• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV METODE PENELITIAN

4.4. Metode Analisis Data

Pengolahan dan analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui gambaran tentang usahatani dan pemasaran pisang raja bulu di Kecamatan cugenang, Kabupaten Cianjur. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan analisis pendapatan, analisis R/C ratio, analisis marjin, farmer’s share dan rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran.

Tahap analisis data yang dilakukan yaitu melalui tiga tahap, yaitu (i) tabulasi (transfer data dalam bentuk tabel untuk tabulasi), meliputi kegiatan merumuskan data dan informasi yang diperoleh ke dalam bentuk tabel untuk memudahkan kegiatan interprestasi data. (ii) Editing, meliputi penulisan data dan informasi yang diperoleh selama kegiatan penelitian. Kegiatan ini bertujuan untuk mengedit data dan informasi yang ada dan (iii) pengolahan data dan interprestasi data serta informasi yang diperoleh di lapangan diolah dengan menggunakan pendekatan terhadap lembaga pemasaran yang berlaku, yaitu dengan menggunakan analisis margin tataniaga. Selanjutnya, analisis data yang dilakukan pada penelitian ini juga meliputi: analisis usahatani dan analisis R/C rasio.

4.4.1. Analisis Usahatani

Pendapatan usahatani dibedakan atas pendapatan biaya tunai yaitu biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh petani, dan pendapatan atas biaya total dimana semua input milik keluarga juga diperhitungkan sebagai biaya dalam periode tertentu (dalam hal ini dalam jangka waktu satu tahun) (Soekartawi, et al, 1986).

Secara umum pendapatan merupakan hasil pengurangan antara penerimaan total (total revenue), dengan sejumlah biaya yang dikeluarkan. Penerimaan usahatani pisang merupakan nilai dari penjualan produksi total pisang selama satu tahun.

Perhitungan pendapatan usahatani atas biaya tunai dapat dituliskan secara matematis sebagai berikut :

Y tunai = TR-BTU-Bd

TR = P x Q

Dimana :

Y tunai = Pendapatan tunai petani pisang (Rupiah) TR = Penerimaan total petani pisang

BTU = Biaya tunai (Rupiah)

BD = Biaya yang diperhitungkan (Rupiah) P = Harga buah pisang raja bulu (Rupiah) Q = Jumlah buah pisang raja bulu (Kilogram)

Sedangkan untuk perhitungan pendapatan atas biaya total adalah sebagai berikut, yaitu :

Y tunai = TR – BTO Dimana :

Y = Pendapatan total petani pisang (Rupiah) TR = Penerimaan total petani pisang

BTO = Biaya total (Rupiah)

Biaya tunai terdiri dari pupuk dan pajak lahan. Sedangkan biaya yang diperhitungkan meliputi tenaga kerja dalam keluarga dan biaya penyusutan peralatan pertanian.

Biaya penyusutan alat-alat pertanian diperhitungkan dengan membagi nilai pembelian yang dikalikan dengan jangka usia ekonomis pemakaian. Metode yang digunakan adalah metode garis lurus dimana diasumsikan nilai sisa tidak selalu dianggap nol. Rumus yang digunakan adalah :

Biaya Penyusutan = ( Nb - Ns)

N

Dimana :

Nb = Nilai pembelian (Rupiah) Ns = Nilai sisa (Rupiah)

N = Umur ekonomis (Tahun)

Pendapatan selain dapat diukur dengan nilai mutlak juga dapat diukur analisis efisiensinya. Salah satu ukuran efisiensi adalah penerimaan untuk tiap rupiah yang dikeluarkan (revenue cost ratio) atau analisis R/C. Rasio R/C yang dihitung dalam analisis ini terdiri dari R/C atas biaya tunai dan R/C atas biaya yang diperhitungkan. Rasio R/C atas biaya tunai dihitung dengan membandingkan antara penerimaan total dengan biaya tunai dalam satu periode tertentu. Rasio R/C atas biaya yang diperhitungkan dihitung dengan membandingkan antara penerimaan diperhitungkan dengan biaya total dalam satu periode tertentu. Rumus analisis imbangan penerimaan dan biaya usahatani adalah sebagai berikut :

R/C rasio atas biaya tunai = TR / biaya tunai R/C rasio atas biaya total = TR / TC Keterangan :

TR : total penerimaan usahatani (Rp) TC : total biaya usahatani (Rp)

Secara teoritis R/C menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar nilai R/C-nya. Suatu usaha dapat dikatakan menguntungkan dan layak untuk diusahakan apabila nilai R/C rasio lebih besar dari satu (R/C > 1), makin tinggi nilai R/C menunjukkan bahwa penerimaan yang diperoleh semakin besar. Namun apabila nilai R/C lebih kecil

dari satu (R/C < 1), usaha ini tidak mendatangkan keuntungan sehingga tidak layak untuk diusahakan.

