan dan karakteristik swalayan yang bersangkutan. Biaya yang dikeluarkan untuk pengemasan yang dilakukan oleh pedagang besar luar daerah masing-masing sebesar Rp. 200 per kg untuk saluran E1 dan Rp. 0 per kg untuk saluran E2.

Dengan demikian diperoleh kesimpulan bahwa total biaya saluran E1 sebesar Rp. 1150,00 (11,51 persen), total keuntungan Rp. 6740,00 (64,47 persen), total marjin Rp. 7890,00 (78,98 persen) dan Rasio (Li/Ci) sebesar 5.80. Sedangkan dari saluran E2 diperoleh kesimpulan bahwa total biaya saluran E2 sebesar Rp. 600,00 (7,06 persen), total keuntungan Rp. 5800,00 (68,24 persen), total marjin Rp. 6400,00 (75,29 persen) dan Rasio (Li/Ci) sebesar 9,66 (Lampiran 17).

Untuk melihat secara secara keseluruhan semua biaya-biaya dan faktor produksi yang terkait dalam seluruh saluran tataniaga pisang raja bulu di Desa Talaga dapat dilihat pada Lampiran 17, yang merupakan rangkuman rincian harga jual, biaya, keuntungan dan marjin tataniada dari ke enam saluran tataniaga pisang raja bulu yang ada di Desa Talaga.