• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

6.3. Analisis Cabang Usahatani Pisang Raja Bulu di Desa Talaga

6.4.2 Analisis Fungsi-Fungsi Tataniaga

6.4.2.3. Fungsi Pelancar (Fasilitas)

Fungsi pelancar meliputi permodalnya, informasi (pasar dan harga), grading, sortasi dan penanggungan risiko.

1. Pembiayaan

Modal dikatakan mutlak diperlukan oleh semua lembaga tataniaga yang terlibat dalam proses tataniaga pisang raja bulu. Petani memerlukan modal untuk mengolah lahan, membeli bibit dan menanam pisang hingga panen. Sebagian besar dari mereka menggunakan modal pribadi dan meminjam kepada kelompok tani masing-masing petani. Di daerah penelitian tidak ditemukan seorang petani pun yang meminjam dari lembaga keuangan baik pemerintah maupun non-pemerintah. Pada tingkat pedagang baik pengumpul, pedagang besar daerah per luar daerah dan

pedagang pengecer daerah per luar daerah dalam hal permodalan usahanya sebagian besar menggunakan modal pribadi.

2. Informasi Pasar dan Harga

Dalam setiap proses tataniaga setiap lembaga yang terlibat di dalamnya memerlukan informasi pasar dan harga. Informasi pasar diperlukan oleh mereka untuk mengetahui tentang kondisi pasar, lokasi, jenis mutu, waktu dan harga pasar.

Petani pisang raja bulu di Desa Talaga tidak melakukan fungsi fasilitas yang berupa fungsi informasi pasar dan harga, karena kondisi pasar dan kondisi harga yang terjadi di pasar tidak memiliki pengaruh apapun terhadap petani. Mereka tidak akan mengurungkan niatnya untuk menjual hasil panen sekalipun keadaan harga di pasaran sedang mengalami penurunan. Hal itu dikarenakan pisang raja bulu mudah busuk dan tidak dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama dan usahatani pisang merupakan mata pencaharian sampingan saja dengan produksi tidak tetap sehingga saat panen tiba merupakan waktu bagi mereka untuk menuai hasilnya.

Jika dilihat dari waktu panen pisang raja bulu, maka hanya terjadi dua kali panen setiap tahunnya, itu pun setelah satu tahun dua bulan menunggu tanaman induk tumbuh dan berbuah. Apabila kondisi harga di pasaran meningkat, maka keuntungan petani akan meningkat. Sebaliknya jika harga yang terjadi anjlok atau mengalami penurunan, maka mereka akan mengalami kerugian. Untung ataupun rugi keduanya merupakan risiko yang harus diterima oleh petani. Harga yang terjadi diantara petani dan pedagang adalah hasil dari tawar menawar diantara dua belah pihak. Namun seringkali petani berlaku sebagai pihak yang menerima harga (price

taker) yang ditetapkan oleh pedagang pengumpul maupun pedagang besar

daerah.

Adapun di tingkat pedagang pengumpul informasi pasar dan harga sangat diperlukan. Informasi pasar diperlukan untuk mengetahui secara pasti mengenai kapan musim panen terjadi dan dimana lokasi panen, sehingga dari informasi tersebut jauh hari sebelumnya pedagang pengumpul

akan mempersiapkan segala sesuatunya untuk mendatangi petani di daerah yang sedang panen. Informasi tentang keberlangsungan panen di suatu daerah tertentu berasal dari mulut ke mulut setiap pedagang pengumpul ataupun dari pihak lain, sedangkan informasi harga diterimanya dari pedagang besar daerah. Pedagang besar daerah merupakan pihak yang dominan dalam menentukan harga bagi pihak petani.

Pada umumnya pedagang pengecer daerah atau luar daerah tidak memerlukan informasi pasar maupun harga dalam menjajakan pisang raja bulu. Hal itu dikarenakan harga yang terjadi di tingkat pedagang pengecer cenderung tetap dan stabil setiap tahunnya. Mereka menjualnya dalam jumlah terbatas disebabkan oleh konsumen pisang jenis ini hanyalah golongan menengah ke atas karena harganya yang relatif lebih mahal dibanding jenis pisang lain.

3. Sortasi dan Grading

Sortasi merupakan proses pemisahan pisang dari bagian yang tidak dapat dipasarkan umumnya sisir terbawah pada suatu tandan. Sortasi dilakukan dengan menggunakan tangan secara manual. Tujuan melakukan sortasi terhadap pisang raja bulu adalah untuk memisahkan buah yang tidak memenuhi kriteria tataniaga yang berlaku.

Grading adalah suatu proses penggolongan pisang ke dalam kelompok-kelompok khusus yang mempunyai kriteria mutu dan ukuran yang sama. Tujuan pengkelasan tersebut adalah untuk membentuk diferensiasi harga bagi konsumen agar memperoleh nilai jual yang lebih tinggi serta menguntungkan. Suatu proses menggolongkan pisang raja bulu ke dalam beberapa jenis kualitas yang didasarkan atas standar mutu tertentu sebagian besar dilakukan oleh pedagang besar.

Kualitas buah pisang yang dihasilkan dikelompokkan menurut kriteria tertentu. Biasanya di tingkat pedagang pengumpul proses pemisahan antara kualitas buah berdasarkan tingkat (grading) A, B dan C bergantung kepada kualitas atau kondisi pisang per satu tandannya dan umumnya buah pisang dipisahkan secara manual.

Jenis kualitas pisang raja bulu yang dihasilkan oleh pedagang pengumpul tergantung dari yang mereka inginkan. Sebagian besar dari pedagang hanya mengukur kualitas buah pisang berdasarkan taksiran atau kira-kira. Pada tingkat pedagang besar baik dari dalam dan luar daerah pengelompokan pisang (gradinging) dan sortasi dilakukan berdasarkan penampakan fisik buah pisang raja bulu yaitu berdasarkan buah pisang yang bentuknya sempurna, kulit buahnya mulus dan tidak busuk kemudian dikelompokan berdasarkan bobot buah per sisirnya.

Sedangkan pada tingkat pasar swalayan gradinging dan sortasi dilakukan dengan lebih selektif lagi, yaitu dengan memilih dan memisahkan antara buah pisang yang baik dengan yang tidak baik, cacat, rusak dan busuk. Kemudian dilakukan pengkelasan buah pisang yang telah disortasi menjadi kelompok kelas sesuai ukuran (besar/ kecil), bentuk dan tingkat kematangan buah, bobot buah dan keseragaman warna dan yang terakhir pengkelasan berdasarkan jumlah buah per sisirnya beserta bobot buah total persisirnya. Dalam Tabel 9. disajikan standar grading yang berlaku untuk komoditas pisang raja bulu.

Tabel 9. Standar Grading Pisang Raja Bulu

Kelas Karakteristik Buah Pisang

Jumlah Buah Bobot Buah per Kilogram

A Lebih dari 12 Lebih dari 3

B 10 – 12 2 – 3

C Kurang dari 10 1 – 2

4. Penanggungan Risiko

Kemungkinan terjadinya risiko dapat terjadi dalam berbagai proses termasuk proses tataniaga pisang raja bulu. Lembaga tataniaga yang terlibat dalam proses tataniaga pisang raja bulu dapat mengalami risiko. Pada tingkat petani risiko tidak menjadi tanggungan mereka. Hal ini terjadi karena sistem penjualan yang petani lakukan kepada pedagang pengumpul ataupun pedagang besar adalah sistem lepas dan borongan. Risiko kerugian yang ditanggung pihak pedagang pengumpul atau pedagang besar akibat

membeli pisang dengan sistem borongan bukanlah menjadi tanggung jawab petani.

Keuntungan dan kerugian menjadi risiko bagi pedagang pengumpul dan pedagang besar daerah. Pedagang pengumpul biasanya menanggung risiko saat mengirimkan buah pisang raja bulu kepada pedagang besar ataupun saat mengirimkan pisang kepada pedagang pengecer. Jika volume timbang sebelum barang tiba di tempat pedagang pengumpul tidak sama dengan volume timbang pada saat tiba di tempat pedagang besar, maka risiko berupa biaya penyusutan menjadi tanggungjawab pedagang pengumpul. Begitu pula dalam mengirimkan pisang kepada pedagang pengecer, jika fisik pisang mengalami kerusakan, maka mereka juga yang harus bertanggung jawab menggantinya dengan yang baru.

Pedagang besar daerah umumnya menanggung risiko pada saat penyimpanan di gudang dari kemungkinan kerusakan atau gangguan lainnya. Selain itu mereka juga harus menanggung risiko pada saat mengirimkan barang kepada pedagang pengecer daerah dan luar daerah serta kepada pedagang besar luar daerah. Risiko itu berupa biaya penurunan kualitas buah pada waktu pengiriman.

Sementara pedagang pengecer daerah ataupun luar daerah harus menanggung risiko pada saat pisang yang belum habis terjual mengalami kerusakan yang diakibatkan oleh kelalaian dalam proses penyimpanan ataupun dari gangguan hal-hal yang tidak diinginkan seperti hama tikus.

Untuk mengetahui secara lebih ringkas mengenai fungsi-fungsi tataniaga yang dilaksanakan oleh lembaga tataniaga pisang raja bulu di Desa talaga dan Kabupaten Cianjur secara umum dapat dilihat pada Lampiran.