4.4.2. Analisis Tataniaga

4.4.2.1. Analisis Saluran Tataniaga

Analisis saluran tataniaga dilakukan dengan cara mengidentifikasi lembaga pemasaran yang terlibat serta mendeskripsikan alur pemasaran yang terjadi dalam bentuk skema. Skema pemasaran dapat terbentuk beberapa macam tergantung alur pemasaran yang terjadi pada pemasaran pisang raja bulu. Kemudian diidentifikasi fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan masing-masing lembaga pemasaran dalam proses penyaluran pisang dari petani sampai ke konsumen dalam bentuk produk tertentu sehingga dapat meningkatkan nilai guna.

4.4.2.2. Fungsi-Fungsi Tataniaga

Fungsi-fungsi tataniaga dilihat berdasarkan masing-masing fungsi yang dilakukan lembaga tataniaga dalam proses penyaluran pisang dari titik produsen ke titik konsumen, sehingga dapat meningkatkan nilai guna produk.

4.4.2.3. Analisis Perilaku Pasar

Struktur pasar dapat dibedakan atas pasar persaingan sempurna dan tidak sempurna. Pemahaman mengenai struktur pasar dapat didekati dengan mengetahui jumlah pelaku tataniaga yang terlibat, sifat produk, sumber informasi dan hambatan untuk memasuki pasar. Pemahaman mengenai tingkah laku pasar dapat didekati dengan mengetahui cara penentuan harga serta praktek-praktek fungsi tataniaga lainnya. Karakter dari pelaku tataniaga pisang raja bulu dapat dianalisa dengan mengamati praktek penjualan dan pembelian, sistem penentuan dan pembayaran harga, serta kerjasama diantara lembaga tataniaga.

4.4.2.4. Marjin Tataniaga

Analisis marjin dilakukan untuk mengetahui komponen biaya pemasaran serta bagian yang diterima masing-masing pelaku pasar yang terlibat dalam pemasaran pisang raja bulu. Adanya perbedaan harga ditingkat petani dengan konsumen menyebabkan marjin yang diterima masing-masing pelaku pasar akan berbeda. Hal ini disebabkan karena adanya biaya-biaya yang dikeluarkan lembaga pemasaran dalam menjalankan fungsi pemasaran.

Marjin pemasaran dihitung berdasarkan pengurangan harga penjualan dengan harga pembelian pada setiap tingkat lembaga pemasaran. Besarnya marjin pemasaran pada dasarnya merupakan penjumlahan dari biaya-biaya pemasaran dan keuntungan yang diperoleh oleh lembaga pemasaran. Menurut Limbong dan Sitorus (1987), perhitungan marjin tataniaga secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

Mi = Hji – Hbi Mi = Ci + i Hji – Hbi = Ci + i

Berdasarkan persamaan tadi, keuntungan tataniaga pada tingkat ke-i adalah i = Hji – Hbi – Ci

Maka besarnya marjin pemasaran adalah mi = ∑ Mi

Keterangan :

Mi : Marjin pemasaran pada pasar tingkat ke i (Rp/kg) Hji : Harga penjualan pada pasar tingkat ke i (Rp/kg) Hbi : Harga pembelian pada pasar tingkat ke i (Rp/kg) Ci : Biaya pada pasar tingkat ke i (Rp/kg)

i : Keuntungan pemasaran pada pasar tingkat ke i (Rp/kg) i : 1, 2, 3, .... n

Berdasarkan nilai marjin pemasaran tersebut dapat diketahui tingkat rasio keuntungan terhadap biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran. Rasio ini menunjukkan besarnya keuntungan yang diperoleh terhadap biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh masing-masing lembaga pemasaran. Semakin tinggi nilai rasio semakin besar keuntungan yang diperoleh. Rasio tersebut diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Rasio keuntungan/Biaya = Keuntungan (Li) Biaya Pemasaran (Ci)

Bagian yang diterima petani dari harga yang terjadi dikonsumen akhir dapat diketahui melalui farmer’s share. Nilai farmer’s share digunakan untuk melihat apakah pemasaran produk tersebut memberikan balas jasa yang seimbang kepada petani. Farmer’s share berhubungan negatif dengan margin pemasaran artinya semakin tinggi margin pemasaran maka bagian yang akan diperoleh petani (farmer’s share) semakin rendah. Farmer’s share dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Fs = Pf x 100 %

Pr

Keterangan :

Fs : Farmer’s share

Pf : Harga yang diterima petani (Rp/kg) Pr : Harga yang dibayar konsumen (Rp/kg